Wednesday, July 13, 2016

Historiografi Masa Kolonial

Banyak fakta-fatka sejarah yang hingga kini masih tersembunyi, setelah proses dekolonisasi terjadi. Indonesianisasi merupakan bagian penting dalam historiografi Indonesia yang masih perlu digali lebih mendalam.
Tapi bagaimanakah cara menginterpretasi suatu fakta, agar ia punya makna? Untuk itu dibutuhkan ilmu-ilmu sosial sebagai alat bantu yang paling andal dalam studi sejarah. Sebab, betapapun historlografi Indonesia merupakan bagian penting dari proyek luhur pembangunan negara-bangsa yang masih muda dan cermin untuk menegaskan suatu identitas kebangsaan (“sebab sebuah bangsa tanpa identitas adalah contradictio in terminis,”Sartono), sejarah terlalu penting untuk dijadikan ajang pemuasan hasrat romantis dan gelora nasionalisme yang, cepat atau lambat, akan terasa kianjauh dan realitas.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial ini mengandung sejumlah ciri. Pertama, ia bertujuan nasional dan Indonesiasentris dalam perspektifnya, sebagai lawan dari historiografi kolonial yang memandang kaum pribumi, Indonesia, atau tempat-tempat yang kemudian menjadi bagian dari Indonesia sebagai pinggiran dalam narasi sejarah. Kedua, ia bersifat multi-dimensional dalam arti bahwa peristiwa-peristiwa sejarah dijelaskan sebagai hasil/akibat dari saling-pengaruh berbagai faktor sosial, ekonomi, budaya, politik, agama dan lain-lain. Ketiga, ia bersifat multi- atau inter-disipliner dalam pendekatannya; teori-teori dan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial sengaja diterapkan untuk meneguhkan penjelasan sejarah. Keempat, ía dengan ketat tunduk pada metodologi sejarah yang standar dan ilmiah.

Indonesia secara umum memiliki potensi arkeologi terutama dari masa kedatangan dan perkembangan Islam dan masa kolonial bangsa asing di Nusantara. Penelitian-penelitian arkeologi dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Penelitian yang lebih intensif pada bidang kolonial terjadi pada tahun 1986, yang dilakukan peneliti dari Amerika Serikat, John M. Miksic yang mengadakan survei dan ekskavasi di situs Fort York. Penelitian ini berhasil mengumpulkan dan mengidentifikasi temuan mata uang dafi East Indian Company (EIC) Vereneeging Oost de Company (VOC) dan Cina serta keramik dari Cina abad XVII-XIX M, keramik Eropa buatan Gouda Delft dan beberapa gerabah lokal yang menunjukkan persamaan dengan gerabah yang ditemukan di Banten.

Dampak dekolonisasi memberikan perubahan besar dalam relasi-relasi kehidupan masyarakat Indonesia, terhadap negara-negara bekas dan negara-negara lain yang juga mempunyai kepentingan hampir sama. Sejarah mencatat bahwa setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami masa-masa sulit, terutama secara ekonomi, untuk mencapai identitas sebagai negara yang berdaulat. Indonesianisasi ekonomi merupakan suatu proses untuk mencapai kemerdekaan ekonomi, yang ditandai dengan lahirnya pengusaha-pengusaha pribumi dan penguasaan sumber-sumber ekonomi di tangan kaum pribumi (nasional).

Imperialisme dan kolonialisme seolah-olah adalah nafsu untuk mengalahkan atau menguasai penguasa lain demi merebut keuntungan sosial politik dan lainnya. Ujung penguasaan sosial politik ini adalah dominasi penguasa kolonial terhadap penguasa bumiputra yang notabene mencari keuntungan finansial. Perebutan kekuasaan ini masih berlangsung sampai awal abad ke-21.


Sebelum masuknya pendidikan , bangsa Indonesia sesungguhnya adalah bangsa yang terdidik. Hal tersebut terbukti dengan tumbuh suburnya pendidikan yang bersifat tradisional dan tersebar di seluruh nusantara, yang ditandai dengan berkembangnya penggunaan huruf lontar dan tradisi mengaji. Pengajaran Islam di langgar-langgar semakin mengukuhkan keberadaan pendidikan tradisional tersebut. Namun demikian, pendidikan tradisional mengalami pergeseran ke pendidikan khususnya ketika pemerintah kolonial Belanda membutuhkan pegawai-pegawai administrasi rendahan untuk mengisi pos-pos pemerintahannya. Oleh karena itu, sistem yang diterapkannya tidak lepas dari tujuan politiknya dalam usaha mempertahakan kekuasaan. Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika pendidikan tersebut menjadi alat untuk memantapkan hegemoninya, dan melahirkan elit-elit baru yang nasionalis serta menjadi bumerang bagi kekuasaannya. Bertitik tolak dari hal tersebut, tulisan ini berusaha untuk mengungkapkan segi-segi yang berkaitan dengan pergeseran dua corak pendidikan itu di Makasar.

No comments:

Post a Comment