PENDAHULUAN
Pada awalnya nenek moyang
kita memiliki kepercayaan asli, yakni kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan
kepercayaan terhadap tenaga-tenaga gaib yang ada di alam semesta ini. Animisme,
ialah suatu kepercayaan akan kesaktian oh nenek moyang. Roh ini sangat
dipuja-puja karena masyarakat zaman dahulu beranggapan bahwa nenek moyang yang
mewariskan dan melindungi adat. Kesejahteraan masyarakat bergantung kepada
penuaian kewajiban orang-seorang, yakni adat. Dinamisme, ialah kepercayaan akan
adanya tenaga-tenaga gaib pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda
dan sebagaianya. Kepercayaan akan adanya tenaga gaib itu merupakan bagian
penting daripada hidup daripada hidup kerohanian nenek moyang pada masa itu.
Meskipun pada waktu itu
belum terdapat kota-kota, akan tetapi orang-orang telah bersama-sama mendiami
suatu perkampungan dan tinggal di tempat tersebut yang disebut juga masyarakat
kecil. Masyarakat itu merupakan masyarakat gotong royong karena didalamnya
belum terdapat perbedaan kelas.
Sistem gotong royong yang
dipakai dalam mengerjakan tanah-tanah pertanian, mendirikan rumah-rumah dan
memelihara desa. Tiap masyarakat memerlukan seorang pemimpin. Ketua adat merupakan
pemimpin masyarakat kecil tersebut, ia dianggap sebagai seseorang yang
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap para anggotanya. Manifestasi
ketua adat disini benar-benar terlihat pada acara yang berhubungan dengan
upacara keagamaan. Dengan datanganya pengaruh Hindhu, seorang ketua adat
berubah fungsinya menjadi raja.
Berbeda dengan pengaruh
Islam di Indonesia, Islam datang melaui jalur perdagangan dan mulai dapat
bersosialisasi dengan masyarakat setempat dengan bantuan apa yang biasa disebut
Wali Songo. Sistem pendidikan dan penyebaran Islam oleh Wali Songo sangat
bervariasi, mulai dari mengadakan pertunjukan wayang, pesantren, selamatan yang
didalamnya dibubuhi oleh doa-doa Islam dan sebagainya. Didalam makalah ini kami
memfokuskan pada sistem pendidikanya saja dan mencoba, mengali dan menelaah bagaimana perkembangan sistem
pendidikan Islam di Indonesia mulai dari yang paling sederhana sampai sistem
pendidikan Islam yang sampai saat ini tetap eksis.
PEMBAHASAN
Melihat fakta yang ada,
mulai dari Indonesia zaman Islam masuk sampai Indonesia abad modern ini
perkembangan Islam di Indonesia menunjukan prestasi yang membanggakan karena
Islam merupakan agama yang mayoritas di Indonesia. Salah satu faktor yang
menyebabkan hal tesebut terjadi yakni dalam sistem pendidikannya. Perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia melalui beberapa media dari yang paling kuno
yaitu langgar, mulai berubah menjadi
sistem pesantren dan Madrasah merupakan pendidikan Islam berbasis modern. Pada
saat ini pendidikan Madrasah sangat diminati oleh sebagian masyarakat muslim di
Indonesia.
Dua lembaga pendidikan yang
memegang peranan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa, yakni Langgar
dan Pesantren karena Isam berprinsip demokrasi, maka pengajaranya merupakan
pengajaran rakyat. Tujuannya memberikan pengetahuan tentang agama dan bukan
untuk memberikan pengetahuan umum.
Langgar merupakan suatu
tempat semacam musola atau lebih kecil untuk melaksanakan ibadah shalat dan
untuk tempat berkumpulnya guru dan murid.
Pengajaran di Langgar rmerupakan pengajaran agama permulaan. Mula-mula murid
mempelajari abjad Arab kemudian mengejah ayat-ayat Al-Quran tersebut dengan
irama dan suara tertentu. Pelajaran yag diberikan dengan sistem sekepala.
Seorang guru menyebutkan sesuatu dan murid menirunya. Biasanya yang menjadi
cita-cita ialah dapat membaca Al-Quran sampai tamat dan dengan irama dan suara
merdu.
Jangka waktu dalam
pembelajaran tidak menentu biasanya berlangsung setahun atau lebih, tetapi
kadang-kadang hanya diikuti selama beberapa bulan saja. Pada umumya proes
pengajaran di Langgar diberikan pada pagi dan malam hari setelah shalat magrib
sampai menunggu Isya. Guru disini ialah seseorang yang sudah memiliki
pengetahuan yang mendalam dan dipandang sebagai seseorang yang sakti. Para
murid tidak boleh melawan guru karena diaanggap berdosa. Dalam sistem
pendidikan di Langgar ini biasanya tidaklah dipungut biaya hanya saja bagi para
murid yang telah selesai menamatkan pelajarannya dalam artian telah dapat
membaca Al-Quran secara benar, maka diadakan selamatan atau khataman.
Pesantren adalah suatu
lembaga pendidikan dan pengajaran yang berbasis pada agama Islam. Umumnya
dilakukan cara nonklasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu agama islam
kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab
oleh ulama-ulama Arab abad pertengahan. Sedangkan kyai ialah seorang ahli dan
pemeluk agama islam yang mengajarkan ilmunya kepada santri dan biasanya sekaligus
merupakan pemimpin dan Pesantren. Biasanya para santri berasal dari berbagai
tempat, mereka tinggal dalam pondok (asrama), meskipun ada kalanya tinggal
dirumah mereka sendiri atau rumah-rumah disekitar Pesantren. Adakalanya guru menerima sumbangan dari murid-muridnya berupa uang dan bahan
makanan. Sumbangan tersebut merupakan kerelaan santrinya dan guru hidup
besama-sama dengan para santrinya. Pesantren ialah sistem pendidikan yang lebih
lanjut dan santri-santri pada umumnya terdiri dari anak-anak yang lebih tua dan
telah memiliki pengetahuan dasar yang mereka peroleh di Langgar.
Disamping mempelajari ilmu
agama Islam, santri-santri itu juga belajar hidup sendiri, memasak sendiri,
mengatur pembelanjaan sendiri, dan mengurus hal-ikhwal sendiri. Mereka membawa
sendiri keperluan hidup sehari-hari, seperti beras, uang, dan beberapa alat
memasak dari rumahnya sendiri sebagai bekal di asrama. Lama belajar di Pesantren
pun tidak menentu, ada yang setahun atau bahkan lebih. Proses pengajaran di Pesantren
diberikan mulai pagi hari sesudah shalat subuh. Pertama-tama mereka kerja bakti
bagi gurunya seperti membersihkan halaman, berkebun, bekerja disawah, dan lain
sebagainya. Sesudah makan siang semua santri diperbolehkan untuk istirahat dan
untuk kemudian dimulai lagi dengan pelajaran yang diselingi dengan menghafal. Selanjutnya
bada’ magrib dan isya dimulai lagi dengan pelajaran, khusus untuk murid-murid
yang telah tinngi tingkat pelajarannya dibeikan pelajaran dari pelbagai kitab
dengan sistem klasikal. Mata pelajaran yang terpenting dalam Pesantren adalah :
1. Usuluddin (pokok-pokok ajaran kepercayaan), 2. Usul Fiqh (alat penggali
hukum dari Al-Quran dan Hadist), 3. Fiqh (cabang dari Usuluddin), dan 4. Ilmu
Arobiyah (untuk mendalami bahasa agama).
Di Sumatera Barat tidak ada
pemisahan antara Langgar dan Pesantren. Sekolah-sekolah agama Islam di Sumatera
Barat diberi nama Surau. Disurau bukan saja orang mempelajari pelajaran agama
permulaan, akan tetapi juga selanjutnya. Di Aceh semacam itu itu disebut
Rangkang. Melihat organisasi pesanteren di Jawa, Surau dan Rangkang di Pulau
Sumatera, yang telah banyak menunjukan persamaan dengan sistem asrama (sistem
guru-kula) di India. Ada dugaan kuat bahwa lembaga-lembaga pendidikan smacam
ini telah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, kita ingat saja kead sistem
pondoknya kedudukan guru sebagai seorang yang sakti, bertuah dan suasana gotong
royong yang meliputi seluruh kehidupan sekolah. Dari uraian diatas jelas
terlihat bahwa Pesantren itu banyak menunjukan persamaan dengan pisat-pusat
pendidikan di India. Kalau ada perbedaan hanya terletak pada bahan pelajaran
dan murid-muridnya. Pengajaran di Hindhu hanya diberikan kepada anak-anak
bangsawan saja, sedangkan pengajaran Islam diikuti oleh setiap orang yang
menghendakinya.
Sistem pendidikan Madrasah
ialah suatu sistem pendidikan yang menggunakan ruangan atau kelas, bangku, dan
kursi sebagai tempat belajar. Selain itu madrasah ini menggunakan kurikulum dan
metoda yang disesuaikan dengan pendidikan ala barat. Mata
pelajaran yang diberikan ialah pengetahuan agama dan ilmu- ilmu umum. Pada awal
berdirinya Madrasah hanya memberikan pengetahuan agama Islam saja, seperti
halnya dengan Langgar dan Pesantren, arti Madrasah ialah dan sistem dari Arab.
Pada tahun 1931 terjadi perubahan besar yakni mulai dimasukan pengetahuan umum.
Oleh karena itu, Madrasah berbeda dengan Langgar dan Pesantren dan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Memiliki
daftar dan rencana pelajaran.
2.
Berkelas
atau mempunyai ruangan untuk proses belajar mengajar.
3.
Mempunyai
administrasi sekolah yang lengkap, diantaranya telah memiliki daftar hadir para
siswanya.
4.
Melaksanakan
sistem klasikal
5.
Para
guru memiliki rasa tanggung jawab atas kemajuan murid-murinya.
6.
Mempunyai
batas umur tertentu.
7.
Para
murid diwajibkan membayarkan iuran sekolah.
Pada awalnya susunannya
Madrasah itu bertingkat-tingkat, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai
yang lebih tinggi. Tingkatan-tingkatan tersebut terdiri dari : Awaliyah, khusus
diberikan pelajaran agama pada anak-anak yang bersekolah di Sekolah Desa, lama
belajar 6 tahun. Ibtidaiyah, lanjutan dari awaliyah atau lanjutan Sekolah Desa
yang telah menamatkan Al-Quran, lama belajar 4 tahun. Tsanawiyah, sama dengan
Mulo dan lama belajar 3 tahun dan Sekolah Menegah Atas Islam (Aliyah), sama
dengan AMS lama belajar 4 tahun. Sedangkan pada sekarang ini susunan Madrasah,
telah mengalami sedikit perubahan, yaitu : Madrasah Rendah/Dasar (Ibtidaiyah),
setara dengan SD dan lama belajr 6 tahun. Madrasah lanjutan Pertama
(Tsanawiyah), setara dengan SMP dan lama belajar 3 tahun dan Madrasah lanjutan Atas (Aliyah), setara
dengan SMA dan lama belajar 3 tahun.
KESIMPULAN
Perkembangan sistem
pendidikan Islam di Indonesia mengalami banyak perubahan atau modifikasi
mengikuti perkembangan kemajuan zaman. Namun tidak bertolak belakang dari
tuntunan yang ada, yakni Al-Quran dan Hadist, hal ini dilakukan agar Islam
masih tetap eksis dan mempunyai peranan dalam pendidikan di Indonesia. Berdeda
halnya dari sistem pendidikan Isalam kuno seperti Lnggar, yang memberikan
pengajaran Islam hanya dalam membaca dan mengeja Al-Quran, Pesantren yang
mengajarkan pada para santrinya untuk dapat hidup mandiri, seperti memasak dan
mencuci pakaian masing-masing. Dalam sistem pendidikan Pesantren para santri
dituntut untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam secara lebih detail dan
pelaksanaannya pula. Sebagai contoh santri setiap pagi santri mendapatkan
ilmu-ilmu Islam yang tidak diperoleh pada
Langgar dan Madrasah. Apabila terdapat para santri yang tidak pematuhi
peraturan, seperti tidak mengaji dan shalat maka ada dikenai sangsi. Sangsi
disini biasanya berupa hukuman agar santri tidak menggulanginya, hukuman itu
seperti mengepel musola dan mengangkat air ke dalam bak mandi. Namun pada masa
sekarang ini sudah banyak berdirinya Pesantren-Pesantren yang modern,
dibuktikan dengan sistem pendidikannya juaga tidak berpatok pada agama saja,
melainkan juga pada ilmu-ilmu umum lainnya, serta memakai peralatan canggih
dalam proses pengajarannya.
Berbeda halnya dengan sistem
pendidikan Langgar dan Pesantren, sistem pendidikan Madrasah disini lebih
menitikberatkan pada upaya untuk menyeimbangkan pengetahuan murid tentang ilmu
agama dan ilmu umum lainnya. Madrasah disini juga memiliki peraturan tertentu
dan terstuktur, serta sistem pengajarannya dilakukan secara klasikal. Pada
zaman sekarang ini banyak Madrasah yang telah diakui oleh pemerintah sebagai
sekolah negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1984). Sejarah
Pendidikan Daerah Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:
Jakarta.
I. Djumhur dan Drs. Danasuparta. (1974). Sejarah Pendidikan. CV. Ilmu: Bandung.
Www. Yahoo.co.id. Exsplopedia
Indonesia. Diakses tanggal 20 Februari 2009, pukul 17.00 Wib.
Www. Google.com. Definisi
Madrasah. Diakses tanggal 20 Februari 2009. Pukul 17.10 Wib.
No comments:
Post a Comment