Identitas Jurnal
Ø Judul Jurnal : Konsep Revolusi Kebudayan Mao Zedong
Ø Majalah :
Jurnal Filsafat
Ø Nama Pengarang : Sri
Harmini dan Nuryirwan
Ø Editor : Nuryirwan
Ø Nomor Jurnal : 215 H
90 / 6 G 38. Halm 60-66
Ø Kota Terbit : Yogyakarta
Ø Tahun terbit :
2004
Pada tanggal 1 Oktober 1949 diproklamirkan berdirinya berdirinya
negara baru yaitu Republik Rakyat Cina dengan presiden dijabat oleh Mao Zedong.
Mao sebagai pemimpin Republik rakyat Cina, menjadi arsitek negara baru yang
mengubah tidak hanya dalam sistem pemerintahan melainkan juga cara pandang
bangsa Cina terhadap bangsa Cina dan yang terpenting adalah cara pandang
masyarakat Cina terhadap diri mereka sendiri. Cina yang selama ini identik
dengan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan telah menjelma menjadi suatu negara
mandiri.
Dalam kongres partai ke-8 menetapkan agenda pembangunan
selanjutnya adalah mengusahakan terjadinya keseimbangan antara kebutuhan
material dan kebudayaan masyarakat, dengan tujuan mengubah Cina menjadi negara
sosialis industri yang modern secepat mungkin. Istilah secepat mungkin disini
diartikan bahwa dalam pelaksanaan dapat melompati tahap - tahap mormal pembangunan
untuk memperpendek jalan menuju sosialisme. Sedangkan istilah keseimanan antara
material dan kebudayaan masyarakat disini adalah Revolusi Kebudayaan yang
dicetuskan oleh Mao Zedong dengan mengadopsi dari pemikiran Mark dan Lenin.
Revolusi Kebudayaan ternyata mengakibatkan roda
pemerintahan tidak berjalan sebagaimana mestinya dan menimbulkan banyak korban.
Semua kesalahan dijatuhkan kepada Mao sebagai penceyus gagasan atas
korban-korban yang ditimbulkannya. Namun
ironisnya dalam pandangan bangsa Cina sendiri, ia tetap dipuja sebagai pahlawan
yang berjasa menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan mengantarkan mereka
menuju suatu dunia baru yang merdeka bebas dari tuntutan negara lain. Sedangkan
masyarakat korban Revolusi Kebudayaan ini sendiri tidak banyak menyalahkan
keadaan ini pada Mao, mereka menyadari bahwa hal itu memang seharusnya
dilakukan, tidak ada revolusi yang berjalan mulus dan perlahan-lahan,
perjuangan akan selalu membutuhkan pengorbanan terutama dari rakyat.
Pemikiran Mao ini ini sering disebut sebagai Maoisme,
yang ditulis dalam bukunya Mao and Chinese Revolution, Chen
Jerome menyatakan bahwa istilah ini secara salah telah dipopulerkan oleh para
pelajar dari Universitas Harvard dalam tulisan-tulisan mereka untuk menunjuk
kepada pemikiran – pemikiran Mao. Pemikiran Mao pada dasarnya merupakan
gabungan dari pemikiran tokoh – tokoh sebelumya. (bukan hanya kaum Marxian),
yang disesuaikan dengan situasi objektif negara Cina dan dipadukan dengan pengetahuan
intelektual dan pengalaman – pengalaman perjuangan revolusinya. Sehingga
menjadi suatu konsep pemikiran yang sangat pragmatis dan luwes berlaku di Cina.
Pemikiran – pemikiran Marxis Mao inilah selanjutnya yang disebut sebagai
Maoisme.
Menurut Mao, Revolusi merupakan bagian internal dari
perubahan sosial adalah suatu proses kontiyu. Terjadi revolusi tergantung dari
ada atau tidaknya revolusioner massa
dan adanya suatu bangunan partai yang kuat. Revolusi Mao adalah salah satu dari
sekian tahap perubahan masyarakat yang direncanakan dan akan terus berlangsung
hingga tercapai sosialisme sebagai cita – cita akhir masyarakat. Mao tidak
menentukan berapa lama suatu revolusi akan berlangsung, ia hanya menyatakan
bahwa revolusi akan berakhir telah tercapai di seluruh dunia. Inilah yang
disebut revolusi permanen.
Reformasi Agraria, Rencana Pembangunan Lima Tahun,
Lompatan Jauh Kedepan serta Revolusi Kebudayaan adalah rangkaian gerakan
revolusi permanent pada pemerintahan Mao. Kontinyunitas dalam gerakan revolusi
diperlukan untuk menjaga kesatuan dan kesamaan kehendak antara pemerintah
dengan rakyat.
Secara resmi Revolusi Kebudayan dicanangkan pada
pertemuan komite Sentral ke-8 tahun 1996, tercantum dalam 16 poin resolusi
sebagai petunjuk atas tindakan rakyat dalam masa resolusi. Atas nama
penghapusan “4 hal – hal kuno” (4 olds), yaitu : kebudayaan, gagasan pemiliran,
tradisi dan kebiasaan – kebiasaan kuno, tentara merah berhak menghancurkan
segala hal yang berhubungan atau mengingatkan mereka dengan dunia barat dan
feodalisme termasuk benda – benda warisan sejarah.
Akar dari kekacauan ini adalah perseteruan politik di
tingkat elit pemerintah, perbedaan ideologi menyebabkan terpecahnya
kepemimpinan menjadi 2 pihak yaitu: pendukung Mao dan anti Mao. Masing - masing
mereka berusaha mencari massa
sebanyak – banyaknya generasi muda adalah target mereka. Dukungan rakyat
merupakan legalisasi posisi seseorang dalam pemerintahan, keadaan ini
dimanfaatkan untuk menjadi tujuan untuk menyingkirkan lawan – lawan mereka dari
pemerintahan. Kekuasaan tertinggi pada saat itu berada di tangan massa , yang menentukan
apakah disebut revolusioner atau kontra-revolusi.
Revolusi Kebudayaan Mao bukanlah suatu kensep kosong
belaka, ia berusaha melakukan suatu perubahan sosial yang lebih menyeluruh ke
semua aspk kehidupan manusia, bukan hanya trasformasi secara fisik saja, akan
tetapi juga mental masyarakatnya. Kemauan untuk melakukan perubahan dan
semangat juang rakyat Cina dalam memajukan negerinya dapat dicontoh oleh setiap
negara berkembang di dunia termasuk Indonesia . Melalui pengorbanan
harta benda dan nyawa rakyatnya dalam tahapan – tahapan sejarah berupah
Revolusi Kebudayaan, pola kepemimpinan Mao (walaupun bersifat otokratik dan diktatorial)
telah membawa Cina menjadi negara yang mandiri, kuat dan berdaulat.
Revolusi Kebudayan Mao, secara garis besar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kontradiksi (konflik) internal
adalah unsur terpenting dalam perkembangan masyarakat yang menimbulkan
perubahan – perubahan, mendorong perkembangan dan kemajuan masyarakat.
2. Keberhasilan Marxisme di Cina
adalah karena Mao menerapkan Marxisme dan Leninisme sesuai dengan kondisi
social, politik, dan geografis dan bangsa Cina.
3. Transformasi social tidak dapat
dicapai hanya dengan pengalihan kepemilikan atas alat – alat produksi kepada
proletariat, dibutuhkan perubahan secara mendasar (ideologi) dengan membentuk
manusia – manusia sosialis baru melalui re-eduksi
4. Revolusi Kebudayaan adalah
salah satu dari sekian banyak massa
yang terjadi, yang merupakan suatu proses kontinyu dari konsep revolusi permanent
Mao.
No comments:
Post a Comment