Friday, November 18, 2016

Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

PENDAHULUAN
Pada awalnya nenek moyang kita memiliki kepercayaan asli, yakni kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kepercayaan terhadap tenaga-tenaga gaib yang ada di alam semesta ini. Animisme, ialah suatu kepercayaan akan kesaktian oh nenek moyang. Roh ini sangat dipuja-puja karena masyarakat zaman dahulu beranggapan bahwa nenek moyang yang mewariskan dan melindungi adat. Kesejahteraan masyarakat bergantung kepada penuaian kewajiban orang-seorang, yakni adat. Dinamisme, ialah kepercayaan akan adanya tenaga-tenaga gaib pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan sebagaianya. Kepercayaan akan adanya tenaga gaib itu merupakan bagian penting daripada hidup daripada hidup kerohanian nenek moyang pada masa itu.
Meskipun pada waktu itu belum terdapat kota-kota, akan tetapi orang-orang telah bersama-sama mendiami suatu perkampungan dan tinggal di tempat tersebut yang disebut juga masyarakat kecil. Masyarakat itu merupakan masyarakat gotong royong karena didalamnya belum terdapat perbedaan kelas.
Sistem gotong royong yang dipakai dalam mengerjakan tanah-tanah pertanian, mendirikan rumah-rumah dan memelihara desa. Tiap masyarakat memerlukan seorang pemimpin. Ketua adat merupakan pemimpin masyarakat kecil tersebut, ia dianggap sebagai seseorang yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap para anggotanya. Manifestasi ketua adat disini benar-benar terlihat pada acara yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Dengan datanganya pengaruh Hindhu, seorang ketua adat berubah fungsinya menjadi raja.
Berbeda dengan pengaruh Islam di Indonesia, Islam datang melaui jalur perdagangan dan mulai dapat bersosialisasi dengan masyarakat setempat dengan bantuan apa yang biasa disebut Wali Songo. Sistem pendidikan dan penyebaran Islam oleh Wali Songo sangat bervariasi, mulai dari mengadakan pertunjukan wayang, pesantren, selamatan yang didalamnya dibubuhi oleh doa-doa Islam dan sebagainya. Didalam makalah ini kami memfokuskan pada sistem pendidikanya saja dan mencoba, mengali dan  menelaah bagaimana perkembangan sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai dari yang paling sederhana sampai sistem pendidikan Islam yang sampai saat ini tetap eksis.

PEMBAHASAN
Melihat fakta yang ada, mulai dari Indonesia zaman Islam masuk sampai Indonesia abad modern ini perkembangan Islam di Indonesia menunjukan prestasi yang membanggakan karena Islam merupakan agama yang mayoritas di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tesebut terjadi yakni dalam sistem pendidikannya. Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia melalui beberapa media dari yang paling kuno yaitu langgar,  mulai berubah menjadi sistem pesantren dan Madrasah merupakan pendidikan Islam berbasis modern. Pada saat ini pendidikan Madrasah sangat diminati oleh sebagian masyarakat muslim di Indonesia.
Dua lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa, yakni Langgar dan Pesantren karena Isam berprinsip demokrasi, maka pengajaranya merupakan pengajaran rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang agama dan bukan untuk memberikan pengetahuan umum.
Langgar merupakan suatu tempat semacam musola atau lebih kecil untuk melaksanakan ibadah shalat dan untuk tempat berkumpulnya guru dan murid. Pengajaran di Langgar rmerupakan pengajaran agama permulaan. Mula-mula murid mempelajari abjad Arab kemudian mengejah ayat-ayat Al-Quran tersebut dengan irama dan suara tertentu. Pelajaran yag diberikan dengan sistem sekepala. Seorang guru menyebutkan sesuatu dan murid menirunya. Biasanya yang menjadi cita-cita ialah dapat membaca Al-Quran sampai tamat dan dengan irama dan suara merdu.
Jangka waktu dalam pembelajaran tidak menentu biasanya berlangsung setahun atau lebih, tetapi kadang-kadang hanya diikuti selama beberapa bulan saja. Pada umumya proes pengajaran di Langgar diberikan pada pagi dan malam hari setelah shalat magrib sampai menunggu Isya. Guru disini ialah seseorang yang sudah memiliki pengetahuan yang mendalam dan dipandang sebagai seseorang yang sakti. Para murid tidak boleh melawan guru karena diaanggap berdosa. Dalam sistem pendidikan di Langgar ini biasanya tidaklah dipungut biaya hanya saja bagi para murid yang telah selesai menamatkan pelajarannya dalam artian telah dapat membaca Al-Quran secara benar, maka diadakan selamatan atau khataman.

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran yang berbasis pada agama Islam. Umumnya dilakukan cara nonklasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama Arab abad pertengahan. Sedangkan kyai ialah seorang ahli dan pemeluk agama islam yang mengajarkan ilmunya kepada santri dan biasanya sekaligus merupakan pemimpin dan Pesantren. Biasanya para santri berasal dari berbagai tempat, mereka tinggal dalam pondok (asrama), meskipun ada kalanya tinggal dirumah mereka sendiri atau rumah-rumah disekitar Pesantren. Adakalanya guru menerima sumbangan dari murid-muridnya berupa uang dan bahan makanan. Sumbangan tersebut merupakan kerelaan santrinya dan guru hidup besama-sama dengan para santrinya. Pesantren ialah sistem pendidikan yang lebih lanjut dan santri-santri pada umumnya terdiri dari anak-anak yang lebih tua dan telah memiliki pengetahuan dasar yang mereka peroleh di Langgar.
Disamping mempelajari ilmu agama Islam, santri-santri itu juga belajar hidup sendiri, memasak sendiri, mengatur pembelanjaan sendiri, dan mengurus hal-ikhwal sendiri. Mereka membawa sendiri keperluan hidup sehari-hari, seperti beras, uang, dan beberapa alat memasak dari rumahnya sendiri sebagai bekal di asrama. Lama belajar di Pesantren pun tidak menentu, ada yang setahun atau bahkan lebih. Proses pengajaran di Pesantren diberikan mulai pagi hari sesudah shalat subuh. Pertama-tama mereka kerja bakti bagi gurunya seperti membersihkan halaman, berkebun, bekerja disawah, dan lain sebagainya. Sesudah makan siang semua santri diperbolehkan untuk istirahat dan untuk kemudian dimulai lagi dengan pelajaran yang diselingi dengan menghafal. Selanjutnya bada’ magrib dan isya dimulai lagi dengan pelajaran, khusus untuk murid-murid yang telah tinngi tingkat pelajarannya dibeikan pelajaran dari pelbagai kitab dengan sistem klasikal. Mata pelajaran yang terpenting dalam Pesantren adalah : 1. Usuluddin (pokok-pokok ajaran kepercayaan), 2. Usul Fiqh (alat penggali hukum dari Al-Quran dan Hadist), 3. Fiqh (cabang dari Usuluddin), dan 4. Ilmu Arobiyah (untuk mendalami bahasa agama).

Di Sumatera Barat tidak ada pemisahan antara Langgar dan Pesantren. Sekolah-sekolah agama Islam di Sumatera Barat diberi nama Surau. Disurau bukan saja orang mempelajari pelajaran agama permulaan, akan tetapi juga selanjutnya. Di Aceh semacam itu itu disebut Rangkang. Melihat organisasi pesanteren di Jawa, Surau dan Rangkang di Pulau Sumatera, yang telah banyak menunjukan persamaan dengan sistem asrama (sistem guru-kula) di India. Ada dugaan kuat bahwa lembaga-lembaga pendidikan smacam ini telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, kita ingat saja kead sistem pondoknya kedudukan guru sebagai seorang yang sakti, bertuah dan suasana gotong royong yang meliputi seluruh kehidupan sekolah. Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa Pesantren itu banyak menunjukan persamaan dengan pisat-pusat pendidikan di India. Kalau ada perbedaan hanya terletak pada bahan pelajaran dan murid-muridnya. Pengajaran di Hindhu hanya diberikan kepada anak-anak bangsawan saja, sedangkan pengajaran Islam diikuti oleh setiap orang yang menghendakinya.
Sistem pendidikan Madrasah ialah suatu sistem pendidikan yang menggunakan ruangan atau kelas, bangku, dan kursi sebagai tempat belajar. Selain itu madrasah ini menggunakan kurikulum dan metoda yang disesuaikan dengan pendidikan ala barat. Mata pelajaran yang diberikan ialah pengetahuan agama dan ilmu- ilmu umum. Pada awal berdirinya Madrasah hanya memberikan pengetahuan agama Islam saja, seperti halnya dengan Langgar dan Pesantren, arti Madrasah ialah dan sistem dari Arab. Pada tahun 1931 terjadi perubahan besar yakni mulai dimasukan pengetahuan umum. Oleh karena itu, Madrasah berbeda dengan Langgar dan Pesantren dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Memiliki daftar dan rencana pelajaran.
2.      Berkelas atau mempunyai ruangan untuk proses belajar mengajar.
3.      Mempunyai administrasi sekolah yang lengkap, diantaranya telah memiliki daftar hadir para siswanya.
4.      Melaksanakan sistem klasikal
5.      Para guru memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan murid-murinya.
6.      Mempunyai batas umur tertentu.
7.      Para murid diwajibkan membayarkan iuran sekolah.
Pada awalnya susunannya Madrasah itu bertingkat-tingkat, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai yang lebih tinggi. Tingkatan-tingkatan tersebut terdiri dari : Awaliyah, khusus diberikan pelajaran agama pada anak-anak yang bersekolah di Sekolah Desa, lama belajar 6 tahun. Ibtidaiyah, lanjutan dari awaliyah atau lanjutan Sekolah Desa yang telah menamatkan Al-Quran, lama belajar 4 tahun. Tsanawiyah, sama dengan Mulo dan lama belajar 3 tahun dan Sekolah Menegah Atas Islam (Aliyah), sama dengan AMS lama belajar 4 tahun. Sedangkan pada sekarang ini susunan Madrasah, telah mengalami sedikit perubahan, yaitu : Madrasah Rendah/Dasar (Ibtidaiyah), setara dengan SD dan lama belajr 6 tahun. Madrasah lanjutan Pertama (Tsanawiyah), setara dengan SMP dan lama belajar 3 tahun dan  Madrasah lanjutan Atas (Aliyah), setara dengan SMA dan lama belajar 3 tahun.

KESIMPULAN
Perkembangan sistem pendidikan Islam di Indonesia mengalami banyak perubahan atau modifikasi mengikuti perkembangan kemajuan zaman. Namun tidak bertolak belakang dari tuntunan yang ada, yakni Al-Quran dan Hadist, hal ini dilakukan agar Islam masih tetap eksis dan mempunyai peranan dalam pendidikan di Indonesia. Berdeda halnya dari sistem pendidikan Isalam kuno seperti Lnggar, yang memberikan pengajaran Islam hanya dalam membaca dan mengeja Al-Quran, Pesantren yang mengajarkan pada para santrinya untuk dapat hidup mandiri, seperti memasak dan mencuci pakaian masing-masing. Dalam sistem pendidikan Pesantren para santri dituntut untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam secara lebih detail dan pelaksanaannya pula. Sebagai contoh santri setiap pagi santri mendapatkan ilmu-ilmu Islam yang tidak diperoleh pada  Langgar dan Madrasah. Apabila terdapat para santri yang tidak pematuhi peraturan, seperti tidak mengaji dan shalat maka ada dikenai sangsi. Sangsi disini biasanya berupa hukuman agar santri tidak menggulanginya, hukuman itu seperti mengepel musola dan mengangkat air ke dalam bak mandi. Namun pada masa sekarang ini sudah banyak berdirinya Pesantren-Pesantren yang modern, dibuktikan dengan sistem pendidikannya juaga tidak berpatok pada agama saja, melainkan juga pada ilmu-ilmu umum lainnya, serta memakai peralatan canggih dalam proses pengajarannya.
Berbeda halnya dengan sistem pendidikan Langgar dan Pesantren, sistem pendidikan Madrasah disini lebih menitikberatkan pada upaya untuk menyeimbangkan pengetahuan murid tentang ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Madrasah disini juga memiliki peraturan tertentu dan terstuktur, serta sistem pengajarannya dilakukan secara klasikal. Pada zaman sekarang ini banyak Madrasah yang telah diakui oleh pemerintah sebagai sekolah negeri.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1984). Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
I. Djumhur dan Drs. Danasuparta. (1974). Sejarah Pendidikan. CV. Ilmu: Bandung.
Www. Yahoo.co.id. Exsplopedia Indonesia. Diakses tanggal 20 Februari 2009, pukul 17.00 Wib.
Www. Google.com. Definisi Madrasah. Diakses tanggal 20 Februari 2009. Pukul 17.10 Wib.


No comments:

Post a Comment