Wednesday, July 13, 2016

Tradisi Lisan dan Tradisi Tulis

Historiografi dalam arti luas merupakan sejarah penulisan sejarah yang berisi aktivitas manusia dan peradaban pada masa lampau yang didalamnya terdapat sesuatu yang berkesinambungan, kausalitas dan perubahan yang didalamnya terdapat teori dan metodologi yang isinya mempunyai kesatuan yang utuh. Historiografi adalah relistruksi imajinatif masa lampau manusia pada masa lampau berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Penulisan sejarah zaman dahulu atau historiografi tradisional pada zaman dahulu dilakukan oleh para pujangga. Walau belum mengetahui secara pasti apa fungsi penulisan sejarah, tapi penulisan sejarah banyak dilakukan. Penulisan tersebut dilakukan atas dasar keinginan sendiri atau atas dasar permintaan seorang raja.

  • Tradisi lisan
Sebelum sejarah ditulis oleh para pujangga pada zaman dahulu, sejarah sudah disampaikan melalui cerita. Yang dikenal dengan tradisi kecil dan tradisi besar. Tradisi kecil merupakan penyampaian sejarah melalui cerita lisan, Sedangkan tradisi besar merupaka penyampaian sejarah melalui tulisan. Tradisi kecil berlangsung sebelum ada Tulisan, belum ada bahasa sansekerta dan tulisan jawa. Kemudian melalui proses yang sangat panjang tradisi kecil tersebut berkembang menjadi tradisi besar, tentu saja seiring dengan ada dan berkembangnya tulisan, bahasa sansekerta dan bahasa jawa; Penulisan sejarah yang ada sebagian besar ditemukan di istana, maka penulisan sejarah pada zaman dahulu bersifat istana sentris.

  • Tradisi tulisan
Tradisi besar atau tradisi tulisan yaitu penyampaian sejarah melalui tulisan. Tradisi tulisan tentu saja ada setelah manusia mengenal tulisan. Tulisan yang menjadi sasaran penulis dipandang sebagai hasil budaya yang berupa cipta sastra. Tulisan yang berupa naskah itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat di dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup masyarakat pendukungnya. Teks tulisan dapat berupa tulisan tangan, tetapi dapat pula tulisan cetakan.
Tulisan atau Naskah-naskah kuno yang tersimpan di museum-museum, perpustakaan-perpustakaan, maupun yang tersimpan pada anggota masyarakat di seluruh pelosok tanah air, merupakan warisan nenek moyang bangsa yang sangat berharga, karena pada naskah-naskah kuno itulah terkandung informasi tentang keadaan, gambaran, sikap, pandangan, dan cita-cita mereka semasa hidupnya. Saat ini bagi anak-cucunya, karya mereka jelas merupakan dasar budaya bangsa Indonesia, Naskah kuno di Indonesia bersisikan berbagai ragam, mulai dari naskah kesusastraan dalam arti terbatas sampai keagamaan, kemasyarakatan, sejarah, yang sangat penting bagi pengetahuan kebudayaan tiap-tiap daerah dan sebagai keseluruhan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kebudayaan Indonesia pada umumnya. Umumnya naskah-naskah kuno itu ditulis dalam bahasa daerah dan menggunakan aksara daerah. Oleh sebab itu, para penulis dalam hal ini adalah pujangga, pujangga Nusantara memang harus menguasai bahasa dan aksara daerah Nusantara.

Penulisan sejarah yang dilakukan pujangga-pujangga pada zaman dulu bertugas menjelaskan, menceritakan dan menulis untuk kepentingan sejarah dan menghadirkan kewenangan seorang raja, sehingga disusun lebih lengkap dan bermakna dan segi konsep keagamaan. Oleh karenanya, teks yang dibuat lebih cenderung bernuansa simbolik yang diragukan faktanya.

No comments:

Post a Comment