A.
Latar belakang
Sejak awal, posisi Canton yang strategis, membuatnya
menjadi pusat perdagangan terpenting di Cina. Di sini barang-barang dari
seluruh dunia diperdagangkan bagi produk-produk Cina. India menangani
perdagagan Cina selama berabad-abad sebelum munculnya Muslim yang menjadi
pemimpin perdagangan Asiatik.
Pada abad ke-17, perdagangan di Kanton menjadi monopoli
Portugis sarnpai lnggris mendapaikan ijin uituk rnendirikan kantor dagang pada
tahun 1684. Pada tahun 1700 Spanyol, Belanda, dan Prancis juga datang untuk
mengadakan perdagangan di Kanton, tetapi Inggris tetaplah pedagang yang
terbesar di Kanton.
Pemerintah Manchu menempatkan Kwangtung dan Kwangsi di
bawah seorang gubernur jenderal yang bermarkas besar di Kanton. Untuk
kepentingan perdagangan asing di Kanton maka ditunjuk komisaris tinggi istana
untuk mengawasi semua hubungan dengan bangsa asing dan rnencegah orang-orang
asing itu untuk berhubungan diplomatik secara langsung dengan Peking. Pada
tahun 1702 dibentuk pengawas bea khusus, yaitu agen tunggal yang membuat
perjanjian dengan bangsa asing yang disebut hoppo.
Ketika perdagangan asing menjadi begitu besar, hoppo
mengijinkan pedagang besar Cina yang lain untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
Para pedagang besar ini membentuk gilda (serikat sckerja) atau organisasi
pedagang Cina (swasta) yang disebut Co-hong. Co-hong secara resmi dikontrak
untuk mengelola monopoli perdagangan asing untuk keuntungan bangsa Cina.
Kegiatan perdagangan bangsa asing dibatasi. Setiap
pedagang asing berada dibawah yurisdiksi pedagang hong. Cohong mendirikan
pasar-pasar harga sendiri, di samping bertindak sebagai perantara dalam
transaksi dagang antara pedagang asing dengan pemerintah. Petisi-petisi yang
diajukan oleh pedagang asing juga harus disampaikan melalui Co-hong. Jadi
Co-hong merupakan perantara yang penting sekali antara pemerintah dengan
pedagang-pedagang asing. Sistern Co-hong berlangsung sampai tahun 1842.
B.
Perang Candu
Sudah sejak tahun 1880-an, Ingris memasukkan candu ke
wilayah Cina, sehingga mengakibatkan perdagangan obat bius ini merajalela
secara cepat di daratan Cina dengan akibat-akibatnya yang sangat menghawatirkan
dan membahayakan, khususnya terhadap masyarakat luas yang benar-benar sudah
“kecanduan” candu.
Dengan cara ini para pedagang candu Inggris memiliki
keuntungan sangat besar, serta pemerintah Inggris mempunyai alasan untuk
memaksakan kehendaknya. Tetapi pemerintah Cina tidak dapat menerima keadaan
tersebut. Atas perintah Kaisar, semua simpanan candu bernilai puluhan juta
dolar di Kota Kanton, dibakar habis dan dihancurkan pada tahun 1839.
Maka perang antara Cina dengan Inggris karena Inggris
tidak dapat menerima “alasan” pembakaran candunya di Kanton, pecah, dimulai
tahun 1839 dan berakhir tahun 1842 dengan kekalahan di pihak Cina.
Langkah Inggris memasukkan opium ini direspon kalangan
pencandu Guangzhou, apalagi Inggris memiliki akses mudah mendapatkan opium dari
India, yang secara geografis dekat dengan daratan Cina, sangat memudahkan
peredaran opium di masyarakat Guangzhou.
Mengetahui semakin banyaknya pencandu Guangzhou, pada
masa pemerintahan Kaisar Tao Kwang pada 1839, satu langkah tegas diambil Kwang
untuk mengatasi masalah kecanduan di masyarakat. Kwang memerintahkan Komisaris
Lin Tse-Hsu untuk memusnahkan dan membakar candu ilegal di Guangzhou . Pembakaran ini membuat berang
Inggris dan menjadi awal dimulainya Perang Candu I. Perang yang berlangsung
selama tiga tahun (1839-1842) ini menyisakan kelalahan besar-besaran bagi
bangsa Cina, sebanyak 30 ribu rakyat Cina menjadi korban perang yang memaksa
Cina untuk menandatangani Treaty of Nanjing (1842) dan The British
Supplementary Treaty of the Bogue (1843).
C.
Perjanjian Nanjing
Dalam perjanjian tersebut Cina wajib membayar upeti 21
juta ke Inggris sebagai ganti rugi. Cina juga harus membuka kembali pintu
perniagaan ke dunia barat, dengan membuka pelabuhan di Guangzhou ,
Jinmen, Fuzhou , Ningbo ,
dan Shanghai .
Inggris juga meminta wilayah Hong Kong menjadi
tanah jajahan mereka. Perjanjian Nanjing menjadi pintu pembuka peredaran candu
dan pembuka pintu dagang Barat ke Timur.
Perang Candu II terjadi antara Inggris, Prancis, dan
Cina pada 1856 yang dipicu pencarian kapal milik Inggris The Arrow oleh bangsa
Cina secara ilegal di Guangzhou. Hal tersebut membuat marah Inggris yang
kembali mengobarkan perang dan kembali memenangkan peperangan. Guangzhou diduduki pasukan Inggris-Prancis
sampai 1861.
Cina kembali mengalami kekalahan dan dipaksa
menandatangai Treaty of Nanjing (1858) dimana Perancis, Rusia dan Amerika iku
ambil bagian. Dalam perjanjian ini Cina bersedia membuka sebelas pelabuhan,
dibukanya kedutaan asing, memberi sanksi pada aktivist misionaris Kristen serta
melegalkan impor candu.
Perang kembali pecah tahun 1859 saat Cina menghalangi
masuknya diplomat asing ke Beijing dan keinginan
Inggris untuk memaksakan beberapa pasal baru dalam perjanjian Nanjing . Kali ini Inggris dan Perancis
menguasai Beijing
dan membakar Istana Musim panas Kaisar (Yuan ming yuan).
Konvensi Beijing tahun 1860 memutuskan Cina dipaksa
untuk mematuhi kembali syart-syarat yang tertera di Perjanjian Nanjing dengan
menyertakan beberapa konsensi tambahan dan mengakhiri perang.(opiumwar)
Daftar Pustaka
Seeger, Elizabeth. Sejarah Tiongkok
Selajang Pandang terj. Ong Pok Kiat. Djakarta : J.B Wolters. 1952.
Sukisman, W.D. Sejarah Cina
Kontemporer. Jilid I. Jakarta : Pradnya Paramita. 1992.
Zakaria, Abdullah, dkk. Sejarah
Asia Tenggara, Asia Selatan & Asia Timur 1800 – 1903. Kuala Lumpur : Fajar
Bakti. 2000.
No comments:
Post a Comment