Bagi para sejarawan Indonesia,
pengetahuan tentang bahasa Belanda dan sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan.
Hampir semua dokumen resmi dan sebagian besar memoar pribadi serta gambaran
mengenai negeri ini, yang muncul selama lima puluh tahun terakhir, tertulis
dalam bahasa tersebut. Namun dilihat sepintas lalu, sebagian besar
sumber-sumber Belanda mungkin tampak tidak penting kaitannya dengan sejarah
Indonesia. Laporan-laporan resmi Belanda pasti melukiskan kehidupan serta
tindakan orang Belanda, dan bukan orang Indonesia. Laporan itu ditulis dengan
sudut pandang Eropa, bukan Asia.
Semua itu merupakan keberatan yang
meyakinkan, namun jawabannya dapat ditemukan. Pertama-tama, seluruh sumber
Belanda saja, yang bersifat naskah dalam tulisan tangan maupun cetakan harus
ditekankan artinya. Berjilid-jilid buku bersampul kulit dari berita-berita VOC
(Vereenigde Oost-indische Compagnie) yang dijajarkan dalam almari arsip negara
di Den Haag saja sudah berjumlah lebih dari dua belas ribu buah. Berita-berita
dari pengganti kompeni, yaitu pemerintah Hindia-Belanda sebagian dari antaranya
sudah berjilid, sebagian lainnya masih dalam berkas-berkasnya yang asli sepuluh
kali lebih banyak dari jumlah itu. Kedua, para pegawai Belanda di Indonesia
sejak masa yang paling awal, mempunyai banyak kepentingan dan tanggung jawab di
luar kegiatan-kegiatan perdagangan dan tata usaha sehari-hari. Pada abad ke-17,
ketika ketidaktahuan Eropa tentang Asia, para pegawai VOC harus menyiapkan
laporan-laporan yang teliti mengenai keadaan di Indonesia, bagi para tuannya di
Belanda dengan sedikit gambaran tentang keadaan Indonesia, sehingga keputusan
yang diambil di Belanda mempunyai dasar yang lebih kokoh daripada dugaan
semata.
Kemudian, ketika pemerintah Hindia
Belanda memerintah di seluruh Indonesia, para pegawainya diharuskan memberikan
laporan tentang seluruh negeri dan setiap rincian tentang hukum dan kebiasaan
setempat yang menarik perhatiannya. Sekali lagi, tujuannya adalah agar
kebijakan pemerintah dapat disesuaikan dengan tuntutan tampat dan waktu.
Umumnya tugas itu dilaksanakan secara lebih cakap oleh para pegawai Belanda di
timur daripada para pegawai kolonial mana pun.
A. PENULISAN
SEJARAH MASA KOLONIAL HINDIA BELANDA
Penulisan sejarah Hindia Belanda
yang tertua dapat disebut pada buku-buku harian kapal yang pada zaman keemasan
dicetak dalam jumlah yang besar dan banyak dibaca. Kini buku-buku tersebut
diterbitkan kembali dengan lengkap oleh Van Linschoten Vereeniging. Suatu kisah
umum yang pertama tentang kegiatan-kegiatan VOC pada masa permulaan terdapat
dalam buku Begin ende voortganck van de vereenigde Nederlandsche Geoctroyeerde
Oost-Indische Compagnie. Walaupun pelajar-pelajar ke Hindia (Oostinjevaarders)
tidak datang untuk belajar melainkan untuk berdagang, sebagian besar dari
mereka tidak bisa menghindarkan diri dari mencatat beberapa keterangan tentang
berbagai hal yang aneh yang mereka lihat dan dengar. Sangatlah menarik
perhatian betapa ekstensifnya surat-surat resmi kompeni dan penuh dengan
keterangan-keterangan etnografis dan historis. Tetapi sayang sekali dokumen ini
kebanyakan berada dalam arsip. Hanya beberapa dokumen saja yang dikeluarkan
dalam zaman Campagnie itu juga seperti buku Van Goen tentang pulau Jawa. Buku
yang pertama dalam jenisnya ini justru menceritakan pegawai kompeni yang
sejati, penuh perhatian pada masyarakat pribumi yang menakjubkan.
B.
SEJARAWAN MASA KOLONIAL
1.
Valentjin (1666-1727)
Suatu ikhtisar yang besar mengenai
segala sesuatu yang dikenal tentang kompeni dan kepulauan ini pada permulaan
abad ke 18 adalah “Oud en Nieuw Oost Indien” karangan de F. Valentjin.
Ensiklopedia Hindia Belanda dari masa Campagnie ini adalah suatu karya yang
sangat dalam 8 jilid buku, dan dihias dengan gambar-gambar yang tidak menarik.
Sebenarnya karya itu merupakan suatu kompilasi yang mengagumkan dari
pengumumaan, dokumen-dokumen pribadi dan fragmen-fragmen yang dicuri dari karya
orang lain yang dikumpulkan oleh sesorang yang mengenal Hindia-Belanda dengan
baik.
Valentijn kiranya sangat senang
dengan suasana Hindia, dia sendiri juga tidak lepas dari kesalahan. Dia menaruh
hati pada kebesaran Campagnie dan pertumbuhan gereja Hindia akan tetapi ia juga
mengkritik sejarah Hindia tentang orang-orang tertentu. Dalam karyanya tentang
sejarah Maluku ia berdiam bertahun-tahun untuk menulis karya tersebut. Dari
banyak peninggalan Jawa kuno yang tercatat dalam babad, interpretasi pertama
dan tertua adalah miliki Valentijn.
2. Van Dam
Karyanya lebih resmi dan kurang
pribadi sifatnya daripada karya Valentijn. Akan tetapi karya ini kurang berarti
karena Van Dam melihatnya melalui kacamata Campagnie dan Hindia yang hanya
dikenalnya dari surat-surat dan buku-buku. Van Dam menulis dari Belanda.
Anehnya pada masa itu buku Van Dam dirahasiakan. Baru sekarang buku itu
diterbitkan dalam Rijks Geschiedkundige Publicatien oleh Dr. F. W. Stapel.
Inilah titik puncak dalam penulisan sejarah Compagnie.
3. Thomas
Stamford Raffles (1781-1826)
Raffles melihat Hindia dari segi
yang lain sama sekali. Dalam buku karyanya yaitu History of Java, dia banyak
banyak menggunakan sumber-sumber pribumi yang dibuka oleh temannya Panembahan
dari Sumenep.
4. J.
Hageman (1817-1872)
Hageman merupakan seoarang pencari,
pengumpul, pemeriksa, dan seorang yang berpengetahuan luas yang sangat
bersemangat dan tidak kenal lelah dan juga karena kurangnya pendidikan, bekerja
sangat tidak kritis dan karena itu memberikan banyak kesempatan untuk dikritik.
Dia adalah orang Belanda pertamayang telah berusaha menulis sejarah nasional
pulau Jawa.
5. De
Jonge (1828-1879)
De Jonge sendiri sejak tahun 1854 bekerja pada
Arsip Kerajaan. Mulai tahun 1862 ia menerbitkan suatu seri dokumen dalam 10
jilid yang dilengkapi dengan pengantar-pengantar historis.
No comments:
Post a Comment