Friday, November 11, 2016

Seni Batik

Seni dapat dijabarkan sebagai suatu keindahan. Sejarah kesenian berhubungan dengan seni sebagai ilmu yang berkaitan dengan estetika dan dengan seni manusia diantarkan dari dunia kegiatan manusia ke dunia keagungan estetika. Setiap manusia dapat mengapresiasikan suatu karya seni. Untuk mengapresiasikan karya seni tidak perlu membawa bekal apapun dari kehidupan kita, tanpa pengetahuan apapun mengenai ide-ide serta masalah-masalahnya, tidak terbiasa dengan emosi-emosinya.[1]

Seni yang hebat ditinjau dari aspek estetika, membuat seseorang masuk ke dalam filalamen-filalamen seni. Bukankah untuk tujuan itu seni dibuat? Bagi lukisan, arti objek dalam hidup tidak ada hubungannya dengan fungsinya atau hubungan-hubungannya dalam kehidupan biasa. Apa itu pohon, anjing, tembok, perahu? Kebanyakan pihak awam menilai baik atau buruknya suatu lukisan dengan melihat bagus atau tidaknya lukisan itu. Mereka bisa menangkap keindahan yang terdapat dalam lukisan itu, maka secara konsekuen mereka akan berkata bahwa lukisan itu bagus. Tetapi, kalau yang terjadi sebaliknya (kurang mengerti dengan lukisannya), secara otomatis mereka pasti berkata kurang begitu berminat. Kenapa? Karena mereka tidak begitu paham letak keindahan dari lukisan tersebut. Misalnya “Bagaimana saya akan mengerti jika lukisan tersebut hanya berpola acak-acakan dan hanya seperti corat-coretan anak kecil?
Seni batik dalam tinjauan historisnya telah diciptakan oleh leluhur bangsa Indonesia yang mempunyai makna filosofis dan keterkaitan dengan adat kebudayaan setempat. Kira-kira 2500 SM nenek moyang kita sudah menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang dihias dengan motif sederhana dan kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.[2] Pola perkembangan tersebut dapat diikuti melalui pakaian yang ada. Ada beberapa pendapat lain yang menyatakan bahwa batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.Melihat (menikmati) karya seni bukan cuma sekedar tahu saja apa yang sedang dilihat, tetapi ketika sedang melihat karya seni jiwa kita akan dibawa melayang pada suatu masa. Entah, dimana kita akan merasakan keindahan mendalam yang tak terperi dalam hati, dan setiap orang itu akan berbeda sense of art-nya. Hal itu banyak diperngaruhi pelbagai faktor, sebut saja: lingkungan, pengalaman, pengetahuan, pribadi masing-masing dll, yang kesemuanya mampu untuk menjadikan hidup lebih berwarna hanya karena modal akan kesenian.




[1]               Projoto Setjoatmodjo Led.  (1988). Bacaan Tentang Estetika. Dekdikbud: Jakarta.
[2]               Soedarsono. (1998). Seni Lukis Batik Indonesia. Taman Budaya DIY: Yogyakarta. Halm 81

No comments:

Post a Comment