M
|
anusia dengan kodrat alamnya telah menyenangi keindahan.
Hal ini sudah kentara cirinya ketika mereka mulai menghias pada perkakas
sehari-hari hingga tempat tinggal mereka. Seiiring dengan perkembangan kemudian
dengan makin majunya pola hidup manusia, maka estetika seni mengalami
perkembangan menuju ke arah harmonisme. Jadi jelaslah manusia sejak jaman purba
telah membuat alam sekelilingnya seindah mungkin.
Seni Arsitektur
A
|
rsitektur, sebagai salah satu ilmu seni dalam bangunan
terdiri dari tiga komponen pokok: kegunaan,
stability dan beauty. Sebuah
bangunan akan kehilangan makna jika tidak didukung oleh faktor estetika atau
keindahan. Ciri khas dari suatu bangunan sangat tergantung kepada si pembuat
yakni arsitek. Ia menyusun dan menyatukan berbagai aspek menjadi suatu karya
yang berbobot. Ia mungkin menyerap ide-ide yang bersifat enviromental, structural ataupun decorative, dan itulah kemudian berwujud seni yang menghasilkan
desain yang indah.
Ada berbagai faktor yang memberi bobot estetis
pada kualitas arsitektur. Salah satunya adalah tata lingkungan (site). Bangunan hendaknya didirikan
pada site yang memenuhi nilai estetis dan didukung oleh latar belakang yang
menunjang keindahan. Karya seni bangunan Indonesia pada zaman Islam meliputi
bangunan-bangunan masjid dan makam sebagai bangunan sakral dan bangunan istana
atau bangunan tempat tinggal tokoh terkemuka dalam masyarakat sebagai bangunan
profan. Pada dasarnya Islam tidak melahirkan tradisi seni baru di Indonesia.
Maka dalam karya sini bangun pada zaman pemulaan Islam unsur-unsur seni
bangunan pra Islam masih menjadi modal dalam meneruskan konsep seni bangunan,
baik teknis maupun estetis.
Tradisi Seni Bangunan
T
|
radisi seni bangunan kayu sudah dikenal sejak lama sesuai
dengan keadaan alam Indonesia yang kaya akan berbagai jenis kayu. Pada zaman
Hindu tradisi ini mencapai puncak perkembangannya dan menghasilkan
peraturan-peraturan seni bangunan sesuai dengan perkembangan kebudayaan pada
waktu itu. Tradisi seni bangunan kayu dari zaman Islam ini dapat bertahan terus
sampai datangnya pengaruh seni bangunan batu yang dibawa oleh kebudayaan Barat
yang masuk Indonesia. Istana raja-raja di Solo, Yogya dan Cirebon adalah
contoh-contoh bagaimana tradisi seni bangunan kayu telah mengalami
peneyempurnaan dengan unsur-unsur seni bangunan yang berasal dari kebudayaan
Barat.
Ciri-ciri Bangunan Tradisional
J
|
enis bangunan tradisional pada dasarnya sama dengan
bangunan kraton. Orientasi bangunan adalah arah utara dan selatan sebagai
lambang kebahagiaan. Kota sebagai pusat dengan pintu gerbang di sisi utara.
Susunan seluruh bangunan dimulai dari sisi utara sebagai tempat tinggal bagi
pejabat tinggi, sedang di selatan untuk tempat pertemuan. Sisi timur untuk tempat
keagaamaan. Sisi barat untuk tempat tinggal pejabat tinggi sesuai panjangnya.
Sedangkan susunan bangunan lainnya antara lain: pendopo, merupakan bagian
terdepan bagian terdepan dari seluruh bangunan yang berfungsi sebagai tempat
pertemuan. Peringgitan, merupakan
bagian terbuka dibelakang pendopo yang menghubungkan pendopo dengan griyo ageng
dan berfungsi sebagai tempat mengadakan pertunjukan wayang sesuai dengan arti
kata peringatan. Griyo ageng, adalah
bangunan utama dimana keluarga berdiam. Pawon,
adalah ruang dapur yang biasanya terdapat dibelakang griyo ageng. Gandok, adalah bagian yang terdapat di
sisi griyo ageng dan dipakai untuk kamar
keluarga besar.
Kontruksi Atap
D
|
alam bangunan tradisional Jawa dikenal sepuluh tipe atap
yang berbeda dalam bentuk dan kontruksi
sesuai dengan keadaan ruang. Kesepuluh tipe atap itu antara lain: limasan, sinom,joglo, kutuk nganbang, tujug
kampung, dara gepak, klabang nyander, srotong dan panggang epel.
Hiasan Bangunan
P
|
enempatan bangunan pada istana yang terdapat pada bagian
konstruksi bangunan maupun sebagai pengisi bidang merupakan ketrampilan
tersendiri yang termasuk kegiatan seni dekoratip. Hiasan pada soko, pada balok
penghubung, pada bingkai-bingkai, pintu dan jendela, pada langit-langit, hiasan
ini hadir pada bagian-bagian bangunan sesuai dengan kontruksi tiap bagian.
Sedang pada bagian langit-langit, pada daun pintu dan jendela disediakan hiasan
pengisi bidang untuk menimbulkan suasana
keagungan. Pola hias ornamen diambil dari tradisi seni hias pra-Islam
baik yang bersumber pada seni hias zaman Hindu maupun dari zaman sebelumnya.
Motif hias daun-daunan, bunga-bungaan, bukit
karang pemandangan dan bermacam-macam motif pemandangan dan bermacam-macam
motif perlambangan banyak mengingatkan pada bagian relief dari candi-candi dari
zaman Hindu khususnya dari zaman Majapahit. Langgam seni hias Majapahit ini
kemudian pada zaman Islam disempurnakan dan diperkaya dengan penambahan pola hias
yang berasal dari tradisi seni hias Islam, Barat dan Cina. Kekayaan seni hias
banguna istana sejalan dengan kemajuan yang dicapai dalam perkembangan seni
dekoratif Islam.
No comments:
Post a Comment