Thursday, November 10, 2016

Seni Bangun dalam Seni Rupa


M
anusia dengan kodrat alamnya telah menyenangi keindahan. Hal ini sudah kentara cirinya ketika mereka mulai menghias pada perkakas sehari-hari hingga tempat tinggal mereka. Seiiring dengan perkembangan kemudian dengan makin majunya pola hidup manusia, maka estetika seni mengalami perkembangan menuju ke arah harmonisme. Jadi jelaslah manusia sejak jaman purba telah membuat alam sekelilingnya seindah mungkin.


Seni Arsitektur
A
rsitektur, sebagai salah satu ilmu seni dalam bangunan terdiri dari tiga komponen pokok: kegunaan, stability dan beauty. Sebuah bangunan akan kehilangan makna jika tidak didukung oleh faktor estetika atau keindahan. Ciri khas dari suatu bangunan sangat tergantung kepada si pembuat yakni arsitek. Ia menyusun dan menyatukan berbagai aspek menjadi suatu karya yang berbobot. Ia mungkin menyerap ide-ide yang bersifat enviromental, structural ataupun decorative, dan itulah kemudian berwujud seni yang menghasilkan desain yang indah.
Ada berbagai faktor yang memberi bobot estetis pada kualitas arsitektur. Salah satunya adalah tata lingkungan (site). Bangunan hendaknya didirikan pada site yang memenuhi nilai estetis dan didukung oleh latar belakang yang menunjang keindahan. Karya seni bangunan Indonesia pada zaman Islam meliputi bangunan-bangunan masjid dan makam sebagai bangunan sakral dan bangunan istana atau bangunan tempat tinggal tokoh terkemuka dalam masyarakat sebagai bangunan profan. Pada dasarnya Islam tidak melahirkan tradisi seni baru di Indonesia. Maka dalam karya sini bangun pada zaman pemulaan Islam unsur-unsur seni bangunan pra Islam masih menjadi modal dalam meneruskan konsep seni bangunan, baik teknis maupun estetis.

Tradisi Seni Bangunan
T
radisi seni bangunan kayu sudah dikenal sejak lama sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang kaya akan berbagai jenis kayu. Pada zaman Hindu tradisi ini mencapai puncak perkembangannya dan menghasilkan peraturan-peraturan seni bangunan sesuai dengan perkembangan kebudayaan pada waktu itu. Tradisi seni bangunan kayu dari zaman Islam ini dapat bertahan terus sampai datangnya pengaruh seni bangunan batu yang dibawa oleh kebudayaan Barat yang masuk Indonesia. Istana raja-raja di Solo, Yogya dan Cirebon adalah contoh-contoh bagaimana tradisi seni bangunan kayu telah mengalami peneyempurnaan dengan unsur-unsur seni bangunan yang berasal dari kebudayaan Barat.

Ciri-ciri Bangunan Tradisional
J
enis bangunan tradisional pada dasarnya sama dengan bangunan kraton. Orientasi bangunan adalah arah utara dan selatan sebagai lambang kebahagiaan. Kota sebagai pusat dengan pintu gerbang di sisi utara. Susunan seluruh bangunan dimulai dari sisi utara sebagai tempat tinggal bagi pejabat tinggi, sedang di selatan untuk tempat pertemuan. Sisi timur untuk tempat keagaamaan. Sisi barat untuk tempat tinggal pejabat tinggi sesuai panjangnya. Sedangkan susunan bangunan lainnya antara lain: pendopo,  merupakan bagian terdepan bagian terdepan dari seluruh bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan. Peringgitan, merupakan bagian terbuka dibelakang pendopo yang menghubungkan pendopo dengan griyo ageng dan berfungsi sebagai tempat mengadakan pertunjukan wayang sesuai dengan arti kata peringatan. Griyo ageng, adalah bangunan utama dimana keluarga berdiam. Pawon, adalah ruang dapur yang biasanya terdapat dibelakang griyo ageng. Gandok, adalah bagian yang terdapat di sisi griyo ageng dan dipakai  untuk kamar keluarga besar.

Kontruksi Atap
D
alam bangunan tradisional Jawa dikenal sepuluh tipe atap yang berbeda dalam bentuk dan  kontruksi sesuai dengan keadaan ruang. Kesepuluh tipe atap itu antara lain: limasan, sinom,joglo, kutuk nganbang, tujug kampung, dara gepak, klabang nyander, srotong dan panggang epel.

Hiasan Bangunan
P
enempatan bangunan pada istana yang terdapat pada bagian konstruksi bangunan maupun sebagai pengisi bidang merupakan ketrampilan tersendiri yang termasuk kegiatan seni dekoratip. Hiasan pada soko, pada balok penghubung, pada bingkai-bingkai, pintu dan jendela, pada langit-langit, hiasan ini hadir pada bagian-bagian bangunan sesuai dengan kontruksi tiap bagian. Sedang pada bagian langit-langit, pada daun pintu dan jendela disediakan hiasan pengisi bidang untuk menimbulkan suasana  keagungan. Pola hias ornamen diambil dari tradisi seni hias pra-Islam baik yang bersumber pada seni hias zaman Hindu maupun dari zaman sebelumnya.
Motif hias daun-daunan, bunga-bungaan, bukit karang pemandangan dan bermacam-macam motif pemandangan dan bermacam-macam motif perlambangan banyak mengingatkan pada bagian relief dari candi-candi dari zaman Hindu khususnya dari zaman Majapahit. Langgam seni hias Majapahit ini kemudian pada zaman Islam disempurnakan dan diperkaya dengan penambahan pola hias yang berasal dari tradisi seni hias Islam, Barat dan Cina. Kekayaan seni hias banguna istana sejalan dengan kemajuan yang dicapai dalam perkembangan seni dekoratif Islam.

No comments:

Post a Comment