- Perkembangan Ekonomi
Sejak kemerdekaannya atau kuarng
lebih 50 ahun terakhir ini, Republik Korea telah berhasil mencapai pertumbuhan
ekonomi yang sangat tinggi yang memberinya kesempatan untuk menjadi suatu
negara yang maju. Berkat keberhasilannya mengembangankan perindustrian
nasional, Republik Korea berhasil menduduki urutan ke11 sebagai negara
perdagangan terbesar di dunia. Sejumlah besar perusahaan dan tenaga kerja
sangat aktif dalam melakukan kegiataannya, baik didalam maupun diluar negeri.
Kemajuan yang dicapai Republik Korea telah mendorong juga kebudayaan Korea
untuk berkembang menjadi kebudayaan internasional. Bidang pendidikan terus
ditingkatkan dengan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan
kesenian.
Perekonomian Korea Selatan sejak tahun 1960-an telah mencatat rekor
perkembangan yang luar biasa. Perkembangan ini terutama ditentukan lewat
integrasi negara ini kepada perekonomian dunia yang modern dan berteknologi
tinggi. Saat ini pendapatan perkapita Korea Selatan telah setara dengan
pendapatan negara-negara Uni Eropa. Selama kurun waktu 1980-an, Korea Selatan
mengadopsi sistem kedekatan antara sektor pemerintahan dan bisnis yang termasuk
juga kredit yang terarah, pembatasan impor, dan pensponsoran industri-industri
khusus. Pemerintah Korea Selatan mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan
teknologi dengan mengorbankan barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk
menabung dan melakukan investasi. Namun demikian, seiring dengan gelombang
krisis ekonomi yang melanda Asia, Korea Selatan tidak terkecualikan sebagai
salah satu negara yang terkena krisis. Rasio hutang yang tinggi, pinjaman yang
tinggi, serta ketidakdisiplinan sektor ekonomi telah menjatuhkan perekonomian
Korea Selatan pada tahun 1998.
Setelah empat tahun berada dalam pengobatan yang dilakukan oleh IMF,
perlahan perekonomian Korea Selatan meningkat kembali secara gradual. Dituntun
oleh pengeluaran konsumsi serta peningkatan ekspor yang signifikan, pada tahun
2002 Korea Selatan mencatat perkembangan perekonomian yang ditandakan oleh
peningkatan GDP sebesar 7 persen yang juga menandakan kelulusannya dari program
dan pengawasan IMF.[1] Korea
Selatan telah membayar kembali sisa pinjamannya sebesar US$ 19,5 milyar, dua
tahun lebih cepat dari perkiraan semula. Antara tahun 2003 – 2005, pertumbuhan
ekonomi berada pada kisaran 4 persen.
Pada tahun 2005, pemerintah membuat proposal tentang pengesahan reformasi
kaum buruh dan skema dana pensiun perusahaan untuk membuat pasar tenaga kerja
lebih fleksibel. Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan real-estate untuk
mendinginkan spekulasi yang dibuat oleh sektor properti. Perkembangan yang
positif ini dibarengi dengan berbagai upaya restrukturisasi di sektor keuangan,
korporasi dan publik. Pemulihan ekonomi Korsel yang berlangsung cepat tersebut
sebagian besar juga didukung dengan penerapan kebijakan suku bunga yang rendah
dan stabilisasi pasar domestik. Kebijakan ini pada gilirannya mendorong iklim
investasi dan permintaan domestik.
Secara umum, perekonomian Korea Selatan lewat ditandai lewat tingkat
Inflasi yang moderat, tingkat pengangguran yang rendah, surplus dari ekspor,
dan pendistribusian pendapatan yang merata. Semua ini menandakan solidnya
perekonomian Korea Selatan.
Menurut
Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, pada tahun 2006 perekonomian
Korea Selatan akan terus berkembang walaupun ancaman kondisi eksternal seperti
harga minyak dunia tetap membayangi. Pada tahun 2006 ini, Korea Selatan telah
mereformasi sektor perpajakan yang sejalan dengan arah kebijakan ekonomi makro
Korea Selatan pada paruh kedua tahun 2006. Komposisi perekonomian dilihat dari
pendapatan per kapita Korea Selatan adalah sebesar 3.3 persen untuk sektor
pertanian, 40.3 persen untuk sektor industri, dan 56.3 persen untuk sektor
Jasa.
Tiga tren utama
yang diidentifikasikan akan memberikan efek positif kepada pertumbuhan industri
Korea Selatan adalah:
1. Pendewasaan
teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi
inter-disipliner
3. Kerjasama ekonomi
antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang pada tahun 2006 mencapai 1 milyar
dollar AS
Sebaliknya,
tiga trend utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek negatif kepada
industri Korea adalah:
1. Populasi angkatan
kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan
degradasi lingkungan yang berakibat kepada masalah ingkungan hidup
3. Hegemoni teknologi:
permasalahan hak cipta.
- Perkembangan Sosial dan Kebudayaan
·
Perkembangan
Pendidikan Nasional
Selama 50 tahun sejak bangsa Korea memperoleh kemerdekaannya, pendidikan
nasional terus berkembang pesat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Di
Korea Selatan kiniterdapat sekitar 290 Universitas, 1.800 SMA, 2.560 SMP dan
5.900 SD dan sejumlahsarana pendidikan unuk anak-anak. Banyaknya lembaga
pendidikan di korea itu dapat mencerminkan semangat belajar bangsa Korea.[2]
Pengembangan pendidikan Korea Selatan telah memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk menyerap pengeahuan dan teknologi baru dalam waktu yang
relatif singkat. Perkembangan pendidikan nasional Korea Selatan ini sedikit
banyak telah memberikan sumbangan besar bagi perumbuhan ekonomi dan sosial.
Pada tahn1968, pemerintah mencetuskan piagam pendidikan nasional untuk
mengembangkan pendidikan secara pragmatis berdasarkan kesadaran nasional dalam
rangka memulihkan kembali penilaian tradisional bangsa Korea dalam menghadapi
tantangan sistem pendidiakn dunia barat.
·
Pengembangan
Penelitian Ilmiah
Seiring dengan pertumbuhan dunia pendidikan, bidang keilmuan, Korea
berhasil mencapai kemajuan besar, kususnya dalam bidang bahasa Korea,
kesustraan dan sejarah Korea. Selama masa penjajahan Jeoang di Semenanjung
Korea, imperalis Jepang menghapuskan bahasa dan sejarah Korea dengan maksud
untuk melenyapkan seni budaya bangsa Korea karena bahasa dan sejarah adalah
ilmu dasar yang mengandung kehidupan dan jiwa bangsa yang besangkutan. Selain
pelajaran nasional, ilmu-ilmu lainnya juga berkembang pesat di Koera. Sejumlah
pelajar Korea pegi keluar negri untuk melanjutkan studinya dan setelah kembali
mereka membawa teori ilmiah yang baru serta pengetauan yang muakhir.[3]
·
Perkembangan
Ilmu Pengeahuan dan Teknologi
Sejak memperoleh kemerdekaannya, korea selatan berusaha semaksimal mungkin
untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Melalui
usahanya itu Korea Selatan berhasil mencapai kemajuan yang cukup bsar khususnya
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sebagai pendorong utama untuk mengembangkan
ekonomi nasional. Dibidang ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan praktis
berkembang pesat untuk meningkatkan teknologi canggih bagi industri baja,
tektil, elektronika, mobil, kapal laut dan komputer. Teknologi Korea dari
kerajinan tangan, termasuk penggosok permata sampai pembangunanan bendungan
raksasa telah mencapai taraf internasional. Hal ini membuktikan keberhasilan
masyarakat Korea unuk menerapkan teknologi canggih dari luar negeri. Korea Selatan
akan terus mencari jalan untuk menyumbangkan kebudayaan umat manusia
berdasarkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
·
Keagamaan
dan Kesenian
Sistem demokrasi di Korea Selatan menjamin kebebasan beragama dan aktivitas
seni budaya. Taraf hidup masyarakat Korea telah ditingkatkan sejak tahu 1960an
sehingga kegiatan serupa semakin bervariasi. Di bidang keagamaan jumlah
penganut agama Kristen terus meningkat seiring dengan datangnya pengaruh dari
barat. Agama Protestan, Katolik dan Budha merupakan agama mayoritas di Korea
Selatan. Agama-agama tersebut telah memberi sumbangan besar bagi masyarakat
Korea ketika kanca politik dalam negei Korea mengalami kekacauan dengan
memberikan kesempatan bagi Korea untuk melanjutkan pendidikan.
Kegiatan-kegiatan seni budaya, misalnya kesustraan, lukisan dan arsitektur
pun terus berkembang setelah berhasil memperoleh kembali kebebasan menggunakan
bahasa dan huruf Korea, sejumlah besar pengarang menciptakan karyanya sesuai
dengan selera masyaraka. Seni lukis dan musik juga berusaha untuk mewujudkan
warisan dan tradisi Korea kuno sambil menerapkan gaya baru yang datang dari
pengarh barat. Pengaktifan agama dan seni budaya di Korea memperlihatkan
keunggulan kebudayaan bangsa Korea berdasarkan keharnonisan antara nilai-nilai
tradisional dengan gaya modern dunia barat.[4]
Pertunjukkan musik tradisional
Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda
dalam setiap pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih
dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan alunan musik
barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan
(alunan) yang paling lambat sampai paling cepat. Pungmul adalah jenis
musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam
jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan. Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian, tarian
rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas rakyat biasa. Tarian istana yang
umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu
yang dipentaskan dalam upacara Konfusius. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang
asli dari Korea (hyangak jeongjae) dan jenis yang dibawa dari Tiongkok (dangak
jeongjae). Tarian lainnya adalah tarian Shamanisme yang dipentaskan oleh
dukun dalam upacara-upacara tertentu.
Dalam bidang Kerajinan tangan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam
kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan
kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki
banyak kesamaan dengan tembikar Tiongkok kuno yang ditemukan di sekitar wilayah
kebudayaan Sungai Kuning. Dalam hal tempat tinggal Masyarakat tradisional Korea
memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi.[5]
Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki
energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan.
Geomansi mempengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan
untuk membangunnya. Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan
dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya
matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini. Rumah
tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah menjadi bagian
dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang)
dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan
suatu keluarga.
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot).
Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk
laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea berpakaian
sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting.
Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang
mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat
bawah yang hidup miskin. Pada awalnya, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan
sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara
dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi),
pernikahan atau upacara kematian. Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam
kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.
[1] Www. Google. com. (Perkembangan
Perekonomian di Korea). Diakses tanggal
09 Oktober 2009 . pukul 19.30 wib.
[2] Yang Seung-Yoon. (2003). Sejarah Korea Sejak Awal Abad Sampai Masa
Kontemporer. Yogyakarta; Gadjah Mada Uniersity Press. Ham 123-124.
[3] Ibid. Halm 126
[4] Ibid.
Halm 130-131
[5] Www. Yahoo. Co.id. (Wikipedia
Indonesia; Kebudayaan di Korea). Diakses tanggal 09 Oktober 2009 . pukul 19.30 wib.
No comments:
Post a Comment