H Samanhudi dilahirkan di desa Sondokan, Laweyan, Solo
pada 1878 (1296 H) dengan nama kecil Wirjowikoro. Ayahnya bernama H Muhammad
Zen, seorang pedagang batik yang cukup terkenal di kotanya.
Pendidikan Samanhudi hanya cukup di Sekolah Dasar Bumi
Putra (Eerste Inlandsche
School ) kelas dua, ditambah pelajaran
agama dari seorang kiai yang berasal dari Surabaya ,
bernama Kiai Joyermo.
Setelah itu ia membantu ayahnya berdagang batik. Rupanya
bakat Samanhudi dalam bidang dagang ini sangat kuat, sehingga dalam usia yang
sangat belia, setelah memisahkan diri dari perusahaan ayahnya, ia berhasil
menjadi seorang pengusaha dan saudagar yang sukses. Dan dalam waktu yang
relatif singkat ia dapat membuka cabang-cabang perusahaannya di berbagai
Dalam usia 20 tahun, Samanhudi menikah dengan seorang
gadis putri kiai Bajuri, yang bernama Suginah. Beberapa tahun kemudian ia
menikah lagi dengan seorang gadis yang bernama Marhingah. Dari dua orang istri
tersebut, Samanhudi dikaruniai sembilan orang anak, 6 putra dan 3 putri.
Meskipun dengan bekal pendidikan yang terbatas, Samanhudi terkenal seorang yang
saleh dan taat dalam menjalankan kewajiban agamanya. Pada tahun 1904 (1322 H)
ia pergi ke Mekkah untuk menjalankan ibadah haji. Di sana ia banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh
Islam dari berbagai negara. Pertemuan itu banyak menggugah Samanhudi untuk
mengadakan pergerakan pula di tanah airnya. Maka sepulang dari Mekkah ia
langsung mendirikan perkumpulan Mardhi Budhi, suatu organisasi yang bertujuan
memberikan bantuan kepada anggotanya dalam keperluan perkawinan, selamatan,
penyelenggaraan kematian, dan sebagainya. Dalam perkumpulan ini ia sendiri yang
menjadi ketua.
Beberapa tahun kemudian ia bersama-sama temannya
(Sumowardoyo, Jarmani, Harjosumarto, Sukir dan Martodikoro) mendirikan Syarekat
Dagang Islam (SDI). Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi ini berganti
nama Syarekat Islam (SI), dan akhirnya menjadi Partai Syarekat Islam Indonesia
(PSII).
Di lingkungan masyarakat Laweyan dan sekitarnya,
Samanhudi dikenal seorang pemimpin organisasi yang cukup disegani. Tetapi
ketika SI mulai tersebar di pulau Jawa, dengan bekal pendidikan yang terbatas
ditambah tidak memiliki bakat orator, ia kurang memenuhi syarat sebagai
pemimpin suatu organisasi atau pergerakan yang berskala besar. Karena tidak
memiliki sifat yang diperlukan untuk tampil di muka umum, ia lebih suka
menyerahkan kepemimpinan kepada Cokroaminoto.
Karena jarang tampil di muka umum, Samanhudi mudah dilupakan
orang. Seperti yang terjadi pada tahun 1913 (1332 H), ketika SI akan mengadakan
kongres di Surabaya, massa
rakyat masih menyambutnya sebagai "Bapak SI", dan pada kongres itu ia
masih dipercaya menjadi Ketua Central Comite. Namun beberapa tahun kemudian, ia
sudah dilupakan orang, maka ketika dibentuk Central Syarekat Islam (CSI) dia
hanya didudukkan sebagai ketua kehormatan (yang kurang berperan).
Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa Samanhudi
telah memainkan peranan penting dalam mengembangkan cita-cita kemerdekaan dan
emansipasi Indonesia .
Dia adalah pendiri suatu gerakan yang memiliki sejumlah sifat yang menarik bagi
massa rakyat, dan menentukan bagi masa depan dan
perkembangan Indonesia .
Samanhudi adalah seorang tokoh perintis pergerakan rakyat yang memiliki
semangat juang dan semangat pengorbanan yang tinggi bagi kepentingan
organisasi. Harta kekayaan, termasuk toko-tokonya yang hampir terdapat di
kota-kota besar di pulau Jawa, ia pergunakan untuk organisasi dan masyarakat.
Ia meninggal di Klaten, Jawa Tengah, pada Jumat, 18 Desember 1956 (1375 H)
sebagai pahlawan yang dikenang.
No comments:
Post a Comment