Dalam masa sepuluh tahun setelah munculnya pergerakan
nasional di Indonesia, telah muncul pula banyak karangan tentang pergerakan dari
beberapa segi perkembangan di dalam masyarakat Indonesia . Para
penulis yang berasal dari kalangan pejabat pernerintah, guru, dokter, wartawan
dan politikus. Pada umumnya mereka adalah lulusan sekolah-sekolah sebagai hasil
rencana pemerintah jajahan dalam rangka pelaksanaan politik etika. Namun
tanda-tanda pembaharuan juga telah mulai nampak pada para ulama, yang tidak
berasal dari sekolah resmi. Usaha para ulama juga menarik sebagian hasil
lulusan sekolah resmi untuk mengaitkan usaha mereka dengan pergerakan nasional
seperti pada Partai Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Jong Islamite
Bond, dan Persatuan Islam. Karya-karya yang dapat dianggap sebagai bentuk
penulisan sejarah tersebar di surat
kabar, majalah, penerbitan partai politik.
Setelah tahun dua puluhan muncul penulis-penulis dari
kalangan Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional, Partai Komunis Indonesia, PSII
dan banyak penulis yang telah mendapatkan pendidikan universitas dalam bidang
ilmu-ilmu sosial, yang waktu itu terbatas pada ilmu hukum dan ekonomi.
Kemudian, setelah Indonesia Merdeka sebagai hasil
perjuangan politik dan bersenjata, terdapat banyak sekali penulisan sejarah
bercorak pewarisan. Ciri-cirinya yang utama dalam penulisan jenis ini ialah kisah
kepahlawanan perjuangan kemerdekaan. Pelajaran yang dapat diambil dari karya
jenis ini ialah betapa para patriot Indonesia berjuang menentang
hambatan hambatan serta menderita kesulitan fisik dan psikis demi mencapai
kemerdekaan. Yang paling baik dan mendekati keseimbangan uraian berdasar
penilaian sejarah ialah yang tercakup dalam sebelas jilid Sekitar Perang
Kemerdekaan, karya A.H. Nasution (1977-8).
Seperti telah disebut di atas, maka kini muncullah jenis
penulisan sejarah bercorak akademis, yang ciri utamanya ialah tidak bersifat
ideologis ataupun filosofis. Penulisan sejarah macam ini mencoba untuk memberi
gambaran yang jelas mengenai masa silam yang sesuai dengan tradisi akademis,
yang beberapa judulnya telah diberikan di atas. Kisah-kisah sejarah tidaklah
merupakan bagian semata-mata dalam jenis sejarah ini, tetapi cendenrung ke arah
analisa struktural dengan pendekatan pengungkapan segi-segi pengaruh kehidupan
politik, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Sumbernya yang utama sudah barang
tentu ialah arsip dan dokumen primer.
Lalu apakah hubungannya historiografi atau seluruh pengalaman
penulisan sejarah Indonesia
dengan pembinaan bangsa? Kalau karya sejarah berhasil menyusun dengan sebaik
mangkin pasang surut kegiatan bangsa, maju mundur karya budayanya, timbul
tenggelam pranata-pranatanya, unggul kalah dalam perjuangan, dalam suatu irama
sejarah Indonesia yang dapat menggambarkan suka duka, kegemilangan dan
kesuraman, kepahlawanan, kewibawaan serta kekerdilan jiwa para tokoh, maka
hubungan antara historiografi dan pembinaan bangsa adalah akrab.
Namun persyaratan yang sulit dipenuhi oleh para penulis
sejarah ialah seberapa jauh ia mahir dengan gaya tulisannya, adil dalam pertimbangannya,
jujur terhadap tokoh yang diuraikannya dan mempertaruhkan karyanya sebagai
karya budaya.
No comments:
Post a Comment