Republik Demokratik Vietnam (RDV)
biasa dikenal sebagai Vietnam Utara, adalah sebuah negara yang didirikan
oleh Ho Chi Minh dan diakui oleh Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet pada
1950.
Setelah kekalahan Perancis dalam Pertempuran Dien Bien Phu pada tahun 1954,
Perancis secara resmi mengakui kedulatan negara tersebut dan negara itu pun
terpecah menjadi dua; satunya lagi Vietnam Selatan.
Ibu kota
Vietnam Utara berada di Hanoi dan diperintah oleh pemerintahan komunis yang
mendapatkan dukungan dari Uni Soviet dan Tiongkok. Kedua negara ini membantu
Vietnam Utara saat terjadinya Perang Vietnam melawan Amerika Serikat dan
Vietnam Selatan.
Setelah jatuhnya
pemerintah Vietnam Selatan pada 30 April 1975, kedua negara ini secara resmi
bersatu pada 2 Juli 1976 menjadi sebuah negara bernama Republik Sosialis
Vietnam atau yang biasanya dikenal sebagai Vietnam.
Ho Chi Minh
Ho Chi Minh. Biasa
dipanggil dengan 'Paman Ho'. Dengan nama lahir Nguyen Sinh Cung, atau nama
samaran Nguyen Tat Thanh, Nguyen Ai Quoc, dan Ly Thuy, adalah tokoh utama
pembebasan Vietnam dari penjajahan Prancis.
Paman Ho, lahir 19 Mei 1890, di desa kecil bernama Kimlien, Nghe An (Vietnam
Tengah). Ho lahir dalam keluarga ‘pemberontak’, ayahnya, Nguyen Sinh Huy,
adalah seorang pegawai pemerintah yang mengundurkan diri seiring menguatnya
kekuasaan Prancis di Vietnam. Sementara itu, saudara perempuannya yang bekerja
pada tentara Prancis ‘membangkang’ dengan mencuri berbagai senjata pasukan
Prancis.
Ia berharap pada saat yang tepat, senjata tersebut akan berguna bagi rakyat Vietnam untuk
mengusir penjajah Prancis. Sayangnya, upaya ini terlacak. Tak lama kemudian,
saudara perempuan Ho ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara.
Meski ia sendiri
menolak belajar Bahasa Prancis, Nguyen Sinh Hui, tetap mengirimkan Ho kecil
mengenyam pendidikan di sekolah Prancis yakni di Akademi Nasional. Hui,
menganggap ini penting bagi Ho kecil dan juga Vietnam di masa depan. Di sekolah
ini, Ho mulai bersikap kritis. Baginya adalah suatu hal yang aneh: Prancis
terkenal dengan slogan: Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan, namun dalam
kenyataannya melakukan penjajahan atas Indo-China. Tahun 1910, Ho dikeluarkan
dari sekolah karena menghasut teman-temannya dan tertangkap tangan menyebarkan
bacaan-bacaan terlarang. Untuk waktu yang singkat, selanjutnya dia bekerja
sebagai guru di desa kecil bernama Phan-Thiet.
stlah menyaksikan
kejatuhan Dinasti Manchu di China, Ho tiba pada kesimpulan bahwa solidaritas
dari internasional mutlak diperlukan untuk memerdekakan Indo-China (Vietnam ).
Karena itu ia segera meninggalkan pekerjaannya dan berangkat ke Saigon untuk belajar memasak; karena, dengan menjadi koki
dia mempunyai kesempatan untuk bekerja di luar negeri.
Pada usia 22 tahun,
Ho bekerja sebagai pembantu dapur kapal Prancis Latouche-TrŽville. Selama 2
tahun bekerja, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mendalami berbagai buku
dari banyak penulis besar dunia. Selanjutnya, tahun 1914, Ho mendapat pekerjaan
sebagai koki di Hotel Carlton
London . Di sana , Ho banyak
berdiskusi dengan buruh Asia lainnya dan
mempelopori pembangunan serikat buruh yang menuntut peningkatan kesejahteraan
buruh Asia di Inggris.
Paman Ho, Komunisme dan
Embrio Gerakan Revolusioner Pembebasan Vietnam
Setelah berkeliling
ke berbagai negara, selama tahun 1917-1923, Ho menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang
photografer. Pada masa-masa inilah dia mulai secara serius mempelajari
karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya. Salah satu tulisan yang banyak
menginspirasinya adalah artikel Lenin berjudul: Tesis tentang Bangsa dan
Permasalahan Kolonial (1920). Tahun 1920 Ho menjadi salah satu pendiri Partai
Komunis Prancis, pecahan Partai Sosialis Prancis. Ho juga berusaha mempersatukan
banyak aktivis dari berbagai negara jajahan dalam keanggotaan Serikat
Negara-Negara Jajahan. Salah satu platform utama dari terbitan serikat ini,
jurnal Le Pariah (Kaum Paria) adalah penghentian penjajahan Prancis di
Indo-China.
Kegiatan-kegiatan politik
Ho makin mendapat perhatian besar Pemerintah Prancis. Tahu bahwa intelijen
Prancis sering memata-matainya, Dalam waktu singkat, orang-orang Indo-China
segera mengenal Ho sebagai juru bicara rakyat Vietnam . Kekaguman yang besar
segera tertuju pada Ho atas keberaniannya meledek pemerintah Prancis dan
berdiri di atas perjuangan rakyat Indo-China. Nama Ho Chi Minh pun segera
melegenda. Ho Chi Minh lalu merubah namanya menjadi Nguyen-O-Phap, yang berarti
Nguyen Si Pembenci Prancis. Tapi ia menggantinya lagi menjadi Nguyen Ai Quoc
alias Nguyen Sang Patriot. Maksudnya agar tidak terlalu berkesan ofensif.
Sebagaimana
layaknya banyak komunis yang terinspirasi kemenangan Revolusi Rusia, pada tahun
1923, Ho berangkat ke Moskow. Di sana
dia kemudian menjadi staff pada Sekretariat Pusat Komintern. Dalam sebuah
kesempatan korespondensinya, Ho, menulis tentang tugas mendesak dari kaum
komunis untuk kembali ke negerinya. Dia menyebutnya dengan tujuan: “membangun
kontak dengan massa
dan membangkitkannya, mengorganisir, mempersatukan dan melatih mereka, serta
memimpinnya demi kebebasan dan kemerdekaan”. Dengan keyakinan inilah, Ho pada
tahun 1924 berangkat ke Guangzhou (Canton), Cina Selatan dimana bersama kaum
nasionalis Vietnam mendirikan Liga Revolusioner Vietnam.
Tahun 1927, seiring
dengan pengejaran massal terhadap kaum komunis yang dilakukan kaum nasionalis China pimpinan
Chiang Kai Shek, dengan terpaksa Ho mengungsi ke Uni Sovyet. Namun, ia kembali
lagi dan pada 3 Februari 1930 mendirikan Partai Komunis Indo-China (ICP). Dalam konferensi pendirian Partai ini seluruh draft yang diajukan Ho disetujui
sepenuhnya oleh para peserta lain: penggulingan rejim Prancis, pendirian
Pemerintahan Rakyat Vietnam yang merdeka, nasionalisasi ekonomi dan penghapusan
utang, landreform, pemberlakuan 8 jam kerja/hari, dan pendidikan bagi rakyat.
Segera sesudah
pembentukan Partai, Ho mendirikan Akademi Militer Whampoa. Di kamp ini para
pejuang kemerdekaan Vietnam
dilatih dengan berbagai teknik gerilya dan misi bunuh diri. Merekalah yang
selanjutnya banyak memelopori berbagai pemogokan di sekolah-sekolah dan
pertambangan di Vietnam
sebagai persiapan penggulingan rejim Prancis.
kris konomi akibat
malaise ekonomi tahun 1929 segera merambah Vietnam . Tingkat kesejahteraan
rakyat merosot ke tingkat yang terendah. Upah buruh turun hingga 50 %, dan
pengangguran melonjak hingga 33 %. Pemogokan terjadi di berbagai kota di Vietnam . Partai
Komunis Indo-China (ICP) segera mengorganisasikan sel-sel, serikat buruh dan
serikat taninya di sepanjang Provinsi Nghe An dan Ha Tinh, Vietnam Tengah. Kaum
tani segera beraksi menuntut reformasi dan seringkali berakhir dengan
bentrokan. Perlawanan ini semakin maju sehingga berhasil menguasai beberapa
distrik. Dengan bantuan organiser-organiser Partai (ICP), mereka kemudian
membentuk soviet-soviet (dewan rakyat).
Prancis menjawab
pemberontakan ini dengan mengirimkan Legiun Asing. Pada 12 September 1930,
unjuk rasa besar-besaran yang diselenggarakan Partai Komunis Indo-China (ICP)
di kota Vinh
dibubarkan secara paksa. Lebih dari 1000 kaum komunis ditangkap, 400 orang
diantaranya dihukum penjara dan 80-an orang, termasuk beberapa pimpinan Partai
dieksekusi.
Ho sendiri secara in absentia dijatuhi hukuman mati. Ia kemudian mengungsi ke
Hongkong dan menjalankan tugas sebagai perwakilan Komunis Internasional
(Komintern) untuk Asia Tenggara. Sampai tahun 1932, lebih dari 10.000 tahanan
politik dimasukkan ke dalam penjara oleh Prancis.
Pada bulan Juni
1931, Ho ditangkap polisi Inggris dan ditahan sampai tahun 1933. Selama di
tahan, berkembang isu yang menyatakan bahwa Ho telah meninggal. Berita ini
menimbulkan kegemparan di Vietnam
hingga adanya kabar yang menyebutkan bahwa seseorang telah melihat Ho. Entah
karena dibebaskan secara rahasia atau melarikan diri, Ho kemudian ke Uni Sovyet
untuk menyembuhkan penyakit TBC yang dideritanya. Tahun 1938, Ho ditugaskan
oleh Komintern ke China
dan bertindak sebagai penasehat tentara komunis China . Di sinilah Ho mulai dikenal
dengan panggilan “Paman Ho”.
Perang Dunia II dan Perang
Pembebasan
Ketika Jepang
mengambil-alih Vietnam
pada tahun 1941, Paman Ho segera mengontak pimpinan Partai Komunis Indochina
(ICP) untuk mengkonsolidasikan seluruh kaum komunis yang mendominasi gerakan
pembebasan Vietnam .
“Sekaranglah saatnya!”, kata Ho menyikapi pendudukan Fasisme Jepang atas
Indo-China. Berbeda dengan banyak kaum nasionalis Vietnam yang menyambut gembira
kedatangan Jepang, Ho menganggap fasisme sebagai kekuatan yang lebih berbahaya.
Maka, tanggal 10 Mei 1941, di Pegunungan Marx, bersama kaum komunis Vietnam
lainnya, terbentuklah Vietminh (Liga Pembebasan Vietnam ). Sayap militer organisasi
baru ini dipimpin oleh Jenderal Vo Nguyen Giap.
Amunisi dari Uni
Sovyet, termasuk dari agen-agen Prancis. Taktik ini kemudian menimbulkan kesalahpahaman
dengan China .
Bulan Desember 1941, Ho ditangkap oleh Pemerintah China dengan tuduhan menjadi
mata-mata Prancis. Ia kemudian ditahan di berbagai penjara di China . Isu
bahwa Ho telah meninggal muncul lagi di seantaro Vietnam . Vietminh sendiri bahkan
sempat menyelenggarakan upacara penguburan di Pegunungan Marx. Namun, satu
puisi Ho yang terbit di satu suratkabar menepis isu ini. Para pejuang
Vietminh kembali bertempur di bawah komando Ho dan segera melakukan gerilya
massif melawan fasisme Jepang. Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II,
dimanfaatkan oleh Vietminh untuk mengambil-alih kekuasaan. Tanpa perlawanan
yang berarti Ho dan pasukannya memasuki Kota Hanoi. Maka tanggal 2 September
1945 Ho memproklamasikan berdirinya Negara Republik Demokratik Vietnam (DRV). Ho menjadi Presiden dan resmi dipanggil dengan nama Ho Chi Minh atau Ho Yang
Tercerahkan.
Prancis, yang masih
merasa sebagai ‘pemilik’ Vietnam
menolak mengakui DRV dan mempersiapkan serangan untuk mengambil-alih Vietnam . Tak
terhindarkan lagi, akhir tahun 1946 pecah perang terbuka antara tentara Prancis
dengan pemerintahan baru Vietnam .
Pada awalnya, Vietminh mengalami kesulitan menghadapi tentara Prancis yang
lebih terlatih dan dilengkapi dengan peralatan perang modern. Situasi mulai
berubah ketika pada tahun 1949, kaum komunis China di bawah kepemimpinan Mao Tse
Tung mengalahkan pasukan Chiang Kai-Shek. Pemerintahan Republik Rakyat Tingkok
pun menyediakan berbagai bantuan pelatihan dan pertahanan bagi DRV.
Setelah melalui
berbagai pertempuran, tahun 1953, Vietminh telah menguasai seluruh Vietnam
Utara. Prancis sendiri telah menetapkan Bo Dai, Kaisar Vietnam ,
sebagai penguasa boneka di Vietnam Selatan. Sadar bahwa mereka sedang
menghadapi musuh yang kuat, Kolonialis Prancis mencoba menawarkan perundingan.
Mereka mengusulkan untuk membentuk sebuah pemerintahan nasional Vietnam yang
baru. Tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh Ho Chi Minh. Perangpun terus
berlanjut.
Di saat bersamaan,
Pemerintah Prancis juga menghadapi persoalan di dalam negerinya. Rakyat Prancis
yang jenuh dengan perang mulai bangkit melawan kolonialisme pemerintahnya atas
Rakyat Vietnam .
Beberapa alasan yang melatarbelakanginya: 1) Selama perang tahun 1946-1952
telah merenggut korban 90.000an tentara Prancis. Baik yang terbunuh, luka-luka
ataupun tertangkap. 2) Pasca Perang Dunia II, Prancis harus membangun kembali
negerinya yang hancur oleh perang. Biaya perang yang ditanggung Prancis bahkan
mencapai dua kali lipat dari anggaran Marshall Plan yang diterima dari Amerika
Serikat. 3) perang yang telah berlangsung 7 tahun jauh dari tanda-tanda akan
dimenangkan Prancis. 4) menguatnya kesadaran rakyat Prancis bahwa pemerintahnya
tidak punya justifikasi moral untuk terus berada di Vietnam.
Melihat situasi
yang makin tidak menguntungkan ini, Jenderal Navarre , pimpinan tentara Prancis
di Vietnam merencanakan suatu pukulan mematikan bagi Vietminh/DRV. Jenderal Navarre
membangun pertahanan di Dien Bien Phu .
Tujuannya adalah memutuskan jalur lintas yang biasa dipergunakan laskar
Vietminh menuju perbatasan Laos .
Navarre
berharap, rencana ini akan memancing Jenderal Vo Nguyen Giap untuk melakukan
serangan massal ke Dien Bien Phu .
Pancingan mengena.
Sialnya, Jenderal Giap bukan hanya sekedar merencanakan serangan massal biasa.
Giap menginstruksikan penggalian parit-parit perlindungan dan terowongan
mengelilingi pasukan Prancis. Sekitar 100.000 ribu pasukan Vietminh dan 100.000
ribu buruh dikonsentrasikan mengepung Dien Bien Phu .
Jumlah ini 5 kali lipat lebih besar dari kekuatan Prancis. Mengetahui
pasukannya telah terjebak, Prancis segera meminta bala bantuan Amerika Serikat.
Berbagai taktik seperti serangan udara bahkan penggunaan bom atom pun
diusulkan. Namun Presiden Amerika saat itu, Dwight Eisenhower, menolak terlibat
terkecuali Inggris dan pasukan Sekutu lainnya menyetujui.
Pada tanggal 13
Maret 1954, Vietminh mulai melancarkan serangan besar-besaran. Setelah
bertempur selama 56 hari, akhirnya tanggal 7 Mei 1954 pasukan Prancis menyerah.
Dalam pertempuran ini sekitar 7.000 tentara Prancis tewas dan 11.000 lainnya
tertangkap.
Prancis segera mengumumkan rencananya untuk keluar dari Vietnam .
Meski berhasil
memenangkan perang, Paman Ho harus menerima kenyataan bahwa kekuasaannya secara
resmi hanya di Vietnam Utara. Harapan untuk mempersatukan Vietnam secara
demokratis sebenarnya telah dituangkan dalam Konfeensi Jenewa. Dalam poin
kesepakatan, selain pembagian wilayah Vietnam menjadi dua, pihak yang
bertikai juga memutuskan untuk segera dilaksanakannya pemilu reunifikasi pada
bulan Juli 1956. Namun Pemerintah Vietnam Selatan, pimpinan Ngo Dinh Diem yang
didukung Amerika Serikat (AS) mengingkarinya. “"Saya belum pernah bicara
atau berkorespondensi dengan orang yang paham masalah Indochina, yang tidak
sepakat bahwa [jika] menyelenggarakan pemilu saat pertikaian sedang
berlangsung, sekitar 80 % rakyat akan memilih Si Komunis Ho Chi Minh."
Demikianlah pandangan Presiden AS Dwight Eisenhower tentang pemilu unifikasi Vietnam . AS
segera memperkuat dukungan pada pemerintah Vietnam Selatan berupa pasokan
senjata dan arahan politik. Pertempuran antara Vietnam Utara dan Selatan
dukungan AS inilah yang kemudian kita kenal dengan nama Perang Vietnam .
Setelah tahun 1954,
Ho Chi Minh mulai mengalihkan kekuasaan pada beberapa letnannya yang terpercaya
seperti Pham Van Dong, Truong Chinh dan Le Duan. Ho lebih banyak memainkan
peran simbolik sebagai kepala negara dan mediator konflik dalam Partai Komunis Vietnam .
Seiring dengan usianya yang makin menua, tahun 1960-an Ho mulai sakit-sakitan.
Pada 3 September 1969, pukul 09.47 pagi, dalam usia 79 tahun, Paman Ho
meninggal oleh serangan jantung. Bagi rakyat Vietnam , Paman Ho adalah pahlawan
terbesar selama sejarah Vietnam .
Tidak aneh, walau masih dalam situasi perang, puluhan ribu rakyat Vietnam datang
melayat Ho untuk terakhir kalinya. Mereka mengenakan pita hitam untuk
menunjukkan duka yang mendalam. Pihak komunis Vietnam Utara dan Vietnam Selatan
pro AS bahkan bersepakat menghentikan pertempuran selama 72 jam untuk
menghormati kematiannya.
Itulah Ho bukanlah
sekedar perintis sosialisme di Vietnam .
Dia mewakili semangat terdalam dari rakyat Vietnam yang sedang berjuang untuk
kemerdekaannya. Orang mengenalnya sebagai tokoh yang sederhana, peka, dan penuh
integritas. Sebagaimana Lenin (Rusia), Mao Tse Tung (China), ataupun Fidel
Castro (Kuba), Paman Ho adalah inspirasi bagi rakyat Vietnam dan bagi rakyat
dari negeri-negeri yang terus berjuang untuk kebebasan negerinya. Kebebasan
dari cengkeraman kolonialisme baru: imperialisme!
Setelah berkeliling
ke berbagai negara, selama tahun 1917-1923, Ho menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang
photografer. Pada masa-masa inilah dia mulai secara serius mempelajari
karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya. Salah satu tulisan yang banyak
menginspirasinya adalah artikel Lenin berjudul: (1920). Tahun 1920 Ho menjadi
salah satu pendiri Partai Komunis Prancis, pecahan Partai Sosialis Prancis. Ho
juga berusaha mempersatukan banyak aktivis dari berbagai negara jajahan dalam
keanggotaan Serikat Negara-Negara Jajahan. Salah satu platform utama dari
terbitan serikat ini, jurnal (Kaum Paria) adalah penghentian penjajahan Prancis
di Indo-China.
Daftar pustaka
Hall, D.G.E 1988. SejarahAsia
tenggara: Usaha nasional
Aboe bakarLoebis.1992 tokoh-tokoh,revolusi.Jakarta:UI
press
Dimyati , Moh 1987.Perangdunia.
Jakarta :Bulan
bintang
Ensiklopedi Dunia
orang-orang termasyur. 2000. Jakarta :Djambatan
Sudarmanto, Y.B. 1992. jejak-jejak revolusi Vietnam.Jakarta
:Gramedia
Michael Adas. 1988.Ratuadil,
tokoh dan gerakan milenaria menentang kolonialisme Eropa. Yogyakarta
:Kanisius.
No comments:
Post a Comment