Tuesday, August 2, 2016

Pengaruh Peradaban Barat di Afrika

Awal mula masuknya pengaruh peradaban barat di Afrika disebabkan oleh Imperialisme dan Kolonialisme bangsa-bangsa Eropa yang dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : Faktor ekonomi dan faktor agama, faktor politis.
1. Faktor Ekonomi   
Dimana bangsa barat ingin mencari kehidupan yang lebih layak dari pada di negaranya. Bangsa-bangsa Eropa juga datang untuk berdagang seperti Spanyol, Portugis dan Italia yang secara teratur datang ke pelabuhan Afrika di Laut Tengah; disitulah muatan dari eropa, yang berupa tekstil, kuda dan barang-barang kerajinan yang ditukarkan dengan kurma, zaitun, tembakau, tembaga dan terutama emas yang merupakan komoditi utama perekonomian di Afrika.

2. Faktor Agama
            Faktor ini hanya merupakan faktor pembonceng dari faktor ekonomi. Karena dalam setiap kapal-kapal dagang yang datang terdapat para misionaris yang ingin menyebarkan agama Nasrasi. 
3. Faktor Politis
Dilihat dari faktor politis mengenai kejadian di Eropa, dimana kedudukan Sains dan teknologi khususnya dalam bidang pelayaran, telah memotivasi bangsa-bangsa Eropa untuk menemukan Dunia Baru. Bangsa Portugis dan Spanyol merupakan bangsa yang melatarbelakangai pelayaran samudera dan didukung perjanjian Tourdesillas, dimana didalam perjanjian tersebut terdapat kesepakatan untuk menghindari kontak fisik antara keduanya. Pelayaran ke Afrika dimulai sejak pangeran Henry dari portugis memberikan izin berlayar sehingga pelayaran yang dulunya oleh bangsa Italia telah menemukan jalan pintas ke Dunia Baru telah setelah melewati pantai barat Afrika. Bartolomeuz Diaz, dimana dalam pelayarannya telah menemukan jalan ke Dunia Baru yaitu Asia dengan melewati tanjung harapan.
Dari penemuan ini memancing keinginan Bangsa-Bangsa Eropa lainnya dalam mempelajari serta menguasai Afrika. Bangsa Portugis semula menjadikan Tanjung Harapan sebagai batu loncatan untuk melakukan ekspansi ke sebelah Utarannya. Setelah Portugis mengalami pasang surut, kemudian datang bangsa Belanda dalam memonopoli perdagangan di Tanjung Harapan, lambat laun para pendatang dari Belanda bermigrasi ke Tanjung Harapan melakukan interaksi dengan penduduk lokal setempat. Lalu dikenal dengan masyarakat Boer yang nantinya setelah abad 18 ditaklukan oleh Inggris, yang saat itu gencar dalam membentuk Kolonialisasi. Maka kesimpulan yang dapat diambil, jika dikaitkan dengan Periodisasi Sejarahnya, awalnya mereka datang sebagai pedagang khususnya untuk meguasai jalannya perdagangan di selatan sebab di Pesisir Utara Afrika, pada saat itu dikendalikan oleh Imperium Kesultanan Turki Ottoman dan hubungan saat itu juga antara bangsa Eropa dengan Turki Ottoman saling bermusuhan.

ADANNYA KERAJAAN KERAJAAN LOKAL
Sebelum kedatangan bangsa Eropa di Afrika, telah berdiri banyak kerajaan lokal kecil yang memberi corak kehidupan tersendiri bagi bangsa Afrika khususnya di daerah Afrika bagian tengah dan selatan. Kerajaan-kerajaan kecil ini juga memiliki hubungan dengan bangsa-bangsa Eropa, kebanyakan dari mereka melakukan hubungan kerjasama di bidang perdagangan.  Dalam hubungan kerjasamanya ini dengan bangsa Barat telah membawa perubahan corak kehidupan di Afrika baik dengan kerajaan satu dengan kerajaan yang lainnya.
Dari situ muncul kolonisasi yang bersumber kepada pencarian kejayaan. Pada saat itu bangsa Eropa dapat dengan mudah meletakkan pengaruhnya di Afrika karena pada saat itu kerajaan-kerajaan kecil di seluruh benua Afrika mengalami konflik. Konflik ini terjadi antar kerajaan-kerajaan ini. Mereka satu sama lainnya saling menjatuhkan dan masing-masing ingin berkuasa. Ditunjukkan pada kejadian perselisihan kerajaan di Sierrra Leon. Di dalam persaingan itu Orang Afrika melihat suatu sarana untuk menghadapi setiap usaha kekuatan Eropa dalam merebut monopoli dagang. Oleh sebab itu, mereka berusaha mengadakan persekutuan dengan semuannya. Mereka mengadu domba Orang Inggris dan Perancis melawan Orang Portugis namun di dalam persengketaan itu, imbalan yang didapat oleh orang Barat mengenai masalah budak Afrika, di mana kedudukan budak tersebut akan dikirim ke Eropa untuk pengembangan Industrialisasi serta diperkerjakan sebagai buruh di Perkebunan Perkebunan milik orang Eropa di wilayah baru antara lain di Asia maupun Amerika.
Periode penjajahan Afrika oleh bangsa Barat memiliki dua dampak besar bagi agama Kristen. Pertama, masuknya pengaruh Kristen ke wilayah-wilayah Afrika yang belum disentuh oleh dakwah Islam, seperti Afrika Tengah dan Selatan. Kedua, meningkatkan semangat anak-anak kaum muslimin untuk bersekolah di sekolah-sekolah baru yang mengajarkan plajaran-pelajaran yang bersumber dari Barat. Dengan demikian, murid-murid di sekolah ini akan jauh dari ilmu-ilmu Islam. Apalagi, sekolah-sekolah Kristen tersebut telah mengajarkan huruf latin dan menyingkirkan pelajaran bahasa Arab sehingga rakyat Afrika akhirnya melalaikan peninggalan budaya dan bahasa mereka yang ditulis dalam huruf Arab. Sehingga pengaruh Islam dapat dengan mudah di singkirkan oleh bangsa Eropa. Mereka juga dengan mudah memasukkan agama Kristen hampir ke seluruh benua Eropa.
Menurut para misionaris, pengajaran adalah cara dakwah yang paling bagus. Mereka amat mengutamakan pendidikan di kalangan anak-anak karena anak-anak memiliki kesiapan dan bakat untuk menerima pengajaran. John Moot, misionaris Amerika, juga menekankan pentingnya peran sekolah-sekolah dalam penyebaran ajaran Kristen. Dia berkata, “Kami harus mengajarkan ajaran agama kepada anak-anak. Sebelum dewasa, anak-anak itu harus  kami tarik ke arah Kristen dan sebelum konsep Islam terbentuk dalam dalam jiwa anak-anak itu, jiwa mereka harus kami tundukkan.”
            Dewasa ini, salah satu tujuan sekolah-sekolah dan pusat-pusat universitas yang terkait dengan misionaris adalah mendidik orang-orang yang kelak akan berpengaruh dalam pemerintahan dan bisa menjadi pemimpin di negara mereka. Adalah jelas bahwa misionaris akan mudah mencapai tujuannya bila yang digarapnya adalah orang-orang yang pernah mendapat pendidikan di sekolah-sekolah Kristen.  Buktinya bisa kita lihat pada negara-negara Afrika, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketika di antara tahun-tahun 1950-1970, negara-negara itu mencapai kemerdekaannya, tiba-tiba mereka mendapati bahwa presiden mereka ternyata seorang Kristen.
Kegagalan dalam menjalankan program pembangunan, kekeringan, kelaparan, dan utang yang sangat banyak yang dimiliki negara-negara Afrika  semakin mempermudah masuknya pengaruh misionaris di negara-negara itu karena mereka mendapat perlindungan dana yang banyak dari negara-negara barat. Dengan melihat kondisi sosial dan ekonomi yang seperti ini sangat mempermudah masuknya pengaruh eropa di Afrika.
Penyebaran ajaran Injil yang meluas dan dilakukan secara gratis di tengah masyarakat, propaganda dan penyebaran budaya sekularisme Barat, dan perluasan ajaran barat secara sangat luas merupakan beberapa metode misionaris di Afrika.
Metode lain yang dipakai para misionaris adalah pelayanan kedokteran dan kesehatan. Para dokter memberikan  dukungan yang amat besar bagi gerakan misionarsi dalam mencapai tujuannya. Menurut mereka, di manapun manusia di dunia ini, orang yang sakit akan selalu ada dan orang sakit akan selalu memerlukan dokter. Di manapun ada kebutuhan terhadap dokter, di sanalah ada kesempatan untuk menyebarkan ajaran agama.
Di Afrika banyak terdapat rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan yang dikelola para misionaris Kristen. Meskipun kaum misionaris mengatakan bahwa tujuan dari kegiatannya ini tidak lebih dari pemberian pertolongan kepada masyarakat, akan tetapi, di sebagian kawasan, para misionaris itu tanpa tedeng aling-aling menerangkan secara jelas tujuan asli kegiatan mereka itu. Mungkin hal ini didasari oleh pandangan mereka yang terlalu menganggap bodoh masyarakat pribumi.


DAFTAR PUSTAKA
Kolit, K. Dominicus. 1972. Sejarah Afrika. Nusa Indah: Flores.
Davidson, Basil. 2002. Kerajaan-Kerajaan Afrika. Tira Pustaka Jakarta.
Anggolo, Teodore. 1987 : “ The Fateful Years British Adventures in The Africa” Manila. RP Publishing.

No comments:

Post a Comment