Friday, September 16, 2016

Revolusi Meksiko

Ancaman politis dalam negeri umumnya datang dari sektor mahasiswa, sektor petani dan sektor gereja. Yang dikenal juga dengan Revolusi Meksiko. Dalam hal ini peristiwa pergolakan mahasiswa terjadi dalam tiga peristiwa gejolak mahasiswa, yakni dalam tahun – tahun 1966, 1968 dan 1971. Dalam tahun 1966 timbul gejolak mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Nasional Otonom di Mexico city yang kemudian menjalar ke Fakultas Ekonomi dan lain- lain. Pada saat itu Universitas ini mempunyai mahasiswa sebanyak 85.000 yang kini berkembang menjadi sekitar 300.000 mahasiswa. Pada awalnya mahasiswa menuntut perbaikan sistem pendidikan, misalnya sistem penyederhanaan dan prosedur pengajaran, perbaikan dalam sistem menempu ujian, hak terhadap mata pelajaran pilihan, dan lain- lain.[1]

Peristiwa tahun 1968 (yang terkenal dengan nama “Peristiwa Tlatelolco”) merupakan peristiwa berdarah yang membasahi lembaran sejarah pendidikan dan pemerintahan Meksiko. Alasannya dorongan dan tujuan sama sekali berbeda dengan peristiwa 1966, akan tetapi yang substansi dan manifestasinya adalah adanya rasa tidak puas dari mahasiswa (ditunggangi anasir politik) ditanggapi secara kurang bijaksana oleh pemerintah.
Peristiwa ini dimulai dengan perkelahian kecil antar pelajar beberapa sekolah kejuruan pada tanggal 22 Juli 1968, yang berkembang menjadi vandalusme. Untuk mengatasi ini polisi bertindak keras. Pelajar – pelajar yang saling berkelahi kemudian bersatu menganti sasarannya kepada polisi. Pada akhir Juli keadaan semakin kacau ribuan mahasiswa dan oknum – oknum partai baik dari pihak Kiri maupun Kanan dan juga beberapa orang asing ditahan. Dalam konflik pelajar dan aparat pemerintah telah menimbulkan korban sebanyak 32 orang. Dengan didudukinya beberapa gedung sekolah, UNAM menyatakan solidaritasnya. Rektor UNAM Ir. Barros Sierra memimpin sendiri demontrasi dari 20.000 mahasiswa, mahaguru dan staf Universitas.
Gangguan – gangguan keamanan memang meningkat menjelang 1 September, pada saat dimana presiden Republik akan memberikan pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat dan juga biasanya pada tahun pertama seorang Presiden mulai memegang jabatannya, timbulnya gejolak – gejolak politik dan keamanan untuk menguji sejauh mana kemampuan pemerintahan baru itu.
Dalam pidatonya kenegaraannya yang ke-4, Presiden Diaz Ordaz pada tanggal 1 September antara lain ditekankan karena disinyalir adanya usaha untuk menggagalkan berlangsungkan Olimpiade di Mexico dan Oktober 1968. pemerintah tidak ingin berkompromi dengan para demostran malahan pada tanggal 18 September gedung UNAM dan kemudian pada tanggal 25 September gedung IPN diduduki Tentara Federal, setelah terjadi perkelahian seru. Situasi makin gawat karena masyarakat tidak mau menerima tindakan pendudukan ini bahkan dari berbagai Universitas luar negeri (antara lain Colombia) menyatakan solidaritas[2].
Mahasiswa yang semakin menjadi penasaran semakin keras dalam demontrasi dan pada tanggal 2 Oktober ketika mereka menuju ke daerah Tlatellco di Ibukota, mereka berhadapan dengan Tentara Federal dan dengan begitu terjadi perkelahian yang sangat keras. Akibatnya 120 orang meninggal dunia ( mahasiswa, mahaguru dan staf Universitas) dan 1400 orang ditahan. Hingga kini peristiwa yang merupakan tragedi nasional ini tidak akan dilupakan oleh masyarakat terutama kalangan lembaga pendidikan tinggi dan juga di antara orang tua mahasiswa yang kini banyak yang belum mengetahui apakah anak – anak mereka masih ditahan atau sudah meninggal.
Peristiwa tahun 1971 terjadi dalam awal pemerintahan Presiden L.Echeverria. peristiwa ini mula – mula timul dari tuntutan mahasiswa Politeknik (IPN) untuk adanya perbaikan pendidikan. Namun demostrasi – demontrasi yang diadakan pada tanggal 10 Juli 1971 kemudian ditunggangi oleh golongan komunis karena juga partai Komunis Mexico secara terang – terangan ikut serta dan terjadi tembak – menembak bukan dengan Polisi atau tentara, melainkan dengan orang – orang sewaan berpakaian preman yang bersenjata. Akibatnya 16 orang mahasiswa dan penduduk mati tertembak.
Dengan mencetusnya peristiwa – peristiwa itu kemudian pemerintah mengadakan perbaikan dan pendekatan dengan Universitas, terutam UNAM dan IPN. Pembinaan dan pemberian subsidi ditingkatkan. Para mahasiswa dan mahaguru yang agresif revolusioner diberikan perhatian lebih baik, secara politis dan materiil. Dalam tahun 1974 tercatat ada 260.000 mahasiswa pada UNAM dengan subsidi yang diberikan pemerintah sebesar Pesos 2 billon. Dalam tahun yang sama terdaftar 122.000 mahasiswa pada IPN dan lembaga ini menerima subsidi Pesos 1.329 billon dari pemerintah.
Dalam pertentangan pemerintah dengan para petani pada umumnya terjadi dinegara –negara bagian, dimana masalah pemilikan dan distribusi tanah masih belum terselesaikan dengan baik. Walaupun Meksiko kaya akan sumber – sumber mineral akan tetapi pertanian dan industri pertanian masih merupakan dasar ekonomi negara. Dalam masa penjajahan Spanyol, tanah banyak dikuasai oleh para bangsawan dan pengusaha Spanyol, gereja dan tentara.
Revolusi Meksiko berusaha untuk mencapai keadilan social dalam pemilika tanah dengan memperbaiki sistwem pemilikan tanah dan distribusi tanah dalam rangka landreform. Sistem “hacienda” dan kebudayaan hacienda, dimana tanah- tanah luas dimiliki hanya oleh dua orang dengan mengekploitasikan secara murah tenaga petani, dimana para tuan tanah hidup mewah dan para petani penggarap tanah tetap melarat, dihancurkan dalam masa Revolusi[3].
Pertentangan yang terjadi juga antara pemerintahan dan golongan agama telah dimulai sejak meletusnya Revolusi. Pada masa penjajahan Spanyol, agama Katolik Roma dipergunakan sebagai alat untuk menguasai rakyat, terutama suku – suku Indian yang masih menyembah berhala. Setelah kemerdekaan Meksiko direbut, golongan agama bersekutu dengan para tuan tanah., sehinnga menimbulkan suatu bentuk penjajahan yang baru yakni dibidang sosial ekonomi. Dalam masa Revolusi walapun banyak pendekar – pendekarnya adalah pendeta pada umumnya gereja bertindak pasif dan bahkan sering terjadi kontra-revolusioner. Inilah sebabnya mengapa gereja (yang umumnya berpendeta Spanyol) dipandang sebagai manifestasi daripada suatu penjajahan mental-spiritual suatu benteng kontra-revolusi yang harus ditumbangkan.
           




[1] Hidayat Mukmin. 1981. pergolakan di Amerika Latin dalam darsawarsa ini. Balai Askara : Jakarta. Halm 100 - 101
[2] Ibid 103
[3] Ibid halm 109

No comments:

Post a Comment