1.
PELAYARAN
·
Angin
Para pelaut kita
pada zaman sudah mengetahui guna angin bagi pelayaran , setidak-tidaknya
nelayan di desa pantai kita mengenal angin darat dan angin laut, sekedar untuk
kepentingan berlayar ke laut dan pulang ke darat, dari Ilmu Bumi dapat kita
ketahui bahwa Indonesia berada di wilayah angin pasat . Di sebelah selatan
garis katulistiwa berhembus angin pasat tenggara dan sebelah utara khatulistiwa
berhembus angin pasat timur laut, keadaan demikian berlangsung sepanjang tahun,
tapi karena peredaran bumi mengelilingi matahari maka di Indonesia angin pasat itu berubah
arah. Angin pasat tenggara sewaktu melintasi khatulistiwa berubah menjadi angin
barat daya, sedangkan angin angin pasat timur laut waktu melintasi khatulistiwa
berubah menjadi angin barat laut[1], karena letak Indonesia berada antara benua
Asia dan Australia maka mempunyai pengruh besar pada berhembusnya angin. Iklim
panas di salah satu benua akan membawa perubahan pada angin, karena itulah
terjadilah angin musim yang setiap setengah tahun berubah arah. Di Indonesia
pada bulan Desember - Februari berhembus angin barat, dan pada bulan September
- November berhembus angin timur[2],
pelaut-pelaut kita sudah mengenal angin musim dan tahu cara memanfaatkannya.
Pada abad 16,
tehnik pelayaran orang barat lebih berkembang daripada pelayaran kita. Kapal
mereka lebih besar dan lebih maju, tetapi tehnik diantara orang Indonesia
sendiri tidak sama. Ada
yang sama sekali menggunakan cara alam. Mereka berlayar menggunakan perasaan
atau naluri. Dengan melihat melihat bentuk awan, pantulan sinar matahari, warna
dan jenis air laut, serta arus laut. Untuk menentukan lokasi dan arah pelayaran
mereka menggunakan tanda-tanda yang sudah disediakan oleh alam, seperti :
pulau, gunung, tanjung, teluk dan sebagainya.
·
Rute dan Pusat Pelayaran
Pada tahun 1521
rute laut baru yang menghubungkan Maluku dengan Eropa telah diketemukan, sebuah
kapal Spanyol Telah berlayar dari Tidore menuju ke selatan ke pulau Timor,
kemudian ke barat daya menyeberangi Samudra Indonesia dan sampai di ujung
selatan Afrika. Dari sini kapal Spanyol melewati laut Atlantik dan sampailah di
muara sungai Guadalquifir di tanah Iberia selatan. Kejadian ini sangat
penting bagi pelayaran dan perdagangan karena untuk pertama kalinya
rempah-rempah Indonesia
diangkut langsung dari tempat asalnya ke Eropa.
Sebelum tahun
1521 rempah-rempah maluku diangkut
dengan cara bertahap, waktunya lebih lama dan melibatkan lebih banyak pedagang,
terlebih dulu rempah-rempah diangkut ke Hitu dan Banda dari sini pelaut Jawa
dan Bugis membelinya dan mengangkut ke bandar-bandar di pesisir utara Jawa, ke Pasai
atau ke Malaka.
Pada abad 16,
bangsa Spanyol yang sudah menguasai Manila
membuat rute pelayaran baru melewati Samudra Pasifik. Rute itu menghubungkan
Manila dan Acapulco
di pantai barat Meksiko. Pelaut-pelaut Spanyol lebih banyak berdagang antara
Filipina dan Cina, dan menyukai sutra dan porselin dari Cina. Tetapi karena
bangsa Spanyol juga mencari rempah-rempah, kapal-kapal Spanyol juga berlayar ke
Ternate dan Tidore secara teratur, bahkan Spanyol mendirikan benteng di kedua
daerah tersebut. Hubungan dengan Manila
berlangsung selama hampir 60 tahun[3].
2. PERDAGANGAN
·
Pemilik modal pelayaran dan barang dagangan
Cara berdagang
pada abad 16 agak lain dari zaman sekarang, apabila ada kapal akan berlayar
maka mereka itu mengumpulkan modal untuk melengkapi dan menyediakan muatan
untuk diperdagangkan. Para saudagar dan orang
kaya bilamana ada kapal akan berangkat, menitipkan uang atau barang kepada
nahkoda kapal untuk dipakai sebagai modal dagang. Mereka terlebih dahulu
mengadakan perjanjian, uang atau modal itu biasanya dikembalikan menjadi lipat
dua. Apabila modal itu tidak dapat kembali maka si peminjam harus menyerahkan
anggota keluarganya, seperti anak-anaknya sebagai jaminan sampai hutangnya
lunas. Tetapi kalau ada sebab yang masuk akal seperti kapal tenggelam, maka si
peminjam tidak perlu mengembalikan hutangnya, perjanjian itu ditulis pada daun
lontar, atau pada kertas Cina berwarna[4].
Perdagangan waktu
itu banyak resikonya, kapal-kapal mungkin saja diserang angin dan ombak sehingga
tenggelam , atau di bajak oleh kapal lain. Dalam hal demikian tentu saja semua
fihak merugi, tetapi kalau perdagangan berhasil untungnya cukup bagus. Pada
saat itu yang berlayar dan yang memberi modal akan bersama-sama menanggung rugi
kalau barang rusak di lautan, terbakar, atau di bajak. Di luar itu si tertitip
modal harus mengganti, sebab banyak juga pedagang yang alpa. Misalnya modal
tersebut dihabiskan untuk berjudi, mabuk, dipinjamkan, atau di pakai untuk
keperluan lain. Kalau pedagang memperoleh untung, biasanya pemilik modal
mendapat duapertiga bagian sedangkan yang berdagang mendapatkan sepertiga
bagian.
·
Jaringan perdagangan di nusantara
a.
Malaka – pantai timur Sumatera :
Emas, kapur barus, lada, sutra,
damar, madu, lilin, belerang, besi, kapas, rotan, dan hasil hutan lainnya. Hasil
ini ditukarkan dengan tekstil India .
b.
Malaka – Sunda :
Lada, asam jawa, budak, emas, dan
hasil pangan lainnya. Hasil tersebut ditukarkan dengan tekstil India ,
pinang, air mawar, dll.
c.
Malaka – Jawa Tengah dan Jawa Timur :
Bahan pangan, emas permata, budak,
dan tekstil. Hasil ini ditukar dengan tekstil India dan barang-barang dari Cina.
d.
Jawa Barat – pantai barat Sumatra :
Hasilnya sama dengan pantai timur Sumatra dan Kuda. Hasil-hasil tersebut dikapalkan ke Jawa
Barat.
e.
Jawa Tengah dan Jawa Timur – Sumatra
Selatan :
Kapas, madu, lilin, tir, lada, dan
emas dikapalkan ke Jawa.
f.
Jawa – Bali, Lombok, Sumbawa :
Bahan-bahan pangan, tekstil kasar,
budak, dan kuda. Hasil ini ditukarkan dengan tekstil kasar Jawa.
g.
Bali, Lombok, Sumbawa – Timur, Sumba :
Kayu cendana dari Timur dan Sumba
ditukar dengan tekstil kasar Jawa dan India .
h.
Timor dan Sumba
– Maluku :
Pala, cengkih, dari Maluku ditukar
dengan mata uang Jawa dan perhiasan-perhiasan India .
i.
Jawa dan Malaka – Kalimantan
Selatan :
Intan, emas, dan kapur barus ditukar
dengan tekstil India .
j.
Sulawesi selatan – Malaka, Jawa ,
Brunei , Siam :
Beras dan emas Makasar ditukar
dengan tekstil India
dan damar[5].
3. BANDAR-BANDAR
·
Letak dan kegunaannya
Bandar adalah
tempat untuk berlabuh kapal-kapal dan wilayah kota perdagangan di sekitarnya. Tidak semua
tempat yangterletak di tepi pantai atau muara sungai dapat menjadi bandar,
banyak hal yang menyebabkan bandar menjadi ramai atau sepi. Biasanya ramai dan
sepinya bandar disebabkan karena faktor keamanan, kalau bandarnya dihuni
perampok niscaya tidak ada kapal yang mau berlabuh. Juga pada keadaan alamnya :
apakah letaknya baik? Yaitu terlindung dari ombak yang besar, angin yang
kencang, dan arus yang kuat. Sebab pelabuhan itu tempat beristirahat bagi
kapal-kapal. Berbulan-bulan mereka di lautan luas yang dasyat,
diombang-ambingkan oleh ombak, dan diterjang taufan serta dihadang bajak laut[6].
Maka ketika kapal itu masuk pelabuhan, kapal itu harus mendapat kesempatan
beristirahat. Entah itu digunakan untuk memperbaiki kapal atau menaik-turunkan
barang dagangan.
·
Cara memungut bea-cukai
Negara yang
mempunyai bandar yang hidup dan ramai akan menjadi negara kaya, pelabuhan itu
merupakan sumber penghasilan penting bagi kerajaan . Pelabuhan juga merupakan pintu
gerbang, semua barang dari luar negeri masuknya melalui pelabuhan demikian juga
barang dari dalam negeri dikeluarkan dari pelabuhan juga. Semua barang tersebut
dikenakan pajak atau bea-cukai. Tiap bandar atau pelabuhan besar bea-cukainya
berbeda-beda tergantung ketetapan dari raja.
SELAT MALAKA SEBAGAI GERBANG LALU LINTAS PELAYARAN DUNIA
Selat Malaka mempunyai peranan yang
sangat penting dalam dunia perdagangan dan pelayaran, itu semua dikarenakan
selat tersebut sebagai jalur perhubungan antara Eropa, Asia barat, Asia
Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Selat Malaka menghubungkan Samudra
Hindia dengan Laut Cina Selatan dan terletak antara
95o Bujur Timur sampai 105o Bujur Timur dan antara garis
Khatulistiwa dengan garis 6o Lintang Utara[7].
Nama itu diberikan karena tiap kapal asing yang berlayar dari barat ke
nusantara kebanyakan akan melewati Selat Malaka dan singgah di bandar Malaka.
PETA JALUR PELAYARAN DAN PERDAGANGAN
- RUTE PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ABAD 16
(Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis)
KESIMPULAN
Pada abad 16 pelayaran
dan perdagangan sudah dilakukan oleh nenek moyang kita, perdagangan merupakan
sumber penghasilan utama masyarakat Indonesia, perdagangan tersebut dilakukan di
pelabuhan-pelabuhan di nusantara, kerajaan yang memiliki bandar atau pelabuhan
yang ramai akan menjadi negara yang
kaya. Salah satu aspek dari perdagangan adalah pelayaran. Pelayaran di
nusantara ditentukan oleh angin yang berhembus tiap beberapa bulan sekali. Angin tersebut adalah angin barat dan angin
timur.
Bangsa Portugis
adalah bangsa Eropa pertama yang menemukan rute pelayaran dari Eropa ke Asia,
saat itu pelaut Portugis yang bernama Diogo Lopes de Sequeira menemukan Malaka
pada tahun 1509 dan berusaha menjalin persahabatan dengan penguasa Malaka namun
gagal. Sejak saat itulah perdagangan dan pelayaran di Indonesia semakin ramai karena
kedatangan bangsa Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho Noto
Susanto. (1979). Sejarah Nasional Indonesia
jilid II. Bandung
: Masa Baru.
Prof.Dr.D.H.Burger.
(1962). Indonesia antara tahun 1500-1800. Jakarta
: Pradnjaparamita.
Sejarah Umum jilid I SMA.(1981). Jakarta : PT Grafitas
Offset.
M.C.Ricklefs.
cetakan lima
(1995). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada
University .
[1]Nugroho Noto Susanto, Sejarah
Nasional Indonesia
jilid II. Bandung
: Masa Baru, 1979. hal. 22
[2] Ibid
[3] Ibid., hal. 29
[4] Ibid., hal. 30
[5] Riklefs.M.C., Sejarah Indonesia
Modern. Cetakan kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada
University , 1995. hal. 29
[6] Nugroho Noto Susanto, op.cit.,
hal. 39
[7] Sejarah Umum jilid I SMA.
Jakarta : PT
Grafitas Offset, cetakan 1981. hal. 86
No comments:
Post a Comment