Thursday, July 14, 2016

Sejarah Singkat Seminar Nasional Indonesia 1957

Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah NasionaI Indonesia Pertama di Yogyakarta. Tahun itu dianggap sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Sementara itu, kurun historiografi tradisional dapat dianggap berakhir dengan ditulisnya buku Beschouwing van de Sadjarah van Banten o1eh Hoesein Djajadiningrat pada tahun 1913. Buku ini dengan cara kritis mengkaji tradisi penulisan babad dalam khasanah sastra. Namun, pertanyaan mendasar tentang historiografi Indonesia modem barulah untuk pertama kali muncul dalam Seminar Sejarah Nasional Pertama itu. Agenda seminar itu meliputi filsafat sejarah nasional, perodiosasi sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah.
Perdebatan yang berkelanjutan sampai tahun 1970 ialah, pertama. pertanyaan tentang Neerlandocentrisme dan Indonesiacentrisme bagaimana meletakkan tekanan pada peranan sejarah orang Indonesia dalam sejarah Indonesia. Kepustakaan sejarah yang ada pada waktu itu lebih banyak menekankan Peranan orang Eropa, dan melihat sejarah Indonesia sebagai sejarah ekspansi Eropa di Indonesia. Pertanyaan kedua ialah tentang objektivitas dan Subjektivitas dalam historiografi suatu perluasan dari pertanyaan pertama.
Banyak perubahan telah terjadi pada tahun-tahun setelah 1970, tidak saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana sejarah seharusnya ditulis tetapi juga kegiatan dalam arti yang kongkret, seperti diwujudkan dalam Perkembangan kelembagaan ideologi, dan subtansi sejarah. Bab ini akan mencoba melihat perkembangan Pelembagaannya yaitu bagaimana kepustakaan sejarah itu diproduksikan semacam sosiologi historiografi” Masalah lain, ideologi dan substansi akan disinggung dalam konteks kelembagaan.
Sungguh, sejak adanya Seminar Sejarah Nasional Kedua pada 1970, beberapa perkembangan barulah tampak. Sekalipun Seminar itu masih juga bekerja keras untuk menuntaskan isu-isu awal yang dikerjakan secara deskriptif semata, beberapa makalah sudah menunjukkan minat yang besar pada pendekatan ilmu sosia! dan analitik. Dengan memakai teori-teori ilmu sosial untuk menjelaskan kejadian-kejadian sejarah. Sejak Seminar ini sebuah panitia dibentuk untuk memulai penulisan buku standar sejarah Indonesia. Buku standar itu bukan saja akan membawa ketegasan yang Indonesiasentris tetapi juga membawa kemajuan yang dicapai dalam Seminar Sejarah Nasional Kedua dengan cita-cita sejarah struktural dan analitik. Hasil yang dicapai ialah buku edisi pertama Sejarah Nasional Indonesia yang berjumah enam jilid, yang tidak saja menekankan kronologi, proses, tetapi juga sejarah yang sinkronik-struktural. Sekalipun buku itu tidak sesempurna sebagaimana diharapkan, karena banyaknya kendala, pekerjaan itu tetap terpuji sebagai satu-satunva buku yang lengkap dan komprehensif. Buku itu kemudian juga diringkaskan isinya untuk keperluan pengajaran di sekoah-sekolah menengah. Sekarang buku itu sudah mengalami cetak ulang dan edisi yang baru.
Jika Seminar Sejarah Nasiona Kedua menjawab tantangan Seminar Sejarah Nasional Pertama, maka Seminar Sejarah Nasional Ketiga di Jakarta tahun 1981 menjawab tantangan ke arah sejarah dengan pendekatan ilmu sosial sebagaimana dijanjikan dalam Seminar Sejarah Nasional Kedua di Yogyakarta. Seminar Ketiga ini dengan jelas menunjukkan bahwa sejarawan Indonesia sudah sungguh sadar tentang perlnya kesadaran teoretik dan metodologis dalam penulisan. Bukan saja banyak sejarawan yang berani menggugat periode keramat seperti Revolusi Kemerdekaan, tetapi mereka maju dengan tujuan sejarah interdisipliner. Sejarah revolusi. misalnya, bukan lagi semata-mata sejarah kepahlawanan dan kejadian besar, tetapi juga studi tentang kelas sosial, konflik sosial, bahkan tentang perbanditan.

No comments:

Post a Comment