Juni 1982, Heyl ha’Avir ( AU Israel ) meraih kemenangan
besar melawan AU Suriah ( SAF ) di Lembah Bekaa. Keunggulan perangkat
elektronika bicara ba-nyak dalam hal ini. Lebanon . Sebelum perang sipil
berkecamuk tahun 1970, negeri ini disebut sebagai Paris-nya Timur Tengah.
Ketentramannya- pun disejajarkan dengan Swiss. Namun dalam dekade berikutnya, Lebanon tak lebih sebuah wila-yah strategis bagi
konflik perbatasan antara kekuatan tempur Israel melawan Angakatan Bersenjata
(AB) Suriah. Dapat dime-ngerti, negeri ini berbatasan langsung dengan dua
negara dimaksud. Ke Timur dengan Suriah, ke Selatan dengan Israel . Fokus
dalam uraian berikut, tidak mengupas soal kusut yang menyebabkan pertikaian Israel –
Suriah.
Melainkan sebuah petikan berharga dari pentingnya
penguasaan teknologi elektonika canggih dalam upaya mencuri kemenangan hingga
mampu membumihanguskan kekuatan musuh. Pada Juni itu, antara tanggal enam
hingga sebelas, Israel Defence Force/Air Force ( IDF/AF) melancarkan taktik
peperangan beberapa langkah lebih maju dari apa yang diperkirakan AB Suriah.
Batere-batere SAM ( rudal darat ke udara) yang disembunyikan AU Suriah guna
merontokkan setiap lintasan pe-sawat-pesawat tempur Heyl ha-’Avir di sepanjang
langit lembah Bekaa, ibarat senjata buta saja dibuatnya. Padahal, tak dapat di
sangkal, SAM merupakan ancaman mematikan bagi para penerbang tempur, utamanya
pada era itu.
Pengamanan Yom Kippur
Perang Yom Kippur Oktober 1973 menyisakan pengalaman
pahit bagi Israel .
Empat puluh pesawat pembom-tempur dan serang darat ( McDonnel F4E Phantom dan
Douglas A-4 Skyhawk) rontok sia-sia hanya dalam 48 jam pertama peperangan
akibat sengatan rudal-rudal SAM Soviet yang dimiliki Mesir dan Suriah. Kejadian
buru ini mendorong pemikiran Menteri Pertahanan Israel ( saat itu ) Ariel Sharon
dan Kepala Staf IDF/AF Raphael Eitan, merancang sebuah strategi baru. Bahwa
kunci untuk mematikan SAM, adalah harus membuat keliru terlebih dahulu mata
radar rudal-rudal darat ke udara itu. Sementara di lain pihak, menjelang
kulminasi pertempuran pada Juni 1982, Militer Suriah sudah mulai menggeser 19
batere SAM andal-annya. Meliputi 15 batere SA-6, dua pasang SA-2, dan SA-3 ke
sepanjang wilayah 120 mil Lembah Bekaa yang membentang dari Rayak hingga dataran
tinggi Golan, antara Gunung Hermon hingga ke Selatan di Zahla. Ke-giatan ini
dilakukan pada musim semi 1981.
Kekuatan SAM
SA-6 Gainful merupakan rudal bergerak darat ke udara dua
tingkat berkemampuan menyerang pesawat-pesawat dalam ketinggian rendah dibawah
12 Mil. Namun, jarak jangkauan extend-nya bisa mencapai 18 mil, masih efektif
guna melumat sasaran lebih tinggi. Setiap baterai SA-8 mempunyai empat launcher
di-lengkapi radar menjejak Long Track dan radar kontrol pe-nembakkan strait
Flush. De-ngan panjang rudal 20 kaki serta hulu ledak 165 pon, Gainful mampu
melesat dengan kecepat-an mendekati Mach 3. SA-2 Guideline atau V-75 SM dalam
kode Soviet, adalah rudal berpenuntun radio untuk menghancurkan pesawat (
target ) berketinggian 25 – 30 mil di atas permukaan bumi. Setiap situs SA-2
memuat enam peluncur dilengkapi generator, radar peringatan dini Spoon rest,
radar penjejak Fan Song, dan radar akuisisi Squint Eye. Dengan panjang 27 kaki
serta hulu ledak seberat 288 pon, rudal yang pernah dimiliki TNI AU ini
ditakuti karena mampu melesat hingga Mach 3,5 dengan ketinggian maksimum 60.000
kaki.
Sementara SA-3 Goa, rudal bergerak dengan panjang 20
kaki dilengkapi radar kontrol tembak Low Blow dan radar akuisisi Flat Face. Goa
yang dikenal sangat ampuh memakan target ketinggian rendah, memiliki jangkauan
15 mil, kecepatan di atas Mach 2, serta mampu mencapai ketinggian 40.000 kaki.
Belum beres sampai di situ, semua baterai rudal SAM Suriah ini masih
di-lindungi pula oleh rudal panggul pencari panas SA-7 Strela dan artileri anti
pesawat (AAA). Betul-betul payung rudal yang kokoh.
Menggunakan UAV
Lalu, apa yang dilakukan IDF/AF dalam hal ini. Israel melalui
Israel Aircraft Industries (IAI) segera membuat UAV (unman-ned arial vehicle,
wahana terbang tak berawak) berukuran mini Firebee, Scout, dan Tadirian
Mastiff. Wahana-wahana ini di-tebar guna melakukan area scanning di wilayah
Lembah Bekaa. Mulai dari lokasi SAM, frekuen-si yang digunakan oleh radar SAM,
hingga rangkaian foto-foto perangkat pelindung SAM Suriah beserta semua
kelengkapan daratnya mulai kamera dan sensor elektropis. Wahana UAV ditebar
setiap hari oleh Heyl ha’Avir. Beberapa berhasil ditembak jatuh. Namun,
kerugian masih sangat kecil bila diban-dingkan pengerahan pesawat berawak. Dari
hasil kerja perangkat intelijen udara inilah IDF/AF berhasil membuat
elektronika pengacau radar-radar musuh. Maka, Ope-ration Peace For Galilee pun
segera disiapkan Heyl ha’Avir guna membersihkan wilayah Lembah Bekaa. Sembilan
puluh pesawat tempur segera disiapkan. Kekuatan udara ini meliputi F-15 Eagle,
F-16 Fighting Falcon (pendatang baru saat itu di IDF/AF, IAI Kfir Lion Cub)
C-2, F-4E Phantom, dan A-4 Skyhawk. F-15 dan F-16 ditugaskan untuk melakukan
perlindungan udara (air cover), sementara pesawat lainnya melakukan penyerangan
rendah dari berbagai arah. Selain pesawat tempur, AU Israel juga masih
menurunkan heli tempur AH-1 Cobra, heli gunship Hughes 500 MD, pesawat
peringatan dini Grumman E-2C Hawkeye, serta pesawat penjammer Boeing 707 yang
telah dimodifikasi. Dari perut pesawat ini dilepaskan sinyal-sinyal pengacau
semua frekuensi radar dari jaringan komunikasi musuh.
Dijadikan umpan
Meski demikian, dalam drama penyerangannya, IDF/AF tidak
langsung melakukan pemukulan menggunakan kekuatan utamanya. UAV-UAV yang telah
di-lengkapi sinyal-sinyal baru terlebih dahulu ditebar sebagai umpan ( decoy ).
Tujuannya guna memastikan, apakah semua sistem pengacau radar telah berfungsi
dengan baik atau tidak. Hasilnya, sungguh luar biasa. Mata radar SAM Suriah
menjadi gelap. UAV tertangkap sebagai pesawat tempur sungguhan. Suriahpun
meluncurkan rudal-rudal SAM-nya tanpa makna. Pada titik waktu yang tepat,
penyerangan baru dilaksanakan. Rudal-rudal udara ke darat AGM-65 Ma-verick,
AGM-45 Shrike, dan rudal anti radar AGM-85 Standard, diluncurkan dari
pesawat-pesa-wat Israel
dari jarak yang jauh menuju baterai-baterai SAM. Dapat dibayangkan betapa
kelaba-kannya Suriah menghadapi per-tempuran mengangetkan ini.
85 pesawat hancur
Tanggal 9 Juni, atau hari keempat, sebanyak 17 dan 19
baterai SAM Suriah berhasil diluncurkan. Sementara pasukan darat Israel berhasil
masuk dan me-nguasai 25 mil wilayah Lembah Bekaa. Bom-bom cluster, flare,
GBU-15, dimuntahkan dari pesa-wat serang darat demi menghambat peluncuran rudal
panggul SA-7 dan arteleri anti pesawat.Pesawat tempur AU Suriah terdiri dari
MiG-21 Fishbed, MiG-23 Flogger, Su-22 Fitter, segera melakukan perlawanan.
Namun kembali, jalur komunikasi kontrol darat terhadap pilot-pilot Suriah
berhasil dikacaukan oleh perangkat elektronik dari Boeing 707. Keunggulan
elektronika ini menjadikan kekuatan dari udara Israel menguasai panggung
pertempuran. Israel
meraih kemenangan penuh. Menhan Ariel Sharon bangga dengan mengatakan strategi
perang modern yang ia praktekkan dalam perang merupakan yang terhebat.
Kenya-taannya memang demikian, IDF/AF berhasil memukul mundur kekuatan Suriah.
Kekalahan dipihak Suriah sendiri di akui Menhannya (saat itu) Jenderal Musta-fa
Tlas. Ia mengatakan kepada Presiden Havez Assad, “Syrian Air Force wast outclassed
AU Suriah sudah ketinggalan. SAM sudah tidak banyak berguna”. Peperangan
berakhir pada 11 Juni. Sebanyak 85 pesawat tempur AU diantaranya diraih melalui
penerbang-penerbang Heyl ha’Avir. Enam diantaranya diraih melalui
tembakan-tembakan kanon dalam pertempuran dog fight. Yang mengenaskan, AU
Suriah tidak saja kehilangan trilyunan dollar akibat hilangnya pesawat-pesawat
mereka. Namun juga nyawa-nyawa penerbangnya yang berjumlah setengah dari semua
penerbang AU-nya. F-15 IDF/AF menggasak 40 pesawat, F-16 menghancurkan 44
pesawat, sementara satu lagi kemenangan (sebagai penutup perang) diraih oleh
F-4E yang diterbangkan oleh Letkol Ben-Ami Peri dari Skadron 105. Ia menembak
jatuh MiG-21 sekaligus menjadikan rekor lima
kill dimana empat lain sebelumnya diciptakan tahun 1973.
Daftar Pustaka:
Asian Military Review, Vol. IV, 1996 Defence System International’90
Air System
No comments:
Post a Comment