Asal mula Thailand secara tradisional
dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang
didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang didirikan
pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai.
Kebudayaan Thailand
dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India . Hubungan dengan beberapa
negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan
yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara
yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk
ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan
diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.
Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan
dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara
ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya,
setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II.
Pada perang tersebut, Thailand
bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand
menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun
setelah berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah
demokrasi sejak tahun 1980-an.
A.
PEMERINTAHAN VAJIRAVUDH
Chulalongharn mempunyai 77 anak dari para selirnya. Hari-hari
pertama pemerintahannya anak-anak tersebut dikirim ke sekolah-sekolah umum
Inggris, universitas-universitas atau lembaga-lembaga tehnik. Sangat sedikit
yang menunjukkan kemampuan luar biasa. Beberapa di antaranya menjadi ahli
hukum, pertanian atau tehnik. Yang lain menerima latihan kemiliteran di Inggris,
Jerman, Rusia, dan Denmark ,
dan angkatan laut Inggris. Ayah mereka menulis sebuah surat berisi nasehat untuk kemajuan mereka
selama mereka bertempat tinggal di luar negeri.
Pangeran Maha Vajiravudh, yang menggantikan ayahnya tahun
1910, adalah salah seorang dari mereka yang telah mendapat pendidikan ini,
masuk ke Universitas Cambrigde dan selama beberapa waktu berdinas militer dalam
angkatan bersenjata Inggris. Sebagai pewaris tahta terdekat sesuai dengan
peraturan pergantian tahta Chakri, gelar pewaris tahta telah diberikan padanya
sesaat sebelum kembalinya ke Muangthai tahun 1902.
Selama tinggal lama di luar negeri ia hampir putus hubungan dengan keluarganya,
dan waktu kembali ke negerinya ia membentuk suatu perkumpulan pemuda yang bukan
dari anggota keluarga kerajaan. Ketika ia menjadi raja, ia tidak meneruskan
praktik ayahnya meminta nasehat pada anggota-anggota keluarga yang penting.
Saudara-saudara dan paman-pamannya jarang dimintai pendapat, dan untuk menandingi
pengaruh mereka ia bukan saja mengangkat mereka yang disukai pada posisi-posisi
penting dalam pemerintahannya tetapi juga mendirikan “Badan Kepanduan Macan
Liar”, di sana sukarelawan pegawai negeri dilatih dasar- dasar kemiliteran.
Raja Vajiravudh, sebenarnya kurang berbakat sebagai
pemimpin. Ia adalah pencinta seni, sandiwara dan menulis atau menterjemahkan
sandiwara dengan bahasa Thai.
Tetapi pengangkatan pengikut-pengikutnya pada posisi-posisi penting yang diikuti
dengan korupsi mengakibatkan ia tidak disukai dan tidak populer. Selama pemerintahannya
timbul ketidakpuasan di negeri itu. Bahkan terjadi dua kali usaha menggulingkan
tahtanya. Pertama tahun 1912 suatu komplotan pembunuh dicegah oleh saudaranya, Pangeran
Pitsanulok. Kira-kira 60 perwira angkatan darat ditawan. Kedua, tahun 1917,
juga suatu komplotan militer, yang disebabkan oleh ketidak senangan atas
simpati raja yang pro-sekutu pada bagian serdadu yang pro-Jerman.
Kabinet Menteri-menteri yang didirikan oleh
Chulalongharn jarang bersidang, Menteri-menteri berkonsultasi pada raja secara
pribadi-pribadi dan mengambil keputusan sendiri-sendiri pula. Jadi tidak ada koordinasi.
Dan kecenderungan raja untuk menghidupkan kembali upacara lama, bersamaan
dengan makin bertambahnya kegiatan fungsi-fungsi kenegaraan, menghancurkan
situasi dan keindahan kantornya.
Dibandingkan dengan ayahnya, Vajiravudh telah melakukan beberapa
reformasi yang penting. Tetapi reformasi sosialnya mempunyi akibat-akibat yang
jauh. Reformasi sosial itu dimasukkan secara besar-besaran untuk membawa
Muangthai segaris dengan gagasan-gagasan dan praktik-praktik Barat dan dengan
demikian menentukan penerimaannya masuk ke dalam pengakuan secara hukum oleh
bangsa-bangsa lain. Itulah penjelasan tentang rekodifikasi hukum yang dimulai
dalam pemeritahan Vajiravudh, dan khususnya rencana undang-undang monogami yang
masalahnya bagi raja, termasuk didalamnya. Tidak keluar dari satu keinginan
dalam pikiran untuk membuat emansipasi wanita. Salah satu pikiran yang dalam
adalah untuk mendapatkan penghapusan aturan-aturan extra-territorial yang mempengaruhi
orang-orang Eropa dalam negerinya, dan ia menyadari bahwa untuk memberikan
Muangthai sistem hukum yang lebih dekat persamaannya dengan yang diterima oleh
bangsa-bangsa Eropa merupakan persyaratan yang penting dari politik sernacam
itu.
Beberapa dari reformasi sosialnya pasti karena
gagasan-gagasan yang ia ambil selama pendidikannya yang lama di Inggris. Keputusannya
tahun 1916 yang memerintahkan semua rakyatnya memakai nama keluarga pasti dapat
digambarkan untuk itu seperti juga pemasukan kewajiban melaksanakan vaksinasi.
Juga secara luas melalui pengaruhnya wanita-wanita memakai style-style rambut
Eropa dan pakaian rok sebagai ganti rambut pendek dengan sikat dan panung, atau
kain yang ujungnya diliwatkan di antara kedua kaki kernudian disimpulkan di depan.
Tindakan-tindakan yang lain dengan jiwa yang sama adalah penerimaan kalender
Gregoria, pelaksanaan wajib belajar pada tingkat sekolah dasar (tahun 1921),
pendirian Universitas Chulalongkorn, dan Lembaga Masyarakat Palang Merah. Ia
penggemar sepak bola dan atletik. Sepak bola khususnya menjadi, dengan dukungan
aktifnya, sangat populer diseluruh negeri itu, dan beliau sendiri mengorganisir
pertandingan-pertandingan sepak bola memperebutkan piala. Sumbangannya sendiri
pada pendidikan adalah pendirian Sekolah Vajiravudh yang terkenal di Bangkok , sekolah berasrama
untuk anak laki-laki yang modelnya mendekati pola sekolah umum Inggris.
Berikut sesudah reformasi sosial
adalah politik luar negeri yang menyerap hampir seluruh perhatian Vajiravudh
selama tahun-tahun permulaannya. Ketika Perang Dunia Pertama pecah tahun 1914
simpati pribadinya adalah pada sekutu. Tetapi sentimen anti Perancis masih kuat
sekali di antara rakyat Muangthai, dan terdapat pro Jerman yang muat pada
sebagian angkatan perangnya. Tetapi tentu bukan untuk keuntungan Muangthai
seandainya menjadi pusat dari mana intrik Jerman menyebar kedaerah-daerah
terdekat yang termasuk daerah Inggris dan Perancis. Karena itu bulan Juli tahun
1917 sebagai konsekuensi penolakan yang tak menyenangkan Jerman atas protes
Muangthai menentang metoda perang kapal selamnya, Vajiravudh mengambil langkah
yang menentukan dengan menyatakan perang. Dalam tahun berikut pasukan expedisi
Muanthai di kirim ke Perancis. Muangthai mendapat banyak dengan bergabung pada
pihak yang menang. Kapal-kapal Jerman bernilai beberapa juta sterling jatuh
ketangannya sebagai barang rampasan, dan sanggup membebaskan sistem jalan
kereta api dari kekuasaan yang diatur oleh Jerman dalam kurun waktu sebelum
perang. Lebih baik lagi, menjadi anggota Liga Bangsa-bangsa, dan tahun 1922 Amerika
Serikat membuat perjanjian baru yang meninggalkan semua hak-hak
extra-territorialnya di Muangthai[3].
Vajiravudh tidak menyukai pekerjaan
berat yang dibebankan padanya dengan menangani masalah masalah rutin pemerintahan
sehari-hari. Ia banyak menyerahkan pekerjaan kecil-kecil itu kepada pamannya,
Pangeran Devawongse, yang merupakan teman dekat ayahnya dan yang selama
kira-kira 30 tahun menjadi Menteri Luar Negeri. Pangeran Devawongse adalah orang yang sangat cerdas
dan mengabdi pada tugas. dan memperlihatkan pelayanan yang penting dalam
perjalanan kemerdekaan dan kemajuan Muangthai. Setelah matinya Pangeran Devawongse
tahun 1923 raja tergantung banyak pada Chao P’ya Yomarej, yang kenaikannya dari
suatu jabatan yang tidak jelas.
B.
PEMERINTAHAN PRAJADHIPOK
Ketika Vajiravudh mangkat tahun 1925
ia tidak meninggalkan anak laki-laki untuk menggantikatmya. Ia seorang jejaka
hampir selama pemerintahannya, menyebabkan kekecewaan besar ibunya, Ratu
Saowapa, yang meninggal dunia tahun 1919. Ketika akhirnya ia kawin, tahun 1922,
ia gagal mendapatkan pewaris tahta laki laki sebelum mangkatnya dan digantikan
oleh Pangeran Prajadhipok, saudara bungsunya. Prajadhipok tak pernah
.mengharapkan atau menginginkan jadi raja. Ia adalah anak yang ke-77 dari
ayahnya dan anak yang terakhir. Ia anak muda yang cukup pandai dengan pandangan
liberal dan dengan rasa tanggungjawab yang besar.
Masalah yang paling mendesak pada
waktu naik tahta yang dihadapi adalah keperluan ekonomi untuk pembiayaan umum.
Keborosan Vajiravudh telah menimbulkan kekacauan dalam keuangan negara. Karena
itu Prajadhipok banyak melepaskan apa yang disenangi saudaranya itu, mengurangi
Daftar Pegawai Sipil dan pengeluaran Rumah Tangga Kerajaan, dan mengurangi
jumlah pelayan Kerajaan dari 3.000. orang menjadi 300 orang.
Tindakan-tindakan ini, digabung dengan makin bertambahnya biaya cukai yang
kembali sebagai hasil perjanjian-perjanjian dagang baru dan kemakmuran
perdagangan luar negeri, memungkinkan Bendahara mengimbangkan budget tanpa perlu
merundingkan pinjaman luar negeri dan menaikan pajak. Ia juga mendirikan Dewan
Tertinggi, yang terdiri dari 5 orang pangeran yang paling penting, sebagai
badan penasehat, dan menghidupkan kembali kabinet menteri-menteri. Tahun 1927
agar mendapat nasehat dari kalangan yang lebih luas, Ia membentuk Privy Council
yang besar, dengan sebuah komite beranggotakan 40 orang untuk melaporkan
padanya setiap masalah yang mungkin diajukan padanya.
Tahun-tahun pertama pemerintahannya
memperlihatkan banyak kemajuan-kemajuan yang menarik seperti pendirian stasiun
radio, persiapan pangkalan udara Dong Muang bagi pelayanan penerbangan
internasional, dan pendirian Lembaga Kerajaan untuk Sastera, Arsitektur dan
Fine Arts, dengan Perpustakaan dan Museum Nasional yang indah. Mata uang bath
dikaitkan dengan emas dengan Undang-undang Mata Uang baru tahun 1928.
Undang-undang Kesehatan Umum dikeluarkan dan persyaratan profesi kedokteran
lebih diperketat. Suatu Undang. undang bagi Pengawasan Usaha Perdagangan Keperluan
Umum dikeluarkan untuk menambah pengawasan pemerintah atas asuransi dan bank,
dan tahun 1930 Dr. Karl Zimmerman dari Harvard University
melakukan survei ekonomi atas kerajaan itu.
C.
REVOLUSI TAK BERDARAH 1932
Revolusi ini dimulai dengan kejatuhan
harga dunia, pengaruhnya yang lebih tajam mulai dirasakan tahun itu, memukul
Muangthai dalam beberapa hal kurang kuat daripada negeri-negeri lain di Asia
Tenggara. Jatuhnya harga dasar pasaran beras, dan Inggris meninggalkan standar
emasnya, yang mempengaruhi Muangthai dalam persaingan utama dalam ekspor beras.
Pemerintah mendapat kesulitan keuangan yang serius. Bulan Maret 1931 Menteri
Keuangan harus menyatakan budget defisit 11 juta tikal (mata uang Muangthai).
Karena Muangthai gagal mendapatkan pinjaman luar negeri di Paris
dan New York
terpaksa menjalankan penghematan yang drastis, termasuk pemotongan gaji, yang
memukul sangat keras kelas perwira.perwira muda. Mereka sudah tak puas karena
jalan untuk memajukan golongan menengah telah diblokir oleh barisan rapat para
pangeran yang memonopoli semua posisi-posisi penting dan menentukan. Banyak
daripadanya telah menerima gagasan-gagasan demokratis melalui pendidikan di
Eropa dan menjadi tak sabar dengan cara cara kerja absolutisme kerajaan gaya lama itu. Pada waktu
itu juga selama raja pergi ke luar negeri untuk berobat tahun 1931 suatu
persaingan hebat berkembang dalam Dewan Tertinggi antara Menteri Urusan Perang,
Pangeran Bovaradej, dan Menteri Perdagangan, Pangeran Purachatra, mengenai
masalah ekonomi. Bulan Oktober 1931 ini menimbulkan krisis politik kelas satu
yang menggoyahkan kepercayaan umum pada lembaga yang dikuasai para pangeran
itu.
Muncul rasa ketidak puasan, karena
terdapat golongan pejabat yang telah
kehilangan pekerjaan mereka melalui pengurangan drastis Pegawai Sipil oleh
Prajadhipok, dan ditambah sekelompok
perwira angkatan perang yang marah sekali karena pemotongan gaji mereka. Tahun
1932 unsur-unsur ketidak puasan ini mendapat pimpinan Luang Pradist Manudharm, lebih
terkenal dengan nama Pribadi Banomyong, seorang ahli hukum yang cerdas sekali
yang mendapat pendidikan di Paris dan menjadi Professor Ilmu Hukum di Universitas
Chulalongkorn. Ia membuat rencana konstitusi dan dengan bantuan militer
menguasai Bangkok
dan melakukan revolusi tak berdarah tanggal 24 Juni 1932.
Masyarakat umum tidak ikut serta
dalam coup itu kecuali sebagai penonton. Raja, yang jauh dari ibu kota pada waktu itu,
kembali dua hari kemudian dengan segera menerima konstitusi sementara itu.
Dengan ini ia kehilangan semua hak prerogatifnya kecuali hak memberikan pengampunan,
para pangeran dikeluarkan dari jabatan-jabatan menteri dan angkatan perang, dan
Partai Rakyat, seperti Pridi dan pendukung-pendukungnya mengambil alih
pelaksanaan pemerintahan. Mereka menunjuk Senat yang beranggotakan 70 orang,
yang terus menunjuk Dewan Eksekutif dengan kekuasaan menyusun undang-undang dan
mengawasi menteri-menteri. Senat akan digantikan oleh suatu Assembly yang di pilih
setelah 6 bulan berjalan, dan akan diadakan pemilihan umum setelah 10 tahun.
D.
PEMERINTAHAN P’YA MANOPAKORN
Karenanya pemerintah baru itu bersifat
diktator kepartaian. Namun Pridi dengan letnan-letnannya tidak mengambil alih
pemerintahan yang sebenarnya. Mereka memilih P’ya Manopakorn sebagai Presiden
Dewan Eksekutif. Ia tidak memainkan peranan dalam revolusi itu tetapi menjadi
Presiden yang baik. P’ya Manopakorn sebelumnya adalah seorang Menteri
Pendidikan, penunjukannya merupakan suatu usaha untuk meredakan pendapat yang
konservatif. Dari sudut pandangan kaum revolusioner pengaturan itu tidak berhasil.
Politik P’ya Manopakorn merupakan kelanjutan politik penghematan pemerintahan
sebelum revolusi. Tak Seorang pun puas, terdapat suasana berbahaya, dan ketika kaum
Komunis, Cina dan pendukungnya mencoba mendapatkan keuntungan atas situasi itu
pemerintah melakukan politik menindas kembali.
Pengaruh kaum konservatif dalam pemerintahan
tampak jelas sekali pada bulan Desember 1932. Legislatif mengawasi keuangan,
dan mempunyai kekuasaan untuk memberi interpretasi pada konstitusi diberikan
pada suatu badan Assembly yang beranggotakan 156 orang, di mana sebagai suatu
tindakan sementara, raja menunjuk setengahnya. Pemilihan diadakan setiap 4
tahun. Calon untuk anggota harus orang Muangthai sedikitnya berusia 21 tahun,
bertempat tinggal didaerah hukum Muangthai, dan sanggup memenuhi persyaratan
pendidikan tertentu. Undang-undang kewarganegaraan ditetapkan lagi untuk
memasukkan hak memberikan suara di antara warga negara yang rnempunyai hak-hak
istimewa. Menteri-menteri harus bertanggung-jawab pada Assembly, tetapi bila
suatu suara kepercayaan diajukan maka pembenian suara harus terjadi tidak pada
hari perdebatan. Raja memegang tiga kekuasaan penting. Ia dapat membubarkan
Assembly tanpa persetujuan Kabinet, tetapi pemiihan baru harus dilakukan dalam
tempo tiga bulan. Ia diberi hak veto atas rancangan undang.undang tetapi
Assembly dapat meniadakan vetonya pada pemberian suara yang kedua. Ia juga
dapat menyatakan keadaan darurat selama ditanda tangani serta oleh menteri yang
bertanggung-jawab.
Pembatasan atas pangeran-pangeran
juga diringankan. Sementara itu mereka dilarang menduduki jabatan-jabatan
sebagai deputi-deputi atau menjabat sebagai menteri, mereka dibolehkan
bertindak sebagai penasehat atau menduduki jabatan diplomatik Sebagai penyelamat
atas kediktatoran partai. Suatu partai politik dilarang memberikan perintah apa
pun kepada anggotanya yang duduk dalam Assembly. Tahun 1933 atas permintaan
raja Partai Rakyat dibubarkan sebagai suatu Partai Politik dan diubah menjadi klub
sosial.
Ini merupakan suatu percobaan yang cepat atas pembangunan politik. Raja telah
menolak suatu petisi dengan sejumlah perwira angkatan bersenjata dan
pejabat.pejabat tinggi untuk membentuk Partai Nasional dan konsekuensinya dapat
mengakibatkan suatu tekanan yang ditimpakan atas Partai Rakyat.
P’ya Manopakorn sekarang berusaha
membebaskan pemerintahannya dari pengawasan Pridi dan kelompoknya. Suatu rencana
ekonomi nasional yang tidak diterbitkan yang disiapkan oleh Pridi dinyatakan
bersifat Komunis, dan dengan coup yang dipersiapkan matang Pridi dipaksa
disingkirkan. Pemerintah kemudian mencuri keributan itu dengan mengumumkan suatu
politik nasional untuk mengexploitir sumber-sumber nasional dan menjanjikan
penggunaan tanah-tanah kosong untuk yang tidak punya pekerjaan. Tetapi
P’ya Manopakorn terlalu jauh bertindak dengan menjalankan suatu penghentian
sidang Assemblay tetapi tidak membubarkannya dan melakukan sikap diktator yang
lebih lebih lagi.
E.
PEMERINTAHAN P’YA BAHOL
Timbulnya bahaya dan persiapan
perdana menteri untuk pembersihan yang lain menyebabkan 4 orang pemimpin
angkatan bersenjata dengan P’ya Bahol sebagai kepalanya, menawarkan pengunduran
diri mereka. Semua itu adalah teman-teman Pridi dalam revolusi tahun sebelumnya.
Ketika pengunduran diri mereka diterima, mereka merencanakan coup d’ etat lain,
dan tanggal 20 Juni 1933 dilaksanakan dengan sukses. P’ya Manopakorn mundur dan
tempatnya diambil alih oleh P’ya Bahol[8].
Suatu Dewan baru yang terdiri dari teman-temannya diangkat dan Assembly
dipanggil kembali. Pemerintah secara umum menyatakan bahwa pemerintah
anti-Komunis dan akan mempertahankan konstitusi. Raja yang kebetulan tidak ada
di ibu kota karena
coup d’ etat itu, kembali dan dalam pidato radio pertama yang pernah dilakukan
seorang raja Muangthai kepada rakyatnya mendesakkan bahwa perdamaian dan
kesatuan harus dipertahankan.
Dalam bulan September Pridi, yang telah
menjadi kekasih rakyat, diizinkan kembali dan disambut dengan antusias. Suatu
komisi dibentuk untuk menyelidiki tuduhan komunisine yang telah dilakukan
terhadapnya, dalam bulan Maret 1934 laporannya benar-benar membuat dia bersih.
Sementara dalam bulan Oktober 1933 pemerintah menghadapi pemberontakan militer
yang serius yang dipimpin oleh sepupu raja, Pangeran Bovaradej. Kekuatan
pemberontak menduduki Pelabuhan Udara Don Muang dan meminta pengunduran diri
P’ya Bahol dan asosiasinya. Tetapi popularits pertama dengan angkatan
bersenjata itu menjamin kesetiaan pasukan penjaga ibu kota, dan ketika Luang
P’ibun Songgram, dalam mengomandoi pasukan pemenintah, merebut kembali Don
Muang dan pemimpin-pemimpin pemberontak lari ke Saigon dan pemberontakan
hancur.
Selama krisis itu raja telah
mempertahankan sikap netral. Menjadi terkenal bahwa ia sadar apa yang sedang
bergolak dan bahwa sebagian besar pangeran-pangeran kerajaan telah memberikan
dukungan moral dan keuangan pada pemberontak itu. Ia tak pernah mampu untuk
mendapatkan kembali kesetiaan rakyatnya, dan bulan Januani 1934 pergi ke luar
negeri dengan dalih perlu perawatan mata oleh dokter spesialis. Aristokrasi
juga tidak pulih posisinya. Sebaliknya gerakan kelas menengah baru menjadi
terbagi dengan timbulnya persaingan antara P’ibun Songgram, yang telah naik
menjadi penting dengan mengembalikan ketertiban pada waktu pemberontakan militer
dengan Pridi. P’ibun adalah Seorang pemimpin suatu kelompok yang bersifat militer
dan nasionalis, sedang Pridi pemimpin suatu bagian yang dikuasai oleh
unsur-unsur sipil. Hanya kepribadian yang kuat dari perdana menteri, yang
setiap orang menyukainya karena temperamen manusiawinya, dapat menyatukan
pemerintahan.
Bulan Nopember 1933 suatu pemilihan
umum diadakan agar pemenintah mendapatkan aksi yang menentang pemberontak
dengan propaganda yang intensif. Kurang dari 10 daerah pemulihan memberikan
suara dan secara komparatif sedikit calon yang menawarkan diri untuk pemilihan
itu. Pengikut-pengikut Pridi mendapatkan kursi terbesar. Pridi adalah segalanya
bagi politik ekonomi yang radikal, tetapi ada tanda-tanda keresahan yang
menyebabkan banyak bahaya dan kampanye P’ibun menentang apa yang ia sebut unsur
Komunis dalam pemerintahan menyebabkan banyak kekhawatiran pada permulaan
setiap perubahan yang mendasar. Bulan September 1934 suatu krisis terjadi
ketika Assembly mengeluarkan peraturan untuk meratifisir sebuah perjanjian yang
tertunda-tunda dengan Inggris. Kabinet mengundurkan diri, tetapi kepopuleran
P’ya Bahol demikian besar hingga ia kembali berkuasa dengan kementerian yang
disusun kembali yang mendapat kepercayaan mayoritas pasti.
Selama kurun waktu berikutnya
pengaruh P’ibun terus bertumbuh, terutama setelah keberangkatan Pridi tour ke
luar negeri pertengahan tahun 1935. Dewan Negara terus-menerus diperlemah oleh
pertentangan-pertentangan di antara anggota-anggotanya, dan lagi-lagi
jabatan-jabatan dalam pemerintahan sipil diberikan pada perwira-perwira militer,
pemerintah menunjukkan kecenderungan pada suatu kediktatoran militer yang
dengan serius membahayakan Assembly itu. Pemerintahan P’ya Bahol mengadakan lagi
pemiihan umum lain tahun 1937, tetapi Assembly baru ditentukan untuk
mendesakkan kemauannya, dan bulan Desember 1938 mengeluarkan suatu amandemen
menentang pemenintah terhadap prosedur untuk mengeluarkan suatu penjelasan yang
lebih terperinci mengenai budget. Hal ini menyebabkan pengunduran Dewan itu dan
P’ya Bahol mengumumkan pengunduran dirinya.
F.
PEMERINTAHAN P’IBUN SONGGRAM
Pemerintahan baru dipimpin oleh
P’ibun, dengan Pridi sebagai Menteri Keuangan. Undang-undang Pendapatan Pridi,
yang dikeluarkan bulan Maret 1939, merupakan usaha untuk meringankan ikatan rakyat
petani dan membebaskannya dari ketergantungan pada lintah darat. Banyak pajak
yang dibebankan pada golongan pedagang, yang diwakili terutania oleh
orang-orang Cina dan sebagian oleh perusahaan Eropa. Diikuti oleh peraturan
yang lebih ketat untuk mengecheck imigran-imigran Cina dan menyediakan bagi
nasionalisme Muangthai sejumlah pekerjaan yang sebelumnya dimonopoli oleh
orang-orang Cina. Pemerintah bertindak lebih jauh untuk menutup ratusan sekolah-sekolah
Cina, membuang keluar negeri ratusan pengidak candu dan bahkan menahan beberapa
pemimpin masyarakat Cina. Alasan yang diberikan adalah bahwa kegiatan terorris
masyarakat rahasia Cina terus mengancam ketertiban umum.
Kepentingan-kepentingan orang Eropa
dihantam oleh tindakan-tindakan ini, karena mereka mengerjakan buruh-buruh Cina
dalam pertambangan dan kehutanan. Pelepasan industni kayu jati yang di bawah
pengelolaan Inggris, diperbaharui atas syarat-syarat yang kurang menyenangkan
dan lebih banyak daerah hutan disediakan bagi usaha-usaha Muangthai. Suatu
usaha telah dilakukan untuk mengambil alih pelayaran setempat dengan membeli
kapal-kapal untuk dioperasikan oleh perusahaan negara dan dengan undang-undang
yang mengatur modal perusahaan pelayaran asing harus 70% sedikitnya dimiliki
orang Muangthai, semua kapal harus didaftar sebagai milik orang Muangthai dan
anak buahnya 75% orang Muangthai. Subsidi negara diberikan pada
perusahaan-perusahaan perseorangan Muangthai, sekolah-sekolah tehnik,
perdagangan dan pertanian didirikan, dan banyak mahasiswa Muangthai yang dikirim
ke luar negeri latihan tehnik.
Manifestasi lain yang menarik
chauvinisme baru itu adalah perubahan nama resmi bagi negeri Siam menjadi Thailand bulan Juni 1939. Orang-orang Siam
selalu lebih menyenangi dan bangga negerinya disebut Muang Thai, “negeri
kebebasan”, dan sekarang dinyatakan bahwa orang asing juga harus meggnunakan
nama ini. P’ibun memulai suatu kampanye untuk memperhitungkan cara-cara dan
praktik-praktik sosial Barat, dan serangkaian surat selebaran dikeluarkan untuk menjelaskan
politik pemerintah dalam hubungan ini. Kedua jenis kelamin diminta memakai
sepatu dan topi Barat di depan umum, dan suatu versi pembaratan pakaian telah
digambarkan. Usaha-usaha juga telah dilakukan untuk menghentikan praktik
memakan sirih. Sistem pendidikan diletakkan pada pengawasan yang paling ketat.
Semua sekolah harus menerima kurikulum, buku pelajaran, dan ujian yang secara
ketat dipersiapkan oleh menteri pendidikan, dan semua guru harus terdaftar. Gerakan
untuk menyelamatkan Buddhisme dengan patriotisme dipaksakan, dan banyak
pemindahan agama dari agama Kristen. Dijelaskan bahwa non Buddhis dalam
pengabdian pemerintah dapat dilepas jabatannya atau harapan promosinya. Aturan
juga dibuat bahwa bukan pejabat mungkin mengawini orang asing tanpa ijin khusus.
Dalam masalah-masalah luar negeri usaha-usaha
dilakukan untuk mendapatkan konsensi dari kekuasaan barat dengan ancaman akan
bekerja sama dengan Jepang. Banyak hubungan ekonomi lebih dekat dibuat dengan
negeri itu, dan barang-barang Jepang mulai membanjiri pasaran Muangthai. Aliran
Muangthai yang bergolak telah tumbuh, terutama terhadap Indo Cina, Perancis,
dan permintaan diajukan untuk pengembalian daerah-daerah Kamboja dan Laos, yang
Perancis telah memaksa Muangthai menyerahkan dalam kurun waktu sebelumnya.
Pecahnya Perang Dunia Kedua tahun 1939 dan konsentrasi
yang terus-menerus Inggris dan Perancis atas ancaman Jerman memungkinkan P’ibun
dengan bantuan Jepang untuk mendapatkan
kembali banyak daerah. Setelah Jepang merdarat di Indo China, suatu perjanjian
militer Thai-Jepang ditandatangani dalam bulan Desember 1940, dan dalam bulan
Maret berikutnya Perancis menyerahkan propinsi-propinsi Kamboja, Battambang dan
Siemreap, bersama dengan daerah Laos disebelah bara sungai Mekong.
Sebagai ganti mengadu domba Jepang melawan Barat,
sekarang P’ibun menjual dirinya pada Jepang. Ia dan sekelompok kecil perwira
tinggi yang menerima suatu politik bekerja sama dengan Jepang, akibat yang
wajar daripadanya ialah pernyataan perang oleh Muangthai terhadap Inggris dan
Amerika Serikat pada tauggal 25 Januari 1942.
G.
THAILAND MASA
KINI
Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi di Thailand
Selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas Muslim. Sekitar 70 orang
terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim Shinawatra. Namun dalam
pemilihan kepala pemerintahan, Thaksin Shinawatra kembali memerintah negara ini
dalam 4 tahun ke depan. Banyak negara yang mengecam keras tragedi ini.
Sang raja mempunyai sedikit kekuasaan langsung di bawah
konstitusi namun merupakan pelindung Buddhisme Thailand dan lambang jatidiri dan
persatuan bangsa. Raja yang memerintah saat ini dihormati dengan besar dan
dianggap sebagai pemimpin dari segi moral, suatu hal yang telah dimanfaatkan
pada beberapa kesempatan untuk menyelesaikan krisis politik. kepala negara
adalah Perdana Menteri, yang dilantik sang raja dari anggota-anggota parlemen
dan biasanya adalah pemimpin partai mayoritas.
Parlemen Thailand yang bikameral dinamakan Majelis
Nasional atau Rathasapha yang terdiri
dari Dewan Perwakilan yang beranggotakan 500 orang dan Senat yang beranggotakan
200 orang. Anggota keduanya dipilih melalui pemilu rakyat. Anggota Dewan
Perwakilan menjalani masa bakti selama empat tahun, sementara para senator
menjalani masa bakti selama enam tahun. Badan kehakiman tertinggi adalah
Mahkamah Agung yang jaksanya dilantik oleh raja. Thailand juga adalah anggota aktif
dalam ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Hall D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya
: Usaha Nasional. 1988.
Embree, Ainslie. T. Encyclopedia
of Asian History Vol 4. USA .
1988.
Langer, William. L. An
Encyclopedia of World History. USA . 1968.
Ali Az. Muangthai Lumbung Asia . Jakarta
: Djambatan. 1952.
Wiharyanto, A.K. Sejarah
Muangthai Modern. Yogyakarta : Universitas
Sanata Dharma. 1991.
No comments:
Post a Comment