Thursday, July 21, 2016

Perkembangan Aliran Strukturis

Sejak tahun 1970-an mulai disadari bahwa krisis dalam ilmu sejarah sesungguhnya bukan sekedar teknis saja yang dapat diatasi dengan merangkul ilmu-lirnu sosial. Epistemologi realis sebagai reaksi atas epistemologi idealis telah melahirkan suatu metodologi ilmu sejarah baru yang merupakan perkembangan lebih lanjut baik dari Postmodernisme maupun strukturalisme. Bahkan dapat dikatakan, bahwa metodologi baru yang dinamakan pendekatan strukturis itu, mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung dalam metodologi struktural maupun metodologi individualis. Metodologi individualis(termasuk postinodernisme) temyata tidak sanggup menjelaskan perubahan sosial dengan baik, sedangkan pendekatan struktural malah bersifat determinis dan mengabaikan individu sebagai penggerak sejarah seperti terkandung dalam wawasan sejarah yang asli.
Metodologi strukturis mencoba mengatasi kelemahan-kelemahan dalam kedua jenis metodologi sebelumnya dengan menekankan adanya interaksi atau interaksi antara individu dan struktur yang mengakibatkan perubahan sosial atau sejarah. Penjelasan yang menyeluruh tentang metodologi strukturis terdapat dalam dua buah buku dari Christopher Lloyed yang juga mendasari pembahasan di sini. Pertama mengenai eksplanasi dalam sejarah sosial, dan kedua, mengenai struktur-struktur sejarah.

A.        Landasan Ilmu.
Setiap cabang dari ilmu, termasuk ilmu sejarah, memiliki tiga landasan penting yang harus disadari betul oleh para ahli yang bersangkutan. Ketiga landasan tersebut, pertama filsafat ilmu, kcdua metodologi dan ketiga teori. Pilihan filsafat ilmu tertentu menentukan pilihan metodologi yang digunakan serta teori-teori yang digunakan untuk nienginterpretasi data.

1)          Filsafat Ilmu.
Dalam Strukturis, beranggapan bahwa secara ontologis kenyataan sejarah adalah struktur sosial yang longgar. Tatanan sosial memungkinkan munculnya individu atau kelompok sosial yang memiliki wawasan dan keinginan berbeda dengan masyarakat pada umumnya, dan berusaha mengubah masyarakat. Dengan demikian terjadilah perubahan sosial, yang sesungguhnya adalah istilah lain dari sejarah. Strukturis menggunakan epistemotogi yang bertumpu pada filsafat realis.

2)          Metodologi.
Pada dasarnya metodologi adalah prosedur eksplanasi (penjelasan) yang digunakan suatu cabang ilmu, termasuk sejarah. Bentuk ekplanasi dalam metodologi strukturis menggunakan hubungan kausalitas (sebab-akibat). Bentuk ekplanasi ini juga digunakan dalam metodologi struktural, namun ada perbedaan yang pokok. Pendekatan struktural menggunakan eksptanasi yang bersifat determinis atau sebab-sebab yang berada di luar seperti struktur sosial, geografi dan sebagainva. sedangkan strukturis menggunakan sebab akibat humanis yang rnerupakan hasil interaksi antara manusia dan struktur sosial.

3)          Teori.
Pada teori-teori yang didasarkan pada epsternologi Realis seperti strukturis kaitan antara teori dan data adalah mutlak. Fakta merupakan interpretasi teoritis atas bahan-bahan yang tersedia. Pilihan teori selalu harus konsisten dengan pilihan metodologi, metodologi strukturis juga harus menggunakan teori-teori strukturis.

B.         Pembagian Strukturisme
Strukturisme dapat dibagi dua yaitu Symbolic Realism dan Relational Structuralism.

1)          Syimbolic Realism (Realisme Simbolik).
Realisme simbolik lebih banyak menekankan analisis mengenai “agency” tanpa melepaskan konteks strukturalnya. Contoh yang menarik adalah model yang dibangun oleh Clifford Geertz mengenal sistem kekuasaan pra-kolonial di Asia. Model ini bertolak dari studinya mengenai suatu kerajaan di Bali dan masa pra abad ke-19. Geertz menyimpulkan bahwa kekuasaan dalam masyarakat pra modern berinti pada kesetiaan warga kepada raja bagaikan kesetiaan umat pada dewa, dalam pengertian ini raja adalah dewa (raja dewa). Manifestasi dari kesetiaan adalah nampak pada berbagai upacara-upacara sakral yang senantiasa terdapat dalam kehidupan orang Bali, dan kesetiaan yang paling tinggi nampak pada upacara ngaben.

2)          Relational Structuralism (Strukturisme Relasional)
Strukturisme relasional lebih menekankan analisis pada hubungan-hubungan sosial tanpa melupakan “mentalite. Contohnya adalah tulisan dari Charles Tilly, “From Mobilization to Revolution” (1978) yang mengungkap tentang Collective Action. Collective action adalah orang-orang yang bertindak bersama-sarna untuk memperjuangkan kepentingan bersama.
Tilly menyampaikan mobilization model yang terdiri atas empat komponen yaitu 1. Common Interest, 2. Organization, 3. Mobilization, dan 4. Collective Action. Kepentingan bersama diperjuangkan secara bersama-sama, dilakukan dalam suatu organisasi. Organisasi dijadikan alat untuk mobilization atau mengerahkan tenaga dan dana agar collective action dapat berhasil. Disebut strukturis yang relational karena mengandalkan hubungan-hubungan sosial, karena interest yang dimaksud menyangkut kepentingan banyak orang maka organisasi, mobilisasi dan .aksi kolektifnya menyangkut intemksi antara orangorang tertentu.




DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.
R. Z, Leirissa. 1999. Strukturisme Indonesia Dalam Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.

No comments:

Post a Comment