Dukungan Amerika kepada entitas Zionis Israel tidak hanya terbatas pada
meteri, politik, diplomatik, ekonomi dan intelijen saja, namun juga pada bidang
militer. Meskipun Israel
menghasilkan 12% senjata dunia, namun negara ini terus mendapatkan bantuan
militer besar dari Amerika. Orang-orang
Amerika yang mendukung kebijakan ini berkeyakinan bahwa Israel adalah satu-satunya negara
demokratis di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu membantu dan menberikan
dukungan kepada Israel
berarti menjaga oase demokrasi ini, di dunia yang tidak mengenal abjadiyah
kerja demokratis dan masyarakat sipil yang melembaga.
Hal itu terulang kembali dengan Irak ketika mendiang
Presiden Sadam Husain meletakan batu bata nasionalisme yang kuat dan pendirian
kaedah ilmiyah yang disiapkan oleh 30 ribu ahli dan peneliti sebagai mukadimah
pembangunan Irak baru. Israel ,
melalui lobi Yahudi, kaum neo-konservatif dan arus Kristen Zionis turut serta
dalam perang ini bersama Amerika yang mengembalikan Irak ke puluhan tahun
silam. Israel
berhasil menghancurkan reaktor nuklir Irak di Ozirak pada tahun 1981 untuk
tujuan yang sama. Sebagaimana Israel
saat ini bekerjasama dengan Amerika dan negara-negara Barat dalam menghadapi Iran
yang menurut Barat berupaya menjadikan dirinya sebagai negara regional terkuat.
Anggapan ini diperkuat dengan wlayahnya yang luas, jumlah pendudukan yang besar
secara prosentase, selain letaknya yang strategis lagi istimewa, yang
menghubungkan wilayah Kaukasus dan Asia Tengah, berbatasan dengan Turki,
Afganistan, Pakistan dan memanjang di dunia Arab dan Samudra Hindia, serta
menguasai selat Hurmuz. Upaya Iran
untuk memproduksi senjata nuklir, menurut pandangan di atas, mengancam
eksistensi Zionis di Palestina terjajah.
Kelompok pendukung pemberian dukungan militer kepada Israel ini menegaskan peran kewajiban Israel
untuk melindungi kepentingan Barat secara umum dan Amerika secara khusus di
tengah-tengah krisis dan naiknya harta minyak. Posisi negara Zionis di
tengah-tengah dunia Arab yang kaya minyak serta kedekatannya dari jalan-jalan
suplai mengharuskan Amerika mendanai ‘satpam’ tersebut. Perlu menjadi catatan
bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang permiyakan berorientasi
pada pentingnya kawasan geoekonomi dan geopolitik pascaperang dunia kedua.
Mereka mulai menekan gedung putih untuk menjamin kepentingan
perusahaan-perusahaan tersebut. Gedung putih mendapati apa yang dicarinya itu
di Iran dengan mengirim 40 ribu pasukan Amerika ke sana, kemudian di Israel
dengan menjalin hubungan semi rahasia karena khawatir menyulut meningkatnya kebangsaan
Arab dan menjauh ke pangkuan Uni Soviet.
Pada waktu itu, Israel mengambil untung dari
prinsip Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang menjanjikan setiap negara yang
khawatir dirinya terkena dampak komunis untuk mendapatkan bantuan dana dan
militer dari Amerika. Blok pendukung Israel
tidak melupakan adanya koalisi strategis antara Israel dengan Amerika. Kelompok ini
menganggap bahwa musuh Amerika adalah musuh Israel
dan kawan Amerika adalah kawan Israel .
Hubungan strategis ini nampak jelas dalam perang yang dilakukan Amerika
terhadap apa yang disebutnya “terorisme internasional”. Kedua negara ini
memerangi siapa saja yang disebutnya kelompok teroris dengan berbagai bentuk
koordinasi yang mencakup hingga istilah termonilogi.
Peran Israel
sebagai koalisi terpercaya dan pelindung bagi kepentingan Amerika semakin
nampak dalam perang terakhir yang dilakukan Israel terahdap Libanon dan yang
dilakukan terhadap bangsa Palestina, guna memasarkan ide timur tengah baru
sesuai dengan standar Amerika. Sejumlah pakar ekonomi Timur Tengah menafsirkan
bahwa salah satu sebab dukungan militer Amerika kepada Israel adalah masalah ekonomi
sebagai peringkat pertama. Karenanya bagian terbesar dari dukungan dana Amerika
kepada Israel
dikhususkan untuk membeli senjata dari Amerika. Dengan demikian Amerika telah
mendukung perekonomiannya sendiri dan menjaga kesempatan kerja bagi ribuan
tenaga kerja Amerika.
Para pemegang keputusan di Amerika melihat Israel sebagai pangkalan Amerika yang maju dan
gudang senjata bagi kekuatan Amerika, serta sebagai medan melakukan manuver-manuver bersama.
Sebab lain dan yang tidak kalah penting dari yang disebutkan tadi adalah
langkah Israel melakukan
percobaan dan pengujian senjata Amerika secara praktis di lapangan dan kajian
sejauh mana pengaruhnya secara nyata di lapangan (Palestina dan sekitarnya)
Untuk alasan-alasan tersebut dan juga alasan lainnya, maka pemerintah Amerika
melihat pentingnya memberikan dukungan terhadap Israel . Bahkan dukungan ini menjadi
prioritas utama kebijakan luar negeri Washington
DAFTAR PUSTAKA
Natsir, M., 1970, Masalah Palestina., Jakarta : Hudaya.
Paul Fiedley, 1990, Mereka Berani Bicara Menggugat Dominasi Lobi
Yahudi, Bandung
: Mizan.
Riza Sihbudi dkk, 1995, Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta : Pustaka Jaya.
______________, 1993, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah, Bandung : Eresco.
No comments:
Post a Comment