A.
Lokasi
Candi
Wisnu merupaan salah satu candi yang berada dikompleks percandian Rara
Jonggrang di Prambanan. Kompleks percandian Rara Jonggrang terletak di sebelah
timur aliran sungai opak, di dusun Karang Asem, Desa Bokoarjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Latar
Belakang Sejarah
Mengenai
latar belakang sejarah pendirian candi Rara Jonggrang masih belum diketetahui
secara pasti. Salah satu prasasti yang dihubungkan dengan candi Rara Jonggrang
ialah Prasasti berangka tahun 856 M yang asalnya tidak diketahui, kini disimpan
di Museum Pusat Jakarta. Prasasti tersebut menyebut Raja Jatiningrat yang
digantikan oleh Dyah Lokapala.
Disebutkan
bahwa Raja telah mendirikan sebuah bangunan suci yang disebut Siwagreha (rumah
Siwa) dan Siwalaya (tempat dewa Siwa). Itulah sebabnya prasasti ini sering
disebut prasasti Siwagreha. Dalam prasasti disebutkan adanya candi-candi yang
mempunyai susunan berderet dengan tinggi dan bentuk yang sama. Candi utama
mempunyai dinding tembok sendiri yang memisahkan dengan candi-candi kecil
lainnya.
C.
Pemugaran
Pemugaran
candi Wisnu secara fisik mulai dilakukan sejak bulan April 1982. Namun demikian
sebelum didahului dengan penelitian-penelitian yang bersifaf teknis arkeologi
untuk pembuatan rencana pemugaran. Pemugaran candi Wisnu diselesaikan dalam
waktu 9 tahun dengan target volume kumulatif 3502 m, termasuk pembenahan
lingkungannya.
Ø Keadaan Candi Sebelum Dipugar
Keadaan candi Wisnu sebelum
dipugar nampak runtuh sampai bagian kaki. Batu-batunya sudah banyak yang pecah
dan hancur, bahkan banyak juga yang hilang. Batu-batu candi yang masih tersisa
banyak ditumbuhi oleh mikroorganisme dan sebagian sudah mengalami penggaraman.
Ø Pelaksanaan Pemugaran
Proses Pemugaran candi Wisnu
dibagi menjadi beberapa tahapan kerja yaitu pencarian batu, pembongkaran, konservasi,
pembuatan batu penganti, dan rekontruksi. Meskipun demikian, sebelumnya perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan persiapan pemugaran yang meliputi penertiban batu,
pembuatan barak kerja, pemasangan perancah, pengadaan peralatan, bahan kerja
serta persiapan sarana penunjang.
Ø Penyelesaian Akhir
Dengan selesainya pemugaran
candi Wisnu tidak berarti tugas-tugas perawatannya selesai sebab hasil
pemugaran diharapkan dapat dinikmati oleh generasi-generasi yang akan datang.
Padahal candi Wisnu terletak di lapangan terbuka dan tidak lepas dari dampak
negatif lingkungan. Oleh karena itu, setelah proses pemugaran dinyatakan
selesai masih perlu diikuti dengan kegiatan-kegiatan penyempurnaan dan kegiatan
tambahan yang mengacu pada pemeliharaan candi. Kegiatan-kegiatan tersebut
meliputi : Penyelarasan permukaan batu pengganti dan penandasan batu baru, Pemasangan
instalasi penangkal petir, Pembongkaran perancah dan pembenahan lingkungan serta
Pemeliharaan berkala.
D.
Arsitektur Candi
Secara
vertikal bangunan candi Wisnu terdiri dari tiga bagian yaitu : kaki candi,
tubuh candi, dan atap candi. Masing-masing bagian melambangkan alam kehidupan
yang berbeda yaitu alam kehidupan manusia, alam perantara, dan alam kehidupan
para dewa. Secara fungsional ketiga bagian bangunan candi saling berhubungan.
Hubungan ini terlihat jelas pada waktu diadakan upacara keagamaan. Dalam
upacara keagamaan, dewa yang banyak dipuja diturunkan dari atas kemudian bersemayam
di dalam bilik candi dan dijiwai oleh zat-zat yang terangkat dari kaki candi
(peripih yang ditanam di suran candi). Sedangkan secara hirizontal kompleks
candi Roro Jonggrang dibagi menjadi tiga halaman ialah halaman luar berukuran
390 X 390 meter, halaman tengah berukuran 222 X 222 meter, dan halaman pusat
(halaman dalam) berukuran 110 X 110 meter. Setiap halaman dipisahkan oleh
tembok batu dan dihubungkan oleh pintu-pintu halaman yang dipasang pada ke
empat sisinya, dengan pintu utama mengadap ke timur.
E.
Hiasan
Hiasan
pada kaki candi adalah bermotif Prambanan. Disebut demikian karena hiasan
tersebut hanya ditemukan di candi Prambanan. Hiasan motif Prambanan berupa
seekor singa di dalam relung diapit dua bidang hias berisikan pohon kalpataru
yang tumbuh dari pot. Pada tubuh candi ditemukan hiasan kala makara dipahat
pada ambang pintu masuk ke bilik candi. Hiasan kala digambarkan sebagai raksasa
menakutkan, bermata bulat besar, mulut tergangga dengan taring menonjol keluar,
yang berfungsi sebagai penolak bala. Sedangkan pada atap candi Wisnu mempunyai
hiasan amalaka-amakala kecil pada tiap tingkatnya. Ada pendapat bahwa amakala
merupakan perpaduan bentuk stupa dan ratna. Hiasan lain yang dipahatka pada
atap candi adala hiasan gana pada bingkai duduk kemuncak atap I, II dan III.
Hiasan gana digambarkan sebagai raksasa kecil bererut buncit dalam posisi
menahan beban.
No comments:
Post a Comment