Abad ke-18 dikenal sebagai abad Rasionalisme dan Sekularisme.
Rasionalisme ditandai dengan adanya tuntutan manusia untuk berfikir menggunakan
logika, kritis, skeptisis dan juga realistis., sedangkan sekularisme muncul
karena adanya ketidak percayaan terhadap dogma agama yang selama abad
pertengahan peran agama tidak memberi kontribusi nyata bagi kehidupan manusia,
sehingga muncul pemikiran sekuler yang lebih menitikberatkan pada kehidupan
duniawi. Abad ke-18 juga dikenal sebagai Masa
Aufklarung yang berarti pencerahan. Kepercayaan akan rasio pada abad ke-18
sangat dimajukan oleh perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, misalnya
Issac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae naturalis principia mathematica <Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan
prinsip matematisnya> dan juga lahirnya ensiklopedi sebagai usaha untuk
mengumpulkan segala pengetahuan secara sistematis.
Beberapa tokoh sejarawan abad ke 18
A. Jean Mabillon
Jean Mabillon lahir
pada tanggal 23 November 1623 dari keluarga petani sederhana di kota Rheim. Beliau hidup
dalam keluarga yang taat sebagai pemeluk Kristen dari latar belakang kehidupan
inilah yang mempengaruhi dirinya, sejak usianya remaja ia merindukan suatu
kehidupan biara. Tahun 1653, saat berusia dua puluh satu tahun Jean Mabillon
masuk biara St. Rheim dan kemudian dinobatkan sebagai pendeta pada tahun 1660,
di kota Corbie
Perancis. Sejak menjadi pendeta, pekerjaan dan pelayanannya berpindah dari
biara St. Rheim ke biara-biara kecil lainnya.
Jean Mabillon
adalah seorang sejarawan. Karya – karyanya yang terkenal antara lain
1. On Diplomatic ditulis
sebagai reaksi dan jawaban terhadap Daniel Papebroch, seorang sarjana
Bollandist yang skeptis dalam karya propylaeum yang menyimpulkan bahwa piagam –
piagam dari abad Merovinginan yang diselamatkan dan disimpan dalam biara –
biara Perancis adalah palsu, selain itu Papebroch meragukan keauntentikan piagam
– piagam yang ditemukan di biara St. Denis. Mabillon berusaha menyakinkan
Papebroch dengan memberikan metode – metode meyakinkan mereka dapat memastikan
keauntentikan setiap dokumen kuno. Metode yang dimaksud adalah dengan jalan
membandingkan gaya tulis, bentuk segel, tanda tangan, cap dan berbagai piagam
lainnya. Dalam periode yang sama. Berdasarkan metode komparasi ini, Mabillon
dapat mengklasifikasikan sumber. Ia membuang dan dan menghancurkan piagam –
piagam yang terbukti palsu, sebagian masih dapat diterima karena mengandung
kebenaran. Dalam buku On
Dicplomatic, Mabillon menggemukakan dan memperkenalkan kerja penulisan sejarah
dengan menggunakan kritik sumber. Kritik sumber terhadap penulisan sejarah,
khususnya kritik ekstern dalam rangka menentukan otentisitas sumber. Mabillon
merupakan orang berjasa dalam memulai menggunakan metode kritis dalam sejarah.
Pemikiran kritis ini merupakan cerminan situasi jaman abad ke-18 yang
rasionalis dan kritis.
2. Supplement of on
Dicplomatic menyatakan sebagai seorang ilmuwan modern dituntut untuk
membuat konsesus pendapat para ahli yang berdasarkan pada penelitian empiris.
Jean Mabillon menolak speptisisme yang pincang dan membantu speptisisme
konstruktif dari David Hume, yang begitu saja menerima bukti – bukti yang tidak
diuji kebenarannya.
Jean Mabillon
meninggal dunia pada tahun 1707 ditengah – tengah ambisinya untuk menyelesaikan
Benedictne Annals dan akhirnya ia mampu menyelesaikan volume dari enam volume
yang direncanakan. Dua volume lainnya diteruskan oleh teman – temannya.
B. Voltaire
Voltaire adalah
nama samaran untuk Francios Marie Arouet yang
lahir pada tahun 1694. Ayahnya seorang ahli hukum Voltaire dikirim ke lembaga
pendidikan Jesuit Louis Le Grand. Ayahnya berharap ia menjadi ahli hokum dan
meningkat dari golongan borjuis ke kelas ningrat berjubah. Voltaire tidak
tertarik sebagai ahli hukum, namun ia justru tertarik pada bidang sastra.
Voltaire adalah seorang tokoh rasionalis, yang menulis essay sejarah yang
menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio
sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Essay on the Manners and
spirit of Nations, berbeda dengan umumnya uraian sejarah yang pernah ada.
Ada dua perbedaan pokok yakni
1. Voltaire mengakui bahwa Eropa hanyalah merupakan bagian kecil
dari dunia secara keseluruhan, karena itu ia menitikberatkan sebagian dari
pengamatannya pada sejarah Asia.
2. Voltaire menganggap bahwa sejarah kebudayaan adalah pada umumnya
jauh lebih penting daripada sejarah politik.
Pandangan Voltaire
merupakan usahanya untuk membentuk penganut faham progress yang ditentukan oleh
manusia. Dengan demikian, Voltaire termasuk sejarawan yang berpandangan maju
dan sekuler yang hanya mengakui akal manusia yang dapat menuju proses sejarah
manusia untuk mencapai masa depan yang gemilang.
Buku The Age of Louis XIV, bukan mengisahkan
tentang Louis XIV. namun mengisahkan semangat di zaman pencerahan dan situasi
Eropa pada umumnya, baik dari segi pemikiran, politik dan ekonomi. Pada zaman
ini dikatakan bahwa Perancis merupakan negara hebat dan paling maju dalam
bidang kebudayaan.
No comments:
Post a Comment