Friday, September 23, 2016

Sejarah Singkat: Budaya & Ekonomi Korea Selatan-Korea Utara

  1. Perkembangan Ekonomi
Sejak kemerdekaannya atau kuarng lebih 50 ahun terakhir ini, Republik Korea telah berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi yang memberinya kesempatan untuk menjadi suatu negara yang maju. Berkat keberhasilannya mengembangankan perindustrian nasional, Republik Korea berhasil menduduki urutan ke11 sebagai negara perdagangan terbesar di dunia. Sejumlah besar perusahaan dan tenaga kerja sangat aktif dalam melakukan kegiataannya, baik didalam maupun diluar negeri. Kemajuan yang dicapai Republik Korea telah mendorong juga kebudayaan Korea untuk berkembang menjadi kebudayaan internasional. Bidang pendidikan terus ditingkatkan dengan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan kesenian.

Perekonomian Korea Selatan sejak tahun 1960-an telah mencatat rekor perkembangan yang luar biasa. Perkembangan ini terutama ditentukan lewat integrasi negara ini kepada perekonomian dunia yang modern dan berteknologi tinggi. Saat ini pendapatan perkapita Korea Selatan telah setara dengan pendapatan negara-negara Uni Eropa. Selama kurun waktu 1980-an, Korea Selatan mengadopsi sistem kedekatan antara sektor pemerintahan dan bisnis yang termasuk juga kredit yang terarah, pembatasan impor, dan pensponsoran industri-industri khusus. Pemerintah Korea Selatan mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan teknologi dengan mengorbankan barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan investasi. Namun demikian, seiring dengan gelombang krisis ekonomi yang melanda Asia, Korea Selatan tidak terkecualikan sebagai salah satu negara yang terkena krisis. Rasio hutang yang tinggi, pinjaman yang tinggi, serta ketidakdisiplinan sektor ekonomi telah menjatuhkan perekonomian Korea Selatan pada tahun 1998.
Setelah empat tahun berada dalam pengobatan yang dilakukan oleh IMF, perlahan perekonomian Korea Selatan meningkat kembali secara gradual. Dituntun oleh pengeluaran konsumsi serta peningkatan ekspor yang signifikan, pada tahun 2002 Korea Selatan mencatat perkembangan perekonomian yang ditandakan oleh peningkatan GDP sebesar 7 persen yang juga menandakan kelulusannya dari program dan pengawasan IMF.[1] Korea Selatan telah membayar kembali sisa pinjamannya sebesar US$ 19,5 milyar, dua tahun lebih cepat dari perkiraan semula. Antara tahun 2003 – 2005, pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4 persen.
Pada tahun 2005, pemerintah membuat proposal tentang pengesahan reformasi kaum buruh dan skema dana pensiun perusahaan untuk membuat pasar tenaga kerja lebih fleksibel. Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan real-estate untuk mendinginkan spekulasi yang dibuat oleh sektor properti. Perkembangan yang positif ini dibarengi dengan berbagai upaya restrukturisasi di sektor keuangan, korporasi dan publik. Pemulihan ekonomi Korsel yang berlangsung cepat tersebut sebagian besar juga didukung dengan penerapan kebijakan suku bunga yang rendah dan stabilisasi pasar domestik. Kebijakan ini pada gilirannya mendorong iklim investasi dan permintaan domestik.
Secara umum, perekonomian Korea Selatan lewat ditandai lewat tingkat Inflasi yang moderat, tingkat pengangguran yang rendah, surplus dari ekspor, dan pendistribusian pendapatan yang merata. Semua ini menandakan solidnya perekonomian Korea Selatan.
Menurut Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, pada tahun 2006 perekonomian Korea Selatan akan terus berkembang walaupun ancaman kondisi eksternal seperti harga minyak dunia tetap membayangi. Pada tahun 2006 ini, Korea Selatan telah mereformasi sektor perpajakan yang sejalan dengan arah kebijakan ekonomi makro Korea Selatan pada paruh kedua tahun 2006. Komposisi perekonomian dilihat dari pendapatan per kapita Korea Selatan adalah sebesar 3.3 persen untuk sektor pertanian, 40.3 persen untuk sektor industri, dan 56.3 persen untuk sektor Jasa.
Tiga tren utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek positif kepada pertumbuhan industri Korea Selatan adalah:
1. Pendewasaan teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi inter-disipliner
3. Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang pada tahun 2006 mencapai 1 milyar dollar AS
Sebaliknya, tiga trend utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek negatif kepada industri Korea adalah:
1. Populasi angkatan kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan degradasi lingkungan yang berakibat kepada masalah ingkungan hidup
3. Hegemoni teknologi: permasalahan hak cipta.


  1. Perkembangan Sosial dan Kebudayaan
·         Perkembangan Pendidikan Nasional
Selama 50 tahun sejak bangsa Korea memperoleh kemerdekaannya, pendidikan nasional terus berkembang pesat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Di Korea Selatan kiniterdapat sekitar 290 Universitas, 1.800 SMA, 2.560 SMP dan 5.900 SD dan sejumlahsarana pendidikan unuk anak-anak. Banyaknya lembaga pendidikan di korea itu dapat mencerminkan semangat belajar bangsa Korea.[2]
Pengembangan pendidikan Korea Selatan telah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyerap pengeahuan dan teknologi baru dalam waktu yang relatif singkat. Perkembangan pendidikan nasional Korea Selatan ini sedikit banyak telah memberikan sumbangan besar bagi perumbuhan ekonomi dan sosial. Pada tahn1968, pemerintah mencetuskan piagam pendidikan nasional untuk mengembangkan pendidikan secara pragmatis berdasarkan kesadaran nasional dalam rangka memulihkan kembali penilaian tradisional bangsa Korea dalam menghadapi tantangan sistem pendidiakn dunia barat.
·         Pengembangan Penelitian Ilmiah
Seiring dengan pertumbuhan dunia pendidikan, bidang keilmuan, Korea berhasil mencapai kemajuan besar, kususnya dalam bidang bahasa Korea, kesustraan dan sejarah Korea. Selama masa penjajahan Jeoang di Semenanjung Korea, imperalis Jepang menghapuskan bahasa dan sejarah Korea dengan maksud untuk melenyapkan seni budaya bangsa Korea karena bahasa dan sejarah adalah ilmu dasar yang mengandung kehidupan dan jiwa bangsa yang besangkutan. Selain pelajaran nasional, ilmu-ilmu lainnya juga berkembang pesat di Koera. Sejumlah pelajar Korea pegi keluar negri untuk melanjutkan studinya dan setelah kembali mereka membawa teori ilmiah yang baru serta pengetauan yang muakhir.[3]
·         Perkembangan Ilmu Pengeahuan dan Teknologi
Sejak memperoleh kemerdekaannya, korea selatan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Melalui usahanya itu Korea Selatan berhasil mencapai kemajuan yang cukup bsar khususnya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sebagai pendorong utama untuk mengembangkan ekonomi nasional. Dibidang ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan praktis berkembang pesat untuk meningkatkan teknologi canggih bagi industri baja, tektil, elektronika, mobil, kapal laut dan komputer. Teknologi Korea dari kerajinan tangan, termasuk penggosok permata sampai pembangunanan bendungan raksasa telah mencapai taraf internasional. Hal ini membuktikan keberhasilan masyarakat Korea unuk menerapkan teknologi canggih dari luar negeri. Korea Selatan akan terus mencari jalan untuk menyumbangkan kebudayaan umat manusia berdasarkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
·         Keagamaan dan Kesenian
Sistem demokrasi di Korea Selatan menjamin kebebasan beragama dan aktivitas seni budaya. Taraf hidup masyarakat Korea telah ditingkatkan sejak tahu 1960an sehingga kegiatan serupa semakin bervariasi. Di bidang keagamaan jumlah penganut agama Kristen terus meningkat seiring dengan datangnya pengaruh dari barat. Agama Protestan, Katolik dan Budha merupakan agama mayoritas di Korea Selatan. Agama-agama tersebut telah memberi sumbangan besar bagi masyarakat Korea ketika kanca politik dalam negei Korea mengalami kekacauan dengan memberikan kesempatan bagi Korea untuk melanjutkan pendidikan.
Kegiatan-kegiatan seni budaya, misalnya kesustraan, lukisan dan arsitektur pun terus berkembang setelah berhasil memperoleh kembali kebebasan menggunakan bahasa dan huruf Korea, sejumlah besar pengarang menciptakan karyanya sesuai dengan selera masyaraka. Seni lukis dan musik juga berusaha untuk mewujudkan warisan dan tradisi Korea kuno sambil menerapkan gaya baru yang datang dari pengarh barat. Pengaktifan agama dan seni budaya di Korea memperlihatkan keunggulan kebudayaan bangsa Korea berdasarkan keharnonisan antara nilai-nilai tradisional dengan gaya modern dunia barat.[4]
Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda dalam setiap pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling cepat. Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan. Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian, tarian rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas rakyat biasa. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam upacara Konfusius. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeongjae) dan jenis yang dibawa dari Tiongkok (dangak jeongjae). Tarian lainnya adalah tarian Shamanisme yang dipentaskan oleh dukun dalam upacara-upacara tertentu.
Dalam bidang Kerajinan tangan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan tembikar Tiongkok kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan Sungai Kuning. Dalam hal tempat tinggal Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi.[5] Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi mempengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya. Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini. Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) dipilah menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin. Pada awalnya, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian. Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.




[1]               Www. Google. com. (Perkembangan Perekonomian di Korea). Diakses tanggal  09 Oktober 2009 . pukul 19.30 wib.
[2]               Yang Seung-Yoon. (2003).  Sejarah Korea Sejak Awal Abad Sampai Masa Kontemporer. Yogyakarta; Gadjah Mada Uniersity Press. Ham 123-124.
[3]               Ibid. Halm 126
[4]               Ibid. Halm 130-131
[5]               Www. Yahoo. Co.id. (Wikipedia Indonesia; Kebudayaan di Korea). Diakses tanggal  09 Oktober 2009 . pukul 19.30 wib.
                

No comments:

Post a Comment