Penjualan surat aflat dengan salah
seorang penjajanya yang berbakat telah melahirkan 95 dalil yang berusaha
membenahi berbagai penyelewengan gereja selama ini. Sayangnya himbauan ini
ditanggapi secara negatif hingga segalanya sulit diselesaikan sebagaimana
mestinya.
A.
Surat Jaminan.
Selain penjualan surat aflat, cukup banyak pula dikuras harta
kekayaan penduduk setempat lewat berbagai pungutan gereja. Secara berkala,
harta yang telah ditimbun gereja, kelak sebagian besar diangkut serta
dipersembahkan ke Roma. Semua ini cukup memprihatinkan Sebagian para penguasa
dunia. Mereka menyaksikan adanya jurang kehidupan yang cukup rawan, dan
mencemaskan, antara gereja yang berlimpah harta dengan rakyat kebanyakan yang
umumnya papa.
Umumnya masyarakat setempat relatif
menjadi miskin dan menderita, sementara gereja dan biara setempat umumnya
makmur hidupnya. Tambah makmur lagi adalah gereja dan biara di Roma, terutama
sekali istana para kardinal, dan puncaknya adalah istana paus. Lebih-Iebih lagi
bila gereja mempunyai program yang tertentu, seperti Paus Leo X yang berharap
segera dapat turut menyelesaikan pembangunan kembali gereja St. Peter yang
telah dirintis pendahulunya. Wajarlah bila ada sebagian penguasa duniawi
berusaha mencegah mengalirnya dana ke Roma, seperti yang dilakukan Frederick . Dia melarang
penjualan surat aflat, setelah melihat betapa
berlimpahnya kekayaan gereja di Wittenberg ,
disebabkan gereja aktif dalam penjualan surat
aflat.
Sekalipun demikian penjualan surat aflat tetap berjalan lancar di daerah sekitar atau
dekat Wittenberg .
Apalagi ada semacam persetujuan rahasia agar separuh hasil penjualan surat aflat, harus diberikan Albert, archbishop of Mainz yang tengah dililit
hutang, akibat cepatnya promosi jabatan gereja yang diperolehnya. Dia terlibat
banyak hutang dengan Bank Fugger di Augsburg. Tambahan lagi dia juga
membutuhkan dana agar dapat segera memperoleh promosi berikutnya.
B.
95 Pasal.
Luther lama sudah jenuh dengan aneka
penyelewengan yang ada, lebih-Iebih dalam penjualan surat aflat. Surat aflat bukan lagi untuk berbagai
kepentingan spiritual gereja, tapi lebih banyak ditekankan pada masalah
duniawi. Semula surat
aflat sebagai penebus hukuman yang dikenakan gereja untuk kehidupan di dunia. Kemudian
surat aflat
bisa berlaku sebagai penebus hukuman di neraka kelak, yang dikenakan Tuhan bagi
mereka yang selama hidupnya berlumur dosa akibat berbagai perbuatan yang serba
tercela. Bukankah paus telah demikian sangat berkuasa, sampai berani mengambil
wewenang Tuhan dalam masalah denda untuk dosa di seberang makam, di akhirat.
Kejenuhan inilah yang mendorong
Luther menulis 95 dalilnya berkaitan dengan praktek penjualan surat aflat yang
cukup rawan mi. Pada 31 Oktober 1517[2],
di pintu gereja All Saints, dia menempelkan 95 dalilnya tersebut Luther tidak
lupa pula mengirimkan tembusan pada Albert, serta pada para bishop bawahannya.
Selanjutnya dalil ini dicetak, hingga tersebar secara lebih meluas. Nampaknya
yang banyak berperan dalam penyebaran ini adalah the Brethen of the Common
Life.
C.
Hanya Dikirimkan.
D.
Rangkuman Isi.
Dalam 95 dalil tersebut, Luther
menekankan pada tiga masalah pokok. Pertama, berkaitan dengan
penyelewengan-penyelewengan dalam bidang keuangan. Seandainya paus mafhum akan
papanya orang Jerman, paus akan merelakan St. Peter runtuh dari pada dibangun
di atas kesengsaraan dan cucuran keringat bahkan tetesan darah gembalaannya.
Kedua, erat dengan penyelewengan
dalam bidang doktrin. Paus tidak mempunyai wewenang berkaitan dengan penebusan
siksa di akhirat. Seandainya paus mempunyai wewenang sudah merupakan kewajibannya
untuk mengosongkan isi neraka dan para penghuninya dengan tanpa bayaran apapun.
Ketiga, berkaitan dengan
penyelewengan dalam bidang agama. Gereja yang seharusnya mementingkan kekayaan
rohani, justru mengabaikannya. Lebih dari itu gereja telah terlalu basah
bergelimang dengan kekayaan duniawi.
Sebagai archbishop, Albert, segera
mengirimkan dalil ini ke Roma, pada Desember 1517, serta meminta agar Luther
dapat menahan diri dan memperingatkan agar para penjual tidak terlalu
berlebih-lebihan. Semula kasus ini dianggap sekedar sengketa antara ordo
Dominican dan Augustinian. Wajarlah bile Leo X yang demikian sibuk dengan
berbagai tugas yang mungkin dianggap lebih penting, tidak segera menanggapinya.
Kontra dalil nampaknya telah dipersiapkan Konrad Wimpina, dan nampak berhasil
dipertahankan Tetzel di hadapan para peserta sidang kaum Dominican pada akhir
Januari 1518 di Erfurt. Pada bulan Maret, kontra dalil telah sampai di Wittenberg dan segera
secara demonstratif dibakar para mahasiswa.
E.
Penyelesaian Mentah.
Nampaknya Paus Leo X ingin
menyelesaikan secara kekeluargaan, dan menginstruksikan agar Gabriel della
Volta, jendral vicar Augustinian diminta menyelesaikan masalah ini sesuai
dengan prosedur yang ada. Staupitz sebagai atasan langsung Luther dimintai
mempertanggung jawabkannya. Sementara itu Luther telah menyiapkan elaborasi dan
95 dalil dalam bahasa Latin dan baru bisa dikemukakan pada musim gugur 1518.
Sementara itu dalam sidang Augustinian Jerman yang berlangsung di Heidelger
pada April 1518, Luther telah dibebaskan dan tugasnya sebagai distrik vicar,
sekalipun dia masih memperoleh dukungan yang cukup luas. Luther memperoleh
dukungan dari dua orang muda yang cukup berbakat, Martin, seorang dominican,
dan Theodore Bibliander. Keadaan makin sulit dikendalikan setelah Johann Eck
(1486-1543), seorang cendekiawan Ingolstadt ,
terlibat.
F.
Luther dan Cajetan.
Sementara itu Kardinal Cajetan (1528-1534)
telah diutus Leo X agar mewawancarai Luther di Ausburg sebelum dihadapkan ke
Roma. Dengan lindungan Frederick ,
terjadilah dialog antara Cajetan dengan Luther. Tidak saja dialog mengenai surat aflat, tapi juga
telaah topik-topik lainnya. Diantaranya telaah mengenai kepercayaan dan hak
sakramen. Sementara tersebar berita, bahwa Luther akan diseret ke Roma dengan
dirantai atas kecerobohannya.
G.
H. Luther, Frederick , dan Eck.
Luther segera melarikan diri serta
mohon pada Frederick
agar memperoleh perlindungan. Frederick
agak terjepit dengan adanya desakan dari kolega Luther, bahwa nasib universitas
Wittenburg bahkan reputasinya juga tergantung pada nasib Luther. Akibatnya
Luther memperoleh perlindungan sebagaimana mestinya. Kemudian diadakanlah
perdebatan antara Johann Eck dengan Luther di Leipzig yang memperoleh sambutan
hangat dari kedua belah pihak terutama dari rekan-rekan Luther dari Universitas
Wittenberg. Luther dapat dipojokkan ketika mencoba membela apa yang telah
dilakukan Jan Hus, karena umumnya orang Jerman tidak menyukai orang-orang Bohemia .
Dalam titik terendah pasang surut yang dialaminya, Luther menyadari kesalahannya
serta segera memperbaikinya.
No comments:
Post a Comment