Thursday, July 21, 2016

Penulisan Sejarah Abad 18

Abad ke-18 dikenal sebagai abad Rasionalisme dan Sekularisme. Rasionalisme ditandai dengan adanya tuntutan manusia untuk berfikir menggunakan logika, kritis, skeptisis dan juga realistis., sedangkan sekularisme muncul karena adanya ketidak percayaan terhadap dogma agama yang selama abad pertengahan peran agama tidak memberi kontribusi nyata bagi kehidupan manusia, sehingga muncul pemikiran sekuler yang lebih menitikberatkan pada kehidupan duniawi. Abad ke-18 juga dikenal sebagai Masa Aufklarung yang berarti pencerahan. Kepercayaan akan rasio pada abad ke-18 sangat dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, misalnya Issac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae naturalis principia mathematica <Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan prinsip matematisnya> dan juga lahirnya ensiklopedi sebagai usaha untuk mengumpulkan segala pengetahuan secara sistematis.

Beberapa tokoh sejarawan abad ke 18
A. Jean Mabillon
            Jean Mabillon lahir pada tanggal 23 November 1623 dari keluarga petani sederhana di kota Rheim. Beliau hidup dalam keluarga yang taat sebagai pemeluk Kristen dari latar belakang kehidupan inilah yang mempengaruhi dirinya, sejak usianya remaja ia merindukan suatu kehidupan biara. Tahun 1653, saat berusia dua puluh satu tahun Jean Mabillon masuk biara St. Rheim dan kemudian dinobatkan sebagai pendeta pada tahun 1660, di kota Corbie Perancis. Sejak menjadi pendeta, pekerjaan dan pelayanannya berpindah dari biara St. Rheim ke biara-biara kecil lainnya.
            Jean Mabillon adalah seorang sejarawan. Karya – karyanya yang terkenal antara lain
1. On Diplomatic ditulis sebagai reaksi dan jawaban terhadap Daniel Papebroch, seorang sarjana Bollandist yang skeptis dalam karya propylaeum yang menyimpulkan bahwa piagam – piagam dari abad Merovinginan yang diselamatkan dan disimpan dalam biara – biara Perancis adalah palsu, selain itu Papebroch meragukan keauntentikan piagam – piagam yang ditemukan di biara St. Denis. Mabillon berusaha menyakinkan Papebroch dengan memberikan metode – metode meyakinkan mereka dapat memastikan keauntentikan setiap dokumen kuno. Metode yang dimaksud adalah dengan jalan membandingkan gaya tulis, bentuk segel, tanda tangan, cap dan berbagai piagam lainnya. Dalam periode yang sama. Berdasarkan metode komparasi ini, Mabillon dapat mengklasifikasikan sumber. Ia membuang dan dan menghancurkan piagam – piagam yang terbukti palsu, sebagian masih dapat diterima karena mengandung kebenaran.         Dalam buku On Dicplomatic, Mabillon menggemukakan dan memperkenalkan kerja penulisan sejarah dengan menggunakan kritik sumber. Kritik sumber terhadap penulisan sejarah, khususnya kritik ekstern dalam rangka menentukan otentisitas sumber. Mabillon merupakan orang berjasa dalam memulai menggunakan metode kritis dalam sejarah. Pemikiran kritis ini merupakan cerminan situasi jaman abad ke-18 yang rasionalis dan kritis.
2. Supplement of on Dicplomatic menyatakan sebagai seorang ilmuwan modern dituntut untuk membuat konsesus pendapat para ahli yang berdasarkan pada penelitian empiris. Jean Mabillon menolak speptisisme yang pincang dan membantu speptisisme konstruktif dari David Hume, yang begitu saja menerima bukti – bukti yang tidak diuji kebenarannya.
            Jean Mabillon meninggal dunia pada tahun 1707 ditengah – tengah ambisinya untuk menyelesaikan Benedictne Annals dan akhirnya ia mampu menyelesaikan volume dari enam volume yang direncanakan. Dua volume lainnya diteruskan oleh teman – temannya.
B. Voltaire
            Voltaire adalah nama samaran untuk Francios Marie Arouet yang lahir pada tahun 1694. Ayahnya seorang ahli hukum Voltaire dikirim ke lembaga pendidikan Jesuit Louis Le Grand. Ayahnya berharap ia menjadi ahli hokum dan meningkat dari golongan borjuis ke kelas ningrat berjubah. Voltaire tidak tertarik sebagai ahli hukum, namun ia justru tertarik pada bidang sastra. Voltaire adalah seorang tokoh rasionalis, yang menulis essay sejarah yang menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Essay on the Manners and spirit of Nations, berbeda dengan umumnya uraian sejarah yang pernah ada. Ada dua perbedaan pokok yakni
1. Voltaire mengakui bahwa Eropa hanyalah merupakan bagian kecil dari dunia secara keseluruhan, karena itu ia menitikberatkan sebagian dari pengamatannya pada sejarah Asia.
2. Voltaire menganggap bahwa sejarah kebudayaan adalah pada umumnya jauh lebih penting daripada sejarah politik.
            Pandangan Voltaire merupakan usahanya untuk membentuk penganut faham progress yang ditentukan oleh manusia. Dengan demikian, Voltaire termasuk sejarawan yang berpandangan maju dan sekuler yang hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju proses sejarah manusia untuk mencapai masa depan yang gemilang.

            Buku The Age of Louis XIV, bukan mengisahkan tentang Louis XIV. namun mengisahkan semangat di zaman pencerahan dan situasi Eropa pada umumnya, baik dari segi pemikiran, politik dan ekonomi. Pada zaman ini dikatakan bahwa Perancis merupakan negara hebat dan paling maju dalam bidang kebudayaan.

No comments:

Post a Comment