Friday, August 19, 2016

Perang Candu

A.           Latar belakang
Sejak awal, posisi Canton yang strategis, membuatnya menjadi pusat perdagangan terpenting di Cina. Di sini barang-barang dari seluruh dunia diperdagangkan bagi produk-produk Cina. India menangani perdagagan Cina selama berabad-abad sebelum munculnya Muslim yang menjadi pemimpin perdagangan Asiatik.
Pada abad ke-17, perdagangan di Kanton menjadi monopoli Portugis sarnpai lnggris mendapaikan ijin uituk rnendirikan kantor dagang pada tahun 1684. Pada tahun 1700 Spanyol, Belanda, dan Prancis juga datang untuk mengadakan perdagangan di Kanton, tetapi Inggris tetaplah pedagang yang terbesar di Kanton.

Pemerintah Manchu menempatkan Kwangtung dan Kwangsi di bawah seorang gubernur jenderal yang bermarkas besar di Kanton. Untuk kepentingan perdagangan asing di Kanton maka ditunjuk komisaris tinggi istana untuk mengawasi semua hubungan dengan bangsa asing dan rnencegah orang-orang asing itu untuk berhubungan diplomatik secara langsung dengan Peking. Pada tahun 1702 dibentuk pengawas bea khusus, yaitu agen tunggal yang membuat perjanjian dengan bangsa asing yang disebut hoppo.
Ketika perdagangan asing menjadi begitu besar, hoppo mengijinkan pedagang besar Cina yang lain untuk ikut ambil bagian di dalamnya. Para pedagang besar ini membentuk gilda (serikat sckerja) atau organisasi pedagang Cina (swasta) yang disebut Co-hong. Co-hong secara resmi dikontrak untuk mengelola monopoli perdagangan asing untuk keuntungan bangsa Cina.
Kegiatan perdagangan bangsa asing dibatasi. Setiap pedagang asing berada dibawah yurisdiksi pedagang hong. Cohong mendirikan pasar-pasar harga sendiri, di samping bertindak sebagai perantara dalam transaksi dagang antara pedagang asing dengan pemerintah. Petisi-petisi yang diajukan oleh pedagang asing juga harus disampaikan melalui Co-hong. Jadi Co-hong merupakan perantara yang penting sekali antara pemerintah dengan pedagang-pedagang asing. Sistern Co-hong berlangsung sampai tahun 1842.

B.            Perang Candu
Sudah sejak tahun 1880-an, Ingris memasukkan candu ke wilayah Cina, sehingga mengakibatkan perdagangan obat bius ini merajalela secara cepat di daratan Cina dengan akibat-akibatnya yang sangat menghawatirkan dan membahayakan, khususnya terhadap masyarakat luas yang benar-benar sudah “kecanduan” candu.
Dengan cara ini para pedagang candu Inggris memiliki keuntungan sangat besar, serta pemerintah Inggris mempunyai alasan untuk memaksakan kehendaknya. Tetapi pemerintah Cina tidak dapat menerima keadaan tersebut. Atas perintah Kaisar, semua simpanan candu bernilai puluhan juta dolar di Kota Kanton, dibakar habis dan dihancurkan pada tahun 1839.
Maka perang antara Cina dengan Inggris karena Inggris tidak dapat menerima “alasan” pembakaran candunya di Kanton, pecah, dimulai tahun 1839 dan berakhir tahun 1842 dengan kekalahan di pihak Cina.
Langkah Inggris memasukkan opium ini direspon kalangan pencandu Guangzhou, apalagi Inggris memiliki akses mudah mendapatkan opium dari India, yang secara geografis dekat dengan daratan Cina, sangat memudahkan peredaran opium di masyarakat Guangzhou.
Mengetahui semakin banyaknya pencandu Guangzhou, pada masa pemerintahan Kaisar Tao Kwang pada 1839, satu langkah tegas diambil Kwang untuk mengatasi masalah kecanduan di masyarakat. Kwang memerintahkan Komisaris Lin Tse-Hsu untuk memusnahkan dan membakar candu ilegal di Guangzhou. Pembakaran ini membuat berang Inggris dan menjadi awal dimulainya Perang Candu I. Perang yang berlangsung selama tiga tahun (1839-1842) ini menyisakan kelalahan besar-besaran bagi bangsa Cina, sebanyak 30 ribu rakyat Cina menjadi korban perang yang memaksa Cina untuk menandatangani Treaty of Nanjing (1842) dan The British Supplementary Treaty of the Bogue (1843).
C.           Perjanjian Nanjing
Dalam perjanjian tersebut Cina wajib membayar upeti 21 juta ke Inggris sebagai ganti rugi. Cina juga harus membuka kembali pintu perniagaan ke dunia barat, dengan membuka pelabuhan di Guangzhou, Jinmen, Fuzhou, Ningbo, dan Shanghai. Inggris juga meminta wilayah Hong Kong menjadi tanah jajahan mereka. Perjanjian Nanjing menjadi pintu pembuka peredaran candu dan pembuka pintu dagang Barat ke Timur.
Perang Candu II terjadi antara Inggris, Prancis, dan Cina pada 1856 yang dipicu pencarian kapal milik Inggris The Arrow oleh bangsa Cina secara ilegal di Guangzhou. Hal tersebut membuat marah Inggris yang kembali mengobarkan perang dan kembali memenangkan peperangan. Guangzhou diduduki pasukan Inggris-Prancis sampai 1861.
Cina kembali mengalami kekalahan dan dipaksa menandatangai Treaty of Nanjing (1858) dimana Perancis, Rusia dan Amerika iku ambil bagian. Dalam perjanjian ini Cina bersedia membuka sebelas pelabuhan, dibukanya kedutaan asing, memberi sanksi pada aktivist misionaris Kristen serta melegalkan impor candu.
Perang kembali pecah tahun 1859 saat Cina menghalangi masuknya diplomat asing ke Beijing dan keinginan Inggris untuk memaksakan beberapa pasal baru dalam perjanjian Nanjing. Kali ini Inggris dan Perancis menguasai Beijing dan membakar Istana Musim panas Kaisar (Yuan ming yuan).
Konvensi Beijing tahun 1860 memutuskan Cina dipaksa untuk mematuhi kembali syart-syarat yang tertera di Perjanjian Nanjing dengan menyertakan beberapa konsensi tambahan dan mengakhiri perang.(opiumwar)




Daftar Pustaka

Seeger, Elizabeth. Sejarah Tiongkok Selajang Pandang terj. Ong Pok Kiat. Djakarta : J.B Wolters. 1952.
Sukisman, W.D. Sejarah Cina Kontemporer. Jilid I. Jakarta : Pradnya Paramita. 1992.

Zakaria, Abdullah, dkk. Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan & Asia Timur 1800 – 1903. Kuala Lumpur : Fajar Bakti. 2000.

No comments:

Post a Comment