Islam masuk ke Indonesia
pada abad 15 M, ajaran Islam ini di bawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat . Mereka selain berdagang juga sebagai mubaligh.
Sebelum agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia ,
Agama Hindu mendominasi diantara rakyat Indonesia . Penyebaran Agama islam
dilakukan dengan cara damai sehinggamudah diterima oleh rakyat Indonesia .
Setelah Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di jawa yaitu :
Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara, dan Kudus.
Proses Islamisasi itu juga dilakukan melalui pendidikan
di pesantren atau pondok yang dilaksanakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan
para ulama. Pesantren atau pondok merupakan lembaga penting dalam penyebaran agama
Islam. Cara dan pengaruh islamisasi dapat pula melalui cabang-cabang seni, baik
pada bangunan-bangunan atau makam-makam kerajaan-kerajaan seperti yang ada di Cirebon maupun Banten.
Agama Islam juga membawa perubahan sosial, budaya serta
memperhalus dan memperkembangkan budaya Indonesia . Agama Islam masuk dan menggeser Agama Hindu
yang telah ada sebelumnya.
- Berkembangnya Ajaran Islam di Kerajaan Cirebon
- Perkembangan Islam pada Masa Syekh Idlofi Mahdi
Menurut Tome Pires, seorang musyafir dari negeri
Portugis pendapat Islam masuk pada Kerajaan Cirebon pada tahun 1470-1475. pada
tahun 1420 M, datang serombongan pedagang dari Baghdad yang dipimpin oleh Syekh
Idlofi Mahdi, ia tinggal di dalam perkampunganMuara Jati dengan alasan untuk
memperlancar barang dagangannya. Syekh Idlofi Mahdi memulai kegiatannya selain
berdagang dia juga berdakwah dengan mengajak penduduk serta teman-temannya
untuk mengenal serta memahami ajaran Islam. Pusat penyebarannya brada di Gunung
Jati. Syekh Idlofi Mahdi menyebarkan agama Islam dengan cara bijaksana dan
penuh hikmah.
Sebelum masuknya Islam ke pulau jawa pada umumnya dan
kerajaan Cirebon
khususnya, situasi masyarakat di pengaruhi sistem kasta pada ajaran agama Hindu
kehidupan masyarakatnya jadi bertingkat-tingkat. Mereka yang mempunyai kasta
lebih tinggi tidak dapat bergaul dengan dengan kasta yang lebih rendah atau
pergaulan diantara mereka dibatasi. Setelah ajaran Islam disebarkan oleh Syekh Idlofi Mahdi, susunan masyarakat
berdasarkan kasta ini mulai terkikis dan dimulailah kehidupan masyarakat tanpa
adanya perbedaan kasta.
b.
Perkembangan Islam pada masa Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah.
Menurut semua sejarah lokal dari Cirebon termasuk cerita
Purwaka Caruban Nagari, masuknya Islam di Cirebon pada abad 15 yaitu pada tahun
1470. disebarkan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Penyebaran
agama Islam itu dimulai ketika Syarif Hidayatullah berusia 27 tahun yaitu
dengan menjadi mubaliqh Cirebon .
Di tahun 1479 Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati, putre
dari pangeran Cakrabuana. Pengganti pangeran Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon di berikan pada
Syarif Hidayatullah. Pada tahun pengangkatannya Syarif Hidayatullah
mengembangkan daerah penyebarannya di wilayah Pajajaran.
Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya
menuju ke daerah Serang yang sebagian rakyatnya sudah mendengar tentang Islam
dari pedagang-pedagang dari Arab dan Gujarat
yang berlabuh di pelabuhan Banten. Syarif Hidayatullah mendapat sambutan hangat
dari adipati Banten. Daerah-daerah yang telah diislamkan antara lain :
Kuningan, Sindangkasih, Telaga, Luragung, Ukur, Cibalagung, Kluntung, Bantar,
Indralaya, Batulayang, dan Timbangaten. Di wilayah Pejajaran Agama Islam
berkembang pesat di negeri Caruban yang dipimpin oleh Syarif Hidayatullah.
Demak kemudian menjalin persahabatan dengan Syarif Hidayatullah. Setelah
mengenal Syarif Hidayatullah Raden Patah bersama-sama para mubaliqh yang sudah
bergelar sunan menetapkan Syarif Hidayatullah sebagai Panata Gama Rasul di
tanah Pasundan. Panata Gama Rasul artinya orang yang ditetapkan sebagai
pemimpin penyiaran Agam Nabi Muhamad di tanah Jawa. Kemudian atas kesepakatan
para sunan Syarif Hidayatullah di beri gelar Sunan Gunung Jati dan menjadi
Sunan paling terakhir yaitu sunan ke-9 dari sunan 9 sunan lainnya.
Kerajaan-kerajaan yang berhasil ditakhlukkan Sunan
Gunung Jati diantaranya:
v Talaga, sebuah kerajaan yang beragam Hindu yang terletak di sebelah
barat daya Cirebon
di bawah kekuasaan Prabu Kacukumun.
v Rajagaluh, bekas pusat kerajaan Pajajaran yang beragam Hindu yang
diperintah Prabu Cakraningrat. Prabu Cakraningrat tidak senang dengan kemajuan Cirebon dan persebaran
agama Islam di Cirebon di tangan Sunan Gunung Jati. Akibatnya timbulah perang
antara Cirebon dengan Rajagaluh, kemenangan
berada di tangan Cirebon .
Berakhirnya kekuasaan Rajagaluh sekaligus merupakan berakhirnya kekuasaan
kerajaan Hindu di daerah Jawa Barat sebelah Timur.
Pada tahun 1498 para Walisongo yang diprakarsai oleh
Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Cirebon. Pembangunannya dipimpin oleh
Sunan Kalijaga denganseorang arsitek Raden Sepat ( dari Majapahit bersama 200
orang pembantunya dari Demak ). Masjid ini juga disebut Sang Cipta Rasa karena
terlahir dari rasa dan kepercayaan penduduk. Pada masa itu juga disebut dengan
Masjid Pekungwati karena dulu masjid itu terletak dalam komplek keraton
Pekungwati dan sekarang dalam komplek kasepuhan. Menurut cerita masjid itu
dibangun dalam waktu semalam dan besok pada waktu subuh digunakan untuk Sholat
Subuh. Pada tahun 1568 Sunan Gunung Jati meninggal pada usia yang sangat lanjut
yaitu 120 tahun, dia dimakamkan di pertamanan Gunung Jati.
Kesimpulan
Islam masuk ke Cirebon pada abad 15,
ajaran Islam ini dibawa Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Syekh
Idlofi Mahdi. Mereka menyebarkan agama Islam dengan berdakwah dan mendirikan
pondok pesantren. Sunan Gunung Jati, mempunyai daerah penyebaran paling luas.
Pada tahun 1498 Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Cirebon dan dibantu
oleh kedelapan para wali. Pada tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat dan beliau
dimakamkan di pertamanan Gunung Jati.
DAFTAR PUSTAKA
Kosoh, dkk. Sejarah daerah Jawa Barat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat
Sejarah dan Nilai Tradisional, PN. Balai Pustaka, Jakarta , 1994.
Kartodirjo, Sartono. Pengantar
Sejarah Indonesia
Baru : 1500-1900 dari Emporium sampai
Imporium, Jilid 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta , 1995.
Bockani, Sanggupri, dkk. Sejarah
Kerajaan Tradisional Cirebon .
CV. Sukorejo Bersinar, Jakarta ,
2001.
PS. Sulendraningrat. Sejarah
Cirebon. PN Balai Pustaka, Jakarta ,
1985.
Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia
III. Depdikbud, 1982.
No comments:
Post a Comment