Seni
dapat dijabarkan sebagai suatu keindahan. Sejarah kesenian berhubungan dengan
seni sebagai ilmu yang berkaitan dengan estetika dan dengan seni manusia diantarkan dari
dunia kegiatan manusia ke dunia keagungan estetika. Setiap manusia dapat
mengapresiasikan suatu karya seni. Untuk mengapresiasikan karya seni tidak
perlu membawa bekal apapun dari kehidupan kita, tanpa pengetahuan apapun
mengenai ide-ide serta masalah-masalahnya, tidak terbiasa dengan
emosi-emosinya.[1]
Seni
yang hebat ditinjau dari aspek estetika, membuat seseorang masuk ke dalam
filalamen-filalamen seni. Bukankah untuk tujuan itu seni dibuat? Bagi lukisan,
arti objek dalam hidup tidak ada hubungannya dengan fungsinya atau
hubungan-hubungannya dalam kehidupan biasa. Apa itu pohon, anjing, tembok,
perahu? Kebanyakan pihak awam menilai baik atau buruknya suatu lukisan dengan
melihat bagus atau tidaknya lukisan itu. Mereka bisa menangkap keindahan yang
terdapat dalam lukisan itu, maka secara konsekuen mereka akan berkata bahwa
lukisan itu bagus. Tetapi, kalau yang terjadi sebaliknya (kurang mengerti
dengan lukisannya), secara otomatis mereka pasti berkata kurang begitu
berminat. Kenapa? Karena mereka tidak begitu paham letak keindahan dari lukisan
tersebut. Misalnya “Bagaimana
saya akan mengerti jika lukisan tersebut hanya berpola acak-acakan dan hanya
seperti corat-coretan anak kecil?”
Seni batik dalam tinjauan
historisnya telah diciptakan oleh leluhur bangsa Indonesia yang mempunyai makna
filosofis dan keterkaitan dengan adat kebudayaan setempat. Kira-kira 2500 SM
nenek moyang kita sudah menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang
dihias dengan motif sederhana dan kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan
pemakainya.[2]
Pola perkembangan tersebut dapat diikuti melalui pakaian yang ada. Ada beberapa pendapat lain yang menyatakan bahwa batik secara historis berasal dari zaman
nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun
lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang
dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan,
yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada
motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.
Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian,
muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak
batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai
dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah
budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai
corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri. Sejarah
pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan
Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas
kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja
Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja
dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian
batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik
yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat
yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan
pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat
sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan
sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan
batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik
ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir
abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik
tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang
dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian
tradisional Indonesia.Melihat (menikmati) karya seni
bukan cuma sekedar tahu saja apa yang sedang dilihat, tetapi ketika sedang
melihat karya seni jiwa kita akan dibawa melayang pada suatu masa. Entah,
dimana kita akan merasakan keindahan mendalam yang tak terperi dalam hati, dan
setiap orang itu akan berbeda sense of art-nya. Hal itu banyak diperngaruhi
pelbagai faktor, sebut saja: lingkungan, pengalaman, pengetahuan, pribadi
masing-masing dll, yang kesemuanya mampu untuk menjadikan hidup lebih berwarna
hanya karena modal akan kesenian.
No comments:
Post a Comment