Tuesday, July 19, 2016

Sejarah Singkat Negarakretagama

1.      Isi Negarakretagama, banyaknya pupuh dan tafsir sejarahnya.
Kitab Negarakretagama ditulis oleh seorang yang bernama mpu Prapanca. Pada mulanya kitab ini bernama Desawarnana yang berarti uraian tentang desa-desa. Puja sastra Nagarakretagama terdiri dan 98 pupuh. Dilihat dari sudut isinya pembagian pupuh-pupuh itu dilakukan dengan sangat rapi. Pupuh I sampai pupuh VII menguraikan raja dan keluarganya. Pupuh VIII sampai XVI menguraikan kota dan wilayah Majapahit. Pupuh XVII sampai XXXIX menguraikan perjalanan keliling ke Lumayang. Pupuh XL sampai XLIX menguraikan silsilah raja Hayam Wuruk. Lima pupuh yang pertama yakni pupuh XL sampai XLIV tentang sejarah raja-raja Singasari, pupuh XLV sampal XLIX tentang sejarah raja-raja Majapahit dari Kertarajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk. Tepat pada pupuh itu uraian Dang Acarya Ratnamsa berhenti. Itulah bagian pertama Nagarakretagama, jumlahnya 49 pupuh tepat.
Bagian kedua yang juga terdiri dari 49 pupuh. Pupuh L sampal LIV menguraikan raja berburu di hutan Nandawa. Pupuh LV sampai LIX menguraikan perjalanan pulang ke Majapahit. Pupuh LX menguraikan oleh-oleh yang dibawa pulang dari berbagai daerah yang dikunjungi. Pupuh LXI sampai pupuh LXX menguraikan perhatian raja Hayam Wuruk kepada leluhurnya berupa ziarah ke makam dan pesta srada. Bagian itu disambung dengan 2 pupuh tentang kematian patih Gajah Mada yakni pupuh LXXI dan LXXII. Mulai dengan pupuh LXXIII sampai pupuh LXXXII menguraikan bangunan-bangunan suci yang terdapat di Jawa don Bali. Dari pupuh LXXXLLI sampai XCI terdapat uraian tentang upacara berkala yang berulang kembali setiap tahun yakni musyarawarah, kirap, pesta tahunan. Pupuh XCII sampai XCVIII merupakan pupuh puyangga yang memuji keluhuran baginda. Pupuh XCII sampai XCIV tentang pujian para puyangga termasuk juga pujian puyangga Prapanca, Pupuh XCV sampai XCVIII khusus menguraikan nasib puyangga Prapanca.
Demikianlah susunan bagian kedua itu berbalikan dengan susunan bagian pertama, Mungkin sekali di belakang susunan yang demikian tersembunyi maksud tertentu. Hal itu perlu dihubungkan dengan perbalikan bacaan matra Pupuh XCVII. Mungkin sekali Prapanca mengharapkan agar sang prabhu suka menempatkan kembali sang puyangga dalam kedudukannya sebagai dharmadhyaksa kasogatan, setelah membaca puja sastra Nagarakretagama. Dalam pupuh XCIV Prapanca berkata secara tegas, bahwa ia masih tetap setia dan menaruh cinta bakti kepada baginda. Ia mengharapkan agar baginda ingat kepadanya. Demkianlah kiranya tafsir inti sari puja sostra Nagarakretagama, yang sesuai dengan maksud penggubahnya.

Singkatan isinya
1.      Dalam pupuh I Prapanca memuji keagungan raja Sri Rajasanagara, memandang baginda sebagai titisan Siwa-Budha untuk menenteramkan kerajaan. Sang puyangga mengadakan indentifikasi antara Siwa dan Budha, peristiwa sinkretisme dalam agama. Baik Budha maupun Siwa pada dasarnya mewakili angkasa yang juga disebut sunya yakni kosong.

2.      Pupuh II sampai VI mengisahkan hubungan kekerabatan baginda. Prapanca memuji kecakapan nenek perempuan baginda yang berjuluk Rajapatni, yakni puteri Gayatri, puteri bungsu Sri Kertanagara dari Singasari. Beliau bertindak sebagai penasehat utama dalam pemerintahan.

3.      Pupuh VII mulai dengan pujian muluk terhadap baginda Sri Rajasanagara. Semua orang tunduk kepada kuasa Sri Nata. Sri Rajasanagara dikiaskan sebagai titisan  berbagai dewa. Beliau mengusap duka si murba sebagai dewa Indra yang menurunkan hujan di atas bumi. Sang raja menyaga negara seperti Pretiwi, meresap ke semua tempat laksana hawa, sedangkan rupa beliau laksana bulan. Seolah-olah dewa Kama menjelma di dalam pura; para puteri dan permaisuri terlalu cantik bagaikan sibiran dahi dewi Ratih. Permaisuni Indudewi cantik jelita seindah dewi Susumna, tidak ada taranya. Puteri Kusumawardhani, lengkung lanpai, sangat jelita, berpasangan dengan Sri Wikramawardhana bagarkan dewa dan dewi; resap dipandang mata.

4.      Pupuh VIII sampai XII menguraikan seluk-beluk istana Majapahit dari keindahannya sampai para pungawa dan pegawai kerajaan. Secara terperinci sang puyangga menyajikan uraiannya tentang Istana Majapahit.

5.      Pupuh XIII - XIV menyinggung luasnya wiayah kerajaan Majapahit di Jawa dan di nusantara yakni pulau di luar jawa. Dalam pupuh tersebut tercantum nama-nama daerah dan pulau yang tunduk kepada Majapahit. Pupuh XV menyebut negara-negara asing yang mempunyai hubungan persahabatan dengan Majapahit, di antaranya Siam, Darmanagara, Singanagari, Campa dan Kamboja.

6.      Pupuh XVII - LX menguraikan perjalanan keliling rombongan Dyah Hayam Wuruk dari Majapahit ke Lumyang, pada hakikatnya merupakan inti isi Negarakretagama. Dharmadhyaksa kasogatan yang mongambil nama samaran Prapanca, ikut serta dalam rombongan tersebut. Dalam perjaranan itu a mendapat kesempatan cukup untuk mengunjungi desa-desa penting dan menyaksikan sendiri keadaan wilayah Majaphit di Jawa Timur pada tahur 1359.

7.      Pupuh LXI — LXII menguraikan perjalanan Baginda pada tahun 1361 ke desa Simping untuk memperbaiki candi makam, karena menaranya rusak. Candi tersebut adalah candi makam pembangun negara Majapahit Kertarajasa Jayawardhana.

8.      Pupuh LXIII — LXVII menguraikan selamatan srada untuk memperingati wafatnya nenek Baginda Rajapatni, yakni puteri Gayatri dari Singasari. Pesta srada diselenggarakan secara besar-besaran di Istana pada tahun 1362. Upacaranya diuraikan secara singkat dan tepat sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang jalannya upacara srada yang dilakukan oleh Sri Hayam Wuruk pada zaman Majapahit.

9.      Pupuh LXVIII — LXIX secara singkat menguraikan sejarah Pembagian kerajaan Erlangga menyadi Yanggala dan Panyalu untuk kedua puteranya oleh Mpu Bharada dengan cara menuangkan air kendi dari udara Sampai di atas pohon asam di desa Palungan sang pendeta terhenti karena jubahnya terkait pada puncak pohon asam, dan kendinya jatuh di desa Palungan. Sang pendeta terbang lagi sambil mngutuk pohon asam supaya tetap tinggal pandak. Sejak itu tempat tersebut menurut dongengan bernama Kamal Pandak artinya asam cebol.

10.  Pupuh LXX— LXXIII menguraikan kedatangan kembali baginda dari Simping. Setiba beliau di istana, terdengar kabar Gajah Mada sakit keras, akhirnya neninggal. Kemudan diadakan rapat untuk mencari pengganti patih Gajah Mada, tetapi tak berhasil. Rapat yang dipimpin oleh Baginda sendiri, mengambil keputusan bahwa patih Gajah Mada tidak akan diganti. Baginda sendiri memimpin pemerintahan secara langsung, dibantu oleh enam menteri.

11.  Pupuh LXXIV — LXXXII menyebut nama-nama candi makam, tanah perdikan, asrama, desa kebudhaan, desa kesiwaaan dan lain-lainnya dalam kerajaan Majapahit terutama di Jawa dan Bali.

12.  Pupuh LXXXII menguraikan keagungan Beginda dan kesejahteraan pulau Jawa. Banyak tamu asing berkunjung ke Majapahit. Pada 5 dan 6 memuat kisah perjalanan tahunan (kirap) yang berlangsung dalam bulan Palguna (Februari - Maret).

13.  Pupuh LXXXIV adalah lanjutan dri pupuh LXXXIII/5, 6. Pada tanggal 14 bulan petang (surut) baginda berkirep keliling kota ditatang tandu     kuning, diiringkan para pembesar, pendeta, sarjana dalam pakaian seragam. Penghormatan kepada beliau berupa pembacaan puja-sloka, gubahan kawiraja dari berbagai kota untuk menyambut Baginda setiba beliau di manguntur.

14.  Pupuh LXXXV menceriterakan pertemuan tiap bulan Caitra (Maret - April) atau bulan pertama setiap tahun. Maksudnya ialah untuk mengadakan semacam musyawarah antara semua orang yang mempunyai tanggung jawab dalam pemerintahan.

15.  Pupuh LXXXVI - XCII. Dua hari kemudiann mulailah pesta besar di lapangan Bubat, yang dihadiri oleh Baginda. Segala macam pertunjukan dan perlombaan dihidangkan untuk memeriahkan perayaan. Pada bulan petang bulan Caitra perayaan ditutup oleh baginda dengan pembagian hadiah kepada para pemenang.

16.  Pupuh XCIII - XCIV, Prapanca menguraikan betapa banyak para pendeta yang menciptakan kakawin puja sastra untuk Baginda. Di antaranya pendeta Budha Sri Aditya menggubah Shogawali dalam sloka. Beliau berasal dari Jambudwipa (India), dari kota Kancanapuri, dari asrama Sadwihara.

17.  Pupuh XCV — XCVIII menguraikan nasib sang puyangga yang canggung hidup di dusun, kemudian bertekat bertapa di lereng gunung.


2.      Isi kitab Pararaton yang menceritakan tentang Ken Arok dan mengenai kutukan Mpu Gandring.
Serat Pararaton dimulai dari cerita Ken Arok yang disebut Katuturanira Ken Arok dan berakhir dengan runtuhnya pemerintahan Bhre Kertabhumi. Kitab Pararaton adalah sumber sejarah Singasari dan Majahapit. Merupakan hasil penulisan sejarah pada tahun 1613 M.
  1. Di dalam Nagarakretagama menyebut Ranggah Rajasa sebagai raja pertama dari kerajaan Singasari. Terbukti dari Pararaton bahwa nama kecil raja Rangga Rajasa adalah Ken Arok. Dalam Pararaton di uraikan bahwa Ken Arok adalah anak Ken Endok dengan dewa Brahma. Suami Ken Endok ialah Gajah Para. Akibat persetubuhan antara Ken Endok dengan dewa Brahma, maka terjadilah perpisahan antara Ken Endok dan gajah ParaKen Endok pulang kedusun Pangkur seberang utara, Gajah Para kembali kedusun Campara seberang selatan. Lima hari setelah perpisahan itu Gajah Para meninggal. Dalam Pararaton diuraikan bahwa meninggalnya Gajah Para disebabkan karena is melanggar larangan batara Brahma untuk berkumpul dengan Ni Endok, dan karena panasnya anak yang masih dalam kandungan. Setelah sampai masanya, lahirlah jabang bayi laki-laki. Anak itu kemudian di buang di kuburan. Pada malam hari datang seorang pencuri bernama Lembong dikuburan; dilihatnya sinar berpancaran. Sinar itu didekatinya dan nampak olehnya seorang jabang bayi sedang menangis. Anak itu dipungutnya dan dibawa pulang. Salah seorang diantara pembantu Lembong menyiarkan berita, bahwa Lembong mempunyai anak pungut, yang didapatnya dikuburan. Anak itu memancarkan sinar. Ken Endok mendengar berita itu, lalu datang mengunjungi Lembong dan berceritera bahwa sebenarnya anak pungutnya adaiah anak Ken Endok, keturunan batara Brahma.
  2. Selanjutnya Pararaton menguraikan Ken Arok tinggal didusun Pangkur sampai seumur anak yang dapat menggembalakan kerbau. Ia suka berjudi sehingga menghabiskan harta kekayaan orang tua angkatnya dan orangtuanya sendiri. Kemudian ia diserahi menggembalakan sepasang kerbau kepala desa Lebak. Ken Arok diusir dari rumah karena kerbau tersebut dijadkan alat judi. Setelah itu Ken arok bertemu dengan seorang botoh dari dusun Karuman, bernama Bango Samparan. Ken Arok dianggap sebagai anak. Ia diajak pulang dan didajikan anak pungut bini tua Bango Samparan, si Genuk, yang kebetulan mandul. Isteri muda Bango Samparan yang bernama Tirtaja, mernpunyai beberapa anak laki-laki.. Lama Ken Arok tinggal di Karuman, tetapi tidak dapat bergaul dengan anak dari ibu tirinya. oleh karena itu ia lalu pergi dari Karuman. Ia bertemu dengan Tita anak Sahaja, ketua desa Sagenggeng. kedua orang anak itu saling mencintai. Mereka berdua giat belajar menulis dan membaca pada Djanggan di Sagengeng; mereka berdua tinggal dirumah Djanggan Sagenggeng. Ken Arok disitu memperlihatkan kenakalannya.
  3. Pengarang Pararaton yang hidupnya diliputi kepercayaan Hindu, menguraikan segala tindak-tanduk Ken Arok dalam rangka kepercayaannya. Meskipun Ken Arok dikejar oleh orang-orang Daha dari tempat yang satu ketempat yang lain, namun ia selalu dapat meloloskan diri dari kejaran. Ia selalu mendapatkan tempat sembunyi. Dalam berbagai peristiwa yang membahayakan hidup Ken Arok, kekuasaan dewa yang tertinggi selalu memberikan perlindungannya. Setelah Ken Arok berguru kepada mpu Palit di Turijantapada dan diakui sebagai anaknya, Ia diutus oleh mpu Palot untuk mengambil emas pada ketau dusun Kabalon. Orang-orang dusun Kabalon tidak percaya bahwa ia adalah utusan mpu Palot. Karena marah Ken Arok menikam salah seorang diantara mereka itu lalu lari menghadap ketua dusun. Semua penghuni dusun dikerahkan untuk mengejar Ken Arok, dengan senjata palu. Mereka bermaksud untuk membunuhnya. Se-konjong-konyong terdengar suara dari langit yang mengatakan: Janganlah dibunuh orang itu. Ia adalah putraku. Belum selesai tugasnya didunia “ Mendengar seruan itu para pengejarnya berhenti. Demikianlah ia tertolong dari bahaya maut. Ia kembali ke Turijantapada membawa mas yang diserahkan kepada mpu Palot. Kemudian Ken Arok mengabdi di Tumapel. Tunggul Ametung mempunyai istri yang sangat cantik, bernama Ken Dedes. ia adalah anak tunggal pendeta Buda di Panawijen, mpu Purwa. Kemudian Ken Arok berencana membunuh Tunggul Ametung, kemudian mengambil Ken Dedes sebagai isterinya. Ken Arok pergi ke Lulumbang, menemui pandai keris mpu Gandring. Mpu  Gandring adalah kawan karib Bango Sampatan. Oleh mpu Gandring ia disuruh kembali lagi 5 bulan. Mpu Gandring sedang sibuk menggurinda keris Ken Arok. Dimintanya keris yang sedang dikerjakan itu, Karena marahnya keris ditikamkan kedalam mpu Gandring. Mpu Gandring mati dan menjatuhkan kutukan kepada Ken Arok. Setelah itu Ken Arok pulang ke Tumapel. Di Tumapel Ken Arok mempunyai kenalan karib bernama Kebo Ijo. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan memfitnah Kebo Ijo sehingga kebo Ijo di tangkap dan dibunuh.
  4. Sepeninggalan Tunggul Ametung Ken Arok menikah dengan Ken Dedes. Pada waktu itu Ken Dedes telah hamil tiga bulan. Sepeninggalan Tunggul Ametung Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, itu terjadi pada tahun 1182 M. kemudian Ken Arok menyerang kerajaan Kediri dan berhasil mengalahkannya. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Amok memperoleh tiga orang putra dan seorang putri. Dari perkawinannya dengan Ken Umang Ken Arok mendapat tiga orang putra dan seorang putri.
  5. Di sini menceritakan akhir hayat dari Ken Arok. Anusapati memanggil seseorang dari dusun Batil. Ia diperintahkan membunuh sang Amurwabumi dengan keris pusaka mpu Gandring. Orang Batil itu kemudian berangkat menuju kedaton. Pada waktu itu sang Amurwabumi sedang bersantap. Dengan serta merta keris Gandring ditikamkan kepadanya. Ketika itu Kamis Pon Wuku Landep pada waktu senja, matahari baru saja terbenam. Orang Batil itu tergopoh-gopoh lari, mengungsi kepada Anusapati, Dengan serta merta pula orang Batil itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Menurut Pararaton peristiwa itu terdiadi pada tahun Saka 1169 atau tahun Masehi 1247. Nagarakretagama mencatat peristiwa itu pada tahun Saka 1149. Demikianlah ada selisih 20 tahun.
3.      Silsilah raja – raja Kediri.
1.      Sri Maharaja Samarawijaya.
Dilihat dari Prasasti Turun Hyang
2.      Aji Lingga Jaya (1042 – 1052).
3.      Sri Jayawarsa Sastra Prabu (1052 – 1104).
4.      Sri Maharaja Sri Bameswara.
5.      Jayabhaya
6.      Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara
7.      Sri Maharaja Rakai Hino
8.      Sri Maharaja Sri Krancaryadipa.
9.      Sri Maharaja Kamesware.
10.  Sri MaharajaSarweswara.

No comments:

Post a Comment