Monday, July 11, 2016

Pelayaran dan Perdagangan di Nusantara

Kerajaan-kerajaan Indonesia pada abad 16 kebanyakan terletak di pantai dan merupakan negara perdagangan yang mempunyai armada dagang. Kerajaan-kerajaan ini hidup dari hasil perdagangan yang mereka lakukan, sejak jaman dahulu nenek moyang kita telah sudah berlayar mengelilingi samudra, bahkan sampai ke pantai utara benua Australia dan ke pulau Madagaskar di pantai timur Afrika. Karena itu nenek moyang kita sudah mempunyai pengetahuan luas mengenai seluk-beluk pelayaran. perdagangan dan pelayaran adalah hal yang sangat sulit dipisahkan, perdagangan dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di nusantara dengan kerajaan atau bangsa asing. Dari pelayaran dan perdagangan tersebut menyebarlah suatu kepercayaan atau agama serta kebudayaan yang dibawa para pedagang. Agama dan kebudayaan tersebut menyebar di nusantara dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Saat itu perdagangan yang paling ramai adalah rempah-rempah, rempah-rempah memiliki nilai jual yang tinggi di karenakan rempah-rempah sangat dibutuhkan orang-orang eropa untuk mengawetkan hewan ternak, sebagai obat-obatan, dll. Selain rempah-rempah barang yang diperdagangkan antara lain : porselin, sutra, emas, perhiasan, budak, dan bahan pangan.


1.     PELAYARAN
·        Angin
Para pelaut kita pada zaman sudah mengetahui guna angin bagi pelayaran , setidak-tidaknya nelayan di desa pantai kita mengenal angin darat dan angin laut, sekedar untuk kepentingan berlayar ke laut dan pulang ke darat, dari Ilmu Bumi dapat kita ketahui bahwa Indonesia berada di wilayah angin pasat . Di sebelah selatan garis katulistiwa berhembus angin pasat tenggara dan sebelah utara khatulistiwa berhembus angin pasat timur laut, keadaan demikian berlangsung sepanjang tahun, tapi karena peredaran bumi mengelilingi matahari maka di Indonesia angin pasat itu berubah arah. Angin pasat tenggara sewaktu melintasi khatulistiwa berubah menjadi angin barat daya, sedangkan angin angin pasat timur laut waktu melintasi khatulistiwa berubah menjadi angin barat laut[1], karena letak Indonesia berada antara benua Asia dan Australia maka mempunyai pengruh besar pada berhembusnya angin. Iklim panas di salah satu benua akan membawa perubahan pada angin, karena itulah terjadilah angin musim yang setiap setengah tahun berubah arah. Di Indonesia pada bulan Desember - Februari berhembus angin barat, dan pada bulan September - November berhembus angin timur[2], pelaut-pelaut kita sudah mengenal angin musim dan tahu cara memanfaatkannya.
Pada abad 16, tehnik pelayaran orang barat lebih berkembang daripada pelayaran kita. Kapal mereka lebih besar dan lebih maju, tetapi tehnik diantara orang Indonesia sendiri tidak sama. Ada yang sama sekali menggunakan cara alam. Mereka berlayar menggunakan perasaan atau naluri. Dengan melihat melihat bentuk awan, pantulan sinar matahari, warna dan jenis air laut, serta arus laut. Untuk menentukan lokasi dan arah pelayaran mereka menggunakan tanda-tanda yang sudah disediakan oleh alam, seperti : pulau, gunung, tanjung, teluk dan sebagainya.
·         Rute dan Pusat Pelayaran
Pada tahun 1521 rute laut baru yang menghubungkan Maluku dengan Eropa telah diketemukan, sebuah kapal Spanyol Telah berlayar dari Tidore menuju ke selatan ke pulau Timor, kemudian ke barat daya menyeberangi Samudra Indonesia dan sampai di ujung selatan Afrika. Dari sini kapal Spanyol melewati laut Atlantik dan sampailah di muara sungai Guadalquifir di tanah Iberia selatan. Kejadian ini sangat penting bagi pelayaran dan perdagangan karena untuk pertama kalinya rempah-rempah Indonesia diangkut langsung dari tempat asalnya ke Eropa.
Sebelum tahun 1521  rempah-rempah maluku diangkut dengan cara bertahap, waktunya lebih lama dan melibatkan lebih banyak pedagang, terlebih dulu rempah-rempah diangkut ke Hitu dan Banda dari sini pelaut Jawa dan Bugis membelinya dan mengangkut ke bandar-bandar di pesisir utara Jawa, ke Pasai atau ke Malaka.
Pada abad 16, bangsa Spanyol yang sudah menguasai Manila membuat rute pelayaran baru melewati Samudra Pasifik. Rute itu menghubungkan Manila dan Acapulco di pantai barat Meksiko. Pelaut-pelaut Spanyol lebih banyak berdagang antara Filipina dan Cina, dan menyukai sutra dan porselin dari Cina. Tetapi karena bangsa Spanyol juga mencari rempah-rempah, kapal-kapal Spanyol juga berlayar ke Ternate dan Tidore secara teratur, bahkan Spanyol mendirikan benteng di kedua daerah tersebut. Hubungan dengan Manila berlangsung selama hampir 60 tahun[3].

2.     PERDAGANGAN
·        Pemilik modal pelayaran dan barang dagangan
Cara berdagang pada abad 16 agak lain dari zaman sekarang, apabila ada kapal akan berlayar maka mereka itu mengumpulkan modal untuk melengkapi dan menyediakan muatan untuk diperdagangkan. Para saudagar dan orang kaya bilamana ada kapal akan berangkat, menitipkan uang atau barang kepada nahkoda kapal untuk dipakai sebagai modal dagang. Mereka terlebih dahulu mengadakan perjanjian, uang atau modal itu biasanya dikembalikan menjadi lipat dua. Apabila modal itu tidak dapat kembali maka si peminjam harus menyerahkan anggota keluarganya, seperti anak-anaknya sebagai jaminan sampai hutangnya lunas. Tetapi kalau ada sebab yang masuk akal seperti kapal tenggelam, maka si peminjam tidak perlu mengembalikan hutangnya, perjanjian itu ditulis pada daun lontar, atau pada kertas Cina berwarna[4].
Perdagangan waktu itu banyak resikonya, kapal-kapal mungkin saja diserang angin dan ombak sehingga tenggelam , atau di bajak oleh kapal lain. Dalam hal demikian tentu saja semua fihak merugi, tetapi kalau perdagangan berhasil untungnya cukup bagus. Pada saat itu yang berlayar dan yang memberi modal akan bersama-sama menanggung rugi kalau barang rusak di lautan, terbakar, atau di bajak. Di luar itu si tertitip modal harus mengganti, sebab banyak juga pedagang yang alpa. Misalnya modal tersebut dihabiskan untuk berjudi, mabuk, dipinjamkan, atau di pakai untuk keperluan lain. Kalau pedagang memperoleh untung, biasanya pemilik modal mendapat duapertiga bagian sedangkan yang berdagang mendapatkan sepertiga bagian.
·         Jaringan perdagangan di nusantara
a.          Malaka – pantai timur Sumatera :
Emas, kapur barus, lada, sutra, damar, madu, lilin, belerang, besi, kapas, rotan, dan hasil hutan lainnya. Hasil ini ditukarkan dengan tekstil India.
b.          Malaka – Sunda :
Lada, asam jawa, budak, emas, dan hasil pangan lainnya. Hasil tersebut ditukarkan dengan tekstil India, pinang, air mawar, dll.
c.           Malaka – Jawa Tengah dan Jawa Timur :
Bahan pangan, emas permata, budak, dan tekstil. Hasil ini ditukar dengan tekstil India dan barang-barang dari Cina.
d.          Jawa Barat – pantai barat Sumatra :
Hasilnya sama dengan pantai timur Sumatra dan Kuda. Hasil-hasil tersebut dikapalkan ke Jawa Barat.
e.           Jawa Tengah dan Jawa Timur – Sumatra Selatan :
Kapas, madu, lilin, tir, lada, dan emas dikapalkan ke Jawa.
f.           Jawa – Bali, Lombok, Sumbawa :
Bahan-bahan pangan, tekstil kasar, budak, dan kuda. Hasil ini ditukarkan dengan tekstil kasar Jawa.
g.          Bali, Lombok, SumbawaTimur, Sumba :
Kayu cendana dari Timur dan Sumba ditukar dengan tekstil kasar Jawa dan India.
h.          Timor dan Sumba – Maluku :
Pala, cengkih, dari Maluku ditukar dengan mata uang Jawa dan perhiasan-perhiasan India.
i.            Jawa dan Malaka – Kalimantan Selatan :
Intan, emas, dan kapur barus ditukar dengan tekstil India.
j.            Sulawesi selatan – Malaka, Jawa, Brunei, Siam :
Beras dan emas Makasar ditukar dengan tekstil India dan damar[5].

3.     BANDAR-BANDAR
·        Letak dan kegunaannya
Bandar adalah tempat untuk berlabuh kapal-kapal dan wilayah kota perdagangan di sekitarnya. Tidak semua tempat yangterletak di tepi pantai atau muara sungai dapat menjadi bandar, banyak hal yang menyebabkan bandar menjadi ramai atau sepi. Biasanya ramai dan sepinya bandar disebabkan karena faktor keamanan, kalau bandarnya dihuni perampok niscaya tidak ada kapal yang mau berlabuh. Juga pada keadaan alamnya : apakah letaknya baik? Yaitu terlindung dari ombak yang besar, angin yang kencang, dan arus yang kuat. Sebab pelabuhan itu tempat beristirahat bagi kapal-kapal. Berbulan-bulan mereka di lautan luas yang dasyat, diombang-ambingkan oleh ombak, dan diterjang taufan serta dihadang bajak laut[6]. Maka ketika kapal itu masuk pelabuhan, kapal itu harus mendapat kesempatan beristirahat. Entah itu digunakan untuk memperbaiki kapal atau menaik-turunkan barang dagangan.

·         Cara memungut bea-cukai
Negara yang mempunyai bandar yang hidup dan ramai akan menjadi negara kaya, pelabuhan itu merupakan sumber penghasilan penting bagi kerajaan . Pelabuhan juga merupakan pintu gerbang, semua barang dari luar negeri masuknya melalui pelabuhan demikian juga barang dari dalam negeri dikeluarkan dari pelabuhan juga. Semua barang tersebut dikenakan pajak atau bea-cukai. Tiap bandar atau pelabuhan besar bea-cukainya berbeda-beda tergantung ketetapan dari raja.

SELAT MALAKA SEBAGAI GERBANG LALU LINTAS PELAYARAN DUNIA
Selat Malaka mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan dan pelayaran, itu semua dikarenakan selat tersebut sebagai jalur perhubungan antara Eropa, Asia barat, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Selat Malaka menghubungkan Samudra Hindia dengan Laut Cina Selatan dan terletak antara 95o Bujur Timur sampai 105o Bujur Timur dan antara garis Khatulistiwa dengan garis 6o Lintang Utara[7]. Nama itu diberikan karena tiap kapal asing yang berlayar dari barat ke nusantara kebanyakan akan melewati Selat Malaka dan singgah di bandar Malaka.

PETA JALUR PELAYARAN DAN PERDAGANGAN

  1. RUTE PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ABAD 16 (Sebelum Malaka jatuh ke tangan Portugis)



KESIMPULAN
            Pada abad 16 pelayaran dan perdagangan sudah dilakukan oleh nenek moyang kita, perdagangan merupakan sumber penghasilan utama masyarakat Indonesia, perdagangan tersebut dilakukan di pelabuhan-pelabuhan di nusantara, kerajaan yang memiliki bandar atau pelabuhan yang ramai  akan menjadi negara yang kaya. Salah satu aspek dari perdagangan adalah pelayaran. Pelayaran di nusantara ditentukan oleh angin yang berhembus tiap beberapa bulan sekali.  Angin tersebut adalah angin barat dan angin timur.
            Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menemukan rute pelayaran dari Eropa ke Asia, saat itu pelaut Portugis yang bernama Diogo Lopes de Sequeira menemukan Malaka pada tahun 1509 dan berusaha menjalin persahabatan dengan penguasa Malaka namun gagal. Sejak saat itulah perdagangan dan pelayaran di Indonesia semakin ramai karena kedatangan bangsa Eropa.







DAFTAR PUSTAKA

Nugroho Noto Susanto. (1979). Sejarah Nasional Indonesia jilid II. Bandung : Masa Baru.

Prof.Dr.D.H.Burger. (1962). Indonesia antara tahun 1500-1800. Jakarta : Pradnjaparamita.

Sejarah Umum jilid I SMA.(1981). Jakarta : PT Grafitas Offset.

M.C.Ricklefs. cetakan lima (1995). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University.





[1]Nugroho Noto Susanto, Sejarah Nasional Indonesia jilid II. Bandung : Masa Baru, 1979. hal. 22
[2] Ibid
[3] Ibid., hal. 29
[4] Ibid., hal. 30
[5] Riklefs.M.C., Sejarah Indonesia Modern. Cetakan kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University, 1995. hal. 29
[6] Nugroho Noto Susanto, op.cit., hal. 39
[7] Sejarah Umum jilid I SMA. Jakarta : PT Grafitas Offset, cetakan 1981. hal. 86

No comments:

Post a Comment