Monday, July 18, 2016

Martin Luther dan Awal Reformasi Gereja

                Penjualan surat aflat dengan salah seorang penjajanya yang berbakat telah melahirkan 95 dalil yang berusaha membenahi berbagai penyelewengan gereja selama ini. Sayangnya himbauan ini ditanggapi secara negatif hingga segalanya sulit diselesaikan sebagaimana mestinya.
A.        Surat Jaminan.
Selain penjualan surat aflat, cukup banyak pula dikuras harta kekayaan penduduk setempat lewat berbagai pungutan gereja. Secara berkala, harta yang telah ditimbun gereja, kelak sebagian besar diangkut serta dipersembahkan ke Roma. Semua ini cukup memprihatinkan Sebagian para penguasa dunia. Mereka menyaksikan adanya jurang kehidupan yang cukup rawan, dan mencemaskan, antara gereja yang berlimpah harta dengan rakyat kebanyakan yang umumnya papa.
Umumnya masyarakat setempat relatif menjadi miskin dan menderita, sementara gereja dan biara setempat umumnya makmur hidupnya. Tambah makmur lagi adalah gereja dan biara di Roma, terutama sekali istana para kardinal, dan puncaknya adalah istana paus. Lebih-Iebih lagi bila gereja mempunyai program yang tertentu, seperti Paus Leo X yang berharap segera dapat turut menyelesaikan pembangunan kembali gereja St. Peter yang telah dirintis pendahulunya. Wajarlah bila ada sebagian penguasa duniawi berusaha mencegah mengalirnya dana ke Roma, seperti yang dilakukan Frederick. Dia melarang penjualan surat aflat, setelah melihat betapa berlimpahnya kekayaan gereja di Wittenberg, disebabkan gereja aktif dalam penjualan surat aflat.
Sekalipun demikian penjualan surat aflat tetap berjalan lancar di daerah sekitar atau dekat Wittenberg. Apalagi ada semacam persetujuan rahasia agar separuh hasil penjualan surat aflat, harus diberikan Albert, archbishop of Mainz yang tengah dililit hutang, akibat cepatnya promosi jabatan gereja yang diperolehnya. Dia terlibat banyak hutang dengan Bank Fugger di Augsburg. Tambahan lagi dia juga membutuhkan dana agar dapat segera memperoleh promosi berikutnya.
B.         95 Pasal.
Luther lama sudah jenuh dengan aneka penyelewengan yang ada, lebih-Iebih dalam penjualan surat aflat. Surat aflat bukan lagi untuk berbagai kepentingan spiritual gereja, tapi lebih banyak ditekankan pada masalah duniawi. Semula surat aflat sebagai penebus hukuman yang dikenakan gereja untuk kehidupan di dunia. Kemudian surat aflat bisa berlaku sebagai penebus hukuman di neraka kelak, yang dikenakan Tuhan bagi mereka yang selama hidupnya berlumur dosa akibat berbagai perbuatan yang serba tercela. Bukankah paus telah demikian sangat berkuasa, sampai berani mengambil wewenang Tuhan dalam masalah denda untuk dosa di seberang makam, di akhirat.
Kejenuhan inilah yang mendorong Luther menulis 95 dalilnya berkaitan dengan praktek penjualan surat aflat yang cukup rawan mi. Pada 31 Oktober 1517[2], di pintu gereja All Saints, dia menempelkan 95 dalilnya tersebut Luther tidak lupa pula mengirimkan tembusan pada Albert, serta pada para bishop bawahannya. Selanjutnya dalil ini dicetak, hingga tersebar secara lebih meluas. Nampaknya yang banyak berperan dalam penyebaran ini adalah the Brethen of the Common Life.
C.         Hanya Dikirimkan.
Ada pendapat beberapa cendekiawan bahwa Luther hanya mengirimkan 95 dalilnya kepada para bishop serta para rekannya yang terpelajar. Luther ingin menyajikan 95 dalil hanya di. kalangan yang cukup terbatas, di kalangan para bishop serta mereka yang terpelajar. Bila diinginkan agar bisa dibaca rakyat awam, tentunya Luther menulis dalam bahasa lokal, atau tepatnya bahasa nasional Jerman. Hanya saja mungkin salah satu dalil yang dikirimkan ini sampai di tangan seorang yang tidak berhak dan kemudian mencetaknya serta menyebarkan di kalangan yang lebih luas. Bisa jadi pula tulisan tersebut diterjemahkan dalam bahasa setempat, sehingga memudahkan semua pihak untuk segera bisa memahami isinya.
D.        Rangkuman Isi.
Dalam 95 dalil tersebut, Luther menekankan pada tiga masalah pokok. Pertama, berkaitan dengan penyelewengan-penyelewengan dalam bidang keuangan. Seandainya paus mafhum akan papanya orang Jerman, paus akan merelakan St. Peter runtuh dari pada dibangun di atas kesengsaraan dan cucuran keringat bahkan tetesan darah gembalaannya.
Kedua, erat dengan penyelewengan dalam bidang doktrin. Paus tidak mempunyai wewenang berkaitan dengan penebusan siksa di akhirat. Seandainya paus mempunyai wewenang sudah merupakan kewajibannya untuk mengosongkan isi neraka dan para penghuninya dengan tanpa bayaran apapun.
Ketiga, berkaitan dengan penyelewengan dalam bidang agama. Gereja yang seharusnya mementingkan kekayaan rohani, justru mengabaikannya. Lebih dari itu gereja telah terlalu basah bergelimang dengan kekayaan duniawi.
Sebagai archbishop, Albert, segera mengirimkan dalil ini ke Roma, pada Desember 1517, serta meminta agar Luther dapat menahan diri dan memperingatkan agar para penjual tidak terlalu berlebih-lebihan. Semula kasus ini dianggap sekedar sengketa antara ordo Dominican dan Augustinian. Wajarlah bile Leo X yang demikian sibuk dengan berbagai tugas yang mungkin dianggap lebih penting, tidak segera menanggapinya. Kontra dalil nampaknya telah dipersiapkan Konrad Wimpina, dan nampak berhasil dipertahankan Tetzel di hadapan para peserta sidang kaum Dominican pada akhir Januari 1518 di Erfurt. Pada bulan Maret, kontra dalil telah sampai di Wittenberg dan segera secara demonstratif dibakar para mahasiswa.
E.         Penyelesaian Mentah.
Nampaknya Paus Leo X ingin menyelesaikan secara kekeluargaan, dan menginstruksikan agar Gabriel della Volta, jendral vicar Augustinian diminta menyelesaikan masalah ini sesuai dengan prosedur yang ada. Staupitz sebagai atasan langsung Luther dimintai mempertanggung jawabkannya. Sementara itu Luther telah menyiapkan elaborasi dan 95 dalil dalam bahasa Latin dan baru bisa dikemukakan pada musim gugur 1518. Sementara itu dalam sidang Augustinian Jerman yang berlangsung di Heidelger pada April 1518, Luther telah dibebaskan dan tugasnya sebagai distrik vicar, sekalipun dia masih memperoleh dukungan yang cukup luas. Luther memperoleh dukungan dari dua orang muda yang cukup berbakat, Martin, seorang dominican, dan Theodore Bibliander. Keadaan makin sulit dikendalikan setelah Johann Eck (1486-1543), seorang cendekiawan Ingolstadt, terlibat.
F.          Luther dan Cajetan.
Sementara itu Kardinal Cajetan (1528-1534) telah diutus Leo X agar mewawancarai Luther di Ausburg sebelum dihadapkan ke Roma. Dengan lindungan Frederick, terjadilah dialog antara Cajetan dengan Luther. Tidak saja dialog mengenai surat aflat, tapi juga telaah topik-topik lainnya. Diantaranya telaah mengenai kepercayaan dan hak sakramen. Sementara tersebar berita, bahwa Luther akan diseret ke Roma dengan dirantai atas kecerobohannya.
G.        H. Luther, Frederick, dan Eck.
Luther segera melarikan diri serta mohon pada Frederick agar memperoleh perlindungan. Frederick agak terjepit dengan adanya desakan dari kolega Luther, bahwa nasib universitas Wittenburg bahkan reputasinya juga tergantung pada nasib Luther. Akibatnya Luther memperoleh perlindungan sebagaimana mestinya. Kemudian diadakanlah perdebatan antara Johann Eck dengan Luther di Leipzig yang memperoleh sambutan hangat dari kedua belah pihak terutama dari rekan-rekan Luther dari Universitas Wittenberg. Luther dapat dipojokkan ketika mencoba membela apa yang telah dilakukan Jan Hus, karena umumnya orang Jerman tidak menyukai orang-orang Bohemia. Dalam titik terendah pasang surut yang dialaminya, Luther menyadari kesalahannya serta segera memperbaikinya.

No comments:

Post a Comment