Sunday, July 24, 2016

Kritik Ekstern

Pendahuluan

            Sejarah sebagai masa lampau manusia merupakan ‘lautan’ peristiwa yang secara logika tidak mungkin bisa direkonstruksi secara utuh oleh manusia masa kini. Sejarah sebagaimana di ceritakan, seperti kita baca dari buku-buku sejarah adalah ‘gambaran’ dari masa lampau manusia yang ditulis oleh ‘manusia masa kini’. Tepatnya rekonstruksi dari masa lampau manusia.


            Dalam pengertian demikian, metode sejarah adalah cara bagaimana merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah berarti seperangkat cara kerja dalam mengungkap dan merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

            Dalam bahasa M. Nasir (1983: 55-56), metode sejarah adalah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.

            Proses pengujian secara kritis berarti disetiap langkah pengungkapan, pengujian, interpretasi, dan penulisan memerlukan pemahaman yang tepat dan hati-hati. Berdasarkan kerangka berpikir demikian, sebelum memaparkan set langkah-langkah metode sejarah, berikut disajikan ‘rambu-rambu’ tentang ‘cara memahami’ sejarah secara terbatas. Hal tersebut dianggap penting mengingat, sejarah tidak mungkin diungkap secara utuh. Sejarah totalitas haruslah dipahami sebagai pantulan semangat sejarawan dibanding memang seharusnya dilakukan demikian.
           
            Historiografi (penulisan sejarah) merupakan rekonstruksi imajinatif masa lampau manusia berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Historiografi dalam arti luas merupakan sejarah penulisan sejarah yang berisi aktivitas manusia dan peradaban pada masa lampau yang didalamnya terdapat sesuatu yang berkesinambungan, kausalitas dan perubahan yang didalamnya terdapat teori dan metodologi yang isinya mempunyai kesatuan yang utuh


            Berdasarkan asas-asas dan prosedur dalam metodologi sejarah, maka tahap-tahap penelitian yang harus dilakukan untuk penulisan sejarah ialah:
  1. heuristik. Yaitu melakukan pelacakan dan pengumpulan sumber-sumber sejarah.
  2. kritik sumber. Yaitu mengkritisi otentisitas sumber, saksi mata yang kompeten dan dapat dipercaya.
  3. intepretasi atau penafsiran. Yaitu menelaah smua sumber-sumber dan hasil dari analisis kita.
  4. penulisan sejarah atau historiografi. Yaitu penyusunan secara sistematis, bulat dan jelas dalam bentuk tulisan sejarah.

Kritik sumber

            Apakah sumber atau bahan yang akan dipergunakan untuk menulis sejarah itu betul "sejati". Dapatkah sumber itu dipercaya, tidak sebagaimana mestinya. Untuk itulah dipergunakan kritik.

             Kritik sumber adalah suatu proses evaluasi yang ditarik dari data sejarah untuk menemukan bukti sejarah. Bukti sejarah ini merupakan data terpercaya yang dapat digunakan untuk penelitian sejarah. Sedangkan nilai kemanfaatan praktis dalam penelitian adalah untuk menguji menginterpretasikan suatu hipotesis.

             Dalam kritik sejarah, menyarankan untuk menemukan bukti sejarah yang dapat dipercaya, peneliti sejarah harus mengevaluasi sumber-sumber sejarah : kritis terhadap sumber-sumber sejarah. Misalnya ia harus bertanya, "apakah sumber-sumber sejarah itu cukup memiliki keaslian dan kredibilitas yang tinggi? bentuk pertanyaan seperti inilah yang disebut dengan kritik sejarah.

            "Meragukan" sumber dalam arti menguji untuk mencari kesahihannya sangat penting dalam metode sejarah. Kalau telah diuji dan diyakini kebenarannya, barulah dapat dijadikan "bahan" yang akan dipergunakan sebagai bahan penulisan. Seandainya sumber tidak diuji, dan ternyata palsu, "hasil" penelitian dalam penulisan akan "palsu" pula. Artinya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Disitulah arti penting kritik. Kritik dipilah dalam dua pilahan.



Kritik Ekstern

            Kritik ekstern disebut juga masalah otentitas, atau pengujian keotentikan sumber. Tujuannya agar tidak terperangkap (dokumen) palsu atau menyesatkan. (Nugroho, 1978: 38-39) membaginya :

a. Apakah memang benar sumber itu yang dikehendaki ?

b. Apakah sumber itu asli atau turunan ?

c. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah ?

            Pertanyaan pertama mempersoalkan otentik tidak atau sejati tidaknya sesuatu sumber. Pertanyaan kedua, mengenai asli tidaknya, pertanyaan ketiga, mengenai utuh tidaknya sumber-sumber.

            Kritik eksternal ditandai dengan "authenticity". kritik eksternal adalah suatu proses untuk mengevaluasi keaslian dokumen sejarah.  Mendefinisikan kritik eksternal sebagai cara untuk menetapkan otentitas data sejarah. Apakah peninggalan atau dokumen itu sebenarnya, bukan palsu, tiruan, dongeng, atau isapan jempol belaka? Oleh sebab itu, penelitian sejarah harus pandai membuat berbagai tes untuk mengkaji keaslian data sejarah.
 
            Kritik eksternal untuk mengevaluasi keaslian sumber sejarah. Kritik eksternal merupakan suatu usaha untuk mempertanyakan tentang sifat-sifat sumber historis. Apakah sumber itu benar-benar asli? Apakah tiruan yang orisinil? Siapa yang meniru atau membuat sumber? Dimana dan kapan meniru atau membuatnya? Dalam kondisi apa membuat atau meniru sumber itu? dan, beberapa faktor lain yang harus diperhatikan melalui pertanyaan untuk menguji keaslian sumber sejarah.
             Soedjatmoko mengomentari bahwa kritik eksternal itu ditinjau dari segi luarnya saja, apakah betul-betul sumber asli atau tidak. Untuk menguji asli atau tidaknya, harus melalui proses yang kritis.

            Kesimpulannya kritik eksternal adalah suatu proses analisis untuk mengevaluasi atas menguji keaslian sumber sejarah proses analisis itu menguji keaslian harus secara kritis dengan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan atau tes yang dapat dipercaya.

            Kritik eksternal disebut juga masalah otentitas, atau pengujian keotentikan sumber. Tujuannya supaya tidak terperangkap dokumen palsu atau menyesatkan. Ujian bagi otentitas mutlak dibutuhkan untuk penulisan sejarah yang baik dan benar.

            Demikianlah gambaran umum dalam rangka uji otentitas. Sejalan dengan itu, jika sumber itu tidak terbentuk dokumen, prinsip pengujian tetap berlaku sama asal kita dapat menggunakan semua ilmu bantu sejarah untuk menguji keotentikan dokumen dan memahami "arti-arti" khusus. Berikut dibahas masalah-masalah dalam kritik eksternal.


Cara Menggunakan Kritik

Kritik eksternal

            Kritik eksternal berusaha untuk membuktikan keaslian sumber sejarah atau dokumen. Untuk itu, para ahli sejarah harus membuat pertanyaan baik melalui tes atau wawancara atau pengamatan langsung.

            Contoh pertanyaan tersebut diuraikan berikut. Nugroho Notosusanto membuat pertanyaan kritik: apakah dokumen atau peninggalan itu yang sebenarnya, dan bukan palsu, tiruan, atau dongeng isapan jempol saja. Umur dokumen atau penulisan dokumen harus ditetapkan. Hal itu harus melibatkan pengujian tanda tangan, tulisan tangan, naskah, bentuk huruf, ejaan, penggunaan bahasa, dokumentasi, pengetahuan-pengetahuan yang ada di jaman itu, dan konsistensinya dengan apa yang ada sekarang. Menetapkan umur dan bentuk dokumen juga melibatkan uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, perekaman, kain, batu, logam dan metal, atau kayu. Apakah unsur-unsur tersebut konsisten dengan fakta-fakta yang sudah diketahui mengenai seseorang, suatu pengetahuan dan teknologi yang ada pada jaman sekarang?


Kendala dan Cara Mengatasinya

Kritik Eksternal

            Untuk mendapatkan otentitas dokumen atau sumber sejarah sebagai bukti sejarah guna mendukung penelitian ada beberapa kendala yang mungkin muncul:

1. Peneliti yang kurang teliti dan belum dilatih dalam menentukan keaslian dokumen/sumber sejarah  

2. Beberapa sumber sejarah yang menunjukkan kepalsuan informasi dan peneliti cepat untuk mempercayainya  

3. Kondisi dokumen atau sumber sejarah  

4. Waktu, tempat, komposisi, dan bagian-bagian yang menghubungkan dengan ujud dokumen atau bukti sejarah tersebut

5. Kemungkinan sumber sejarah yang berubah-ubah  



Cara mengatasi kendala tersebut sebagai berikut :

1. Memberikan latihan yang intensif untuk para peneliti sejarah

2. memerlukan kesabaran dan ketelitian dan perlunya sikap "skeptis" terhadap dokumen atau sumber sejarah.

3. perlu mencari bahan rujuakan atau nara sumber sejarah.


Penutup

            Historiografi dikatakan puncak dalam rangkaian kerja ilmiah sejarawan dengan metode sejarah. Dikatakan demikian karena pada historiografi, inilah akan terlihat "baik buruknya" hasil kerja. Bagaimanapun bagusnya kerja dalam heuristik, kritik, penafsiran, tapi kalau pada historiografi "buruk" maka hasilnya akan tetap jelek. Karena itu jika karya sejarah dapat dimengeri dan mudah dipahami, maka dalam penulisan haruslah dengan bahasa yang "baik dan benar", logis, dan kalau perlu…"enak dibaca dan perlu".

            Bagi penulis  bagaimanapun bagusnya bahasa ilmiah kalau tidak dapat dimengerti oleh pembaca tetaplah tergolong "buruk". Yang dikehendaki, tulisan sejarah ilmiah dengan bahasa yang mudah dimengerti; enak dibaca dan perlu.

            Dalam kritik sejarah, menyarankan untuk menemukan bukti sejarah yang dapat dipercaya, peneliti sejarah harus mengevaluasi sumber-sumber sejarah : kritis terhadap sumber-sumber sejarah. Misalnya ia harus bertanya, "apakah sumber-sumber sejarah itu cukup memiliki keaslian dan kredibilitas yang tinggi? bentuk pertanyaan seperti inilah yang disebut dengan kritik sejarah.






Daftar Pustaka

ü  Gottschalk, Louis. Understanding History: A primer of historical method. New York:Alfred A. Knopf, Publisher,1967.
ü  Bloch, marc. The Historian's Craft. New York:Vintage books.1953
ü  Soedjatmoko et al. (eds), An Introduction to Indonesian Historiography. (Ithaca:Cornell University Press,1965)
ü  Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia:Suatu alternative(Jakarta: PT Gramedia,1987)
ü  Burke, peter(ed), A New Kind of History: From The Writing of Luciensfebvre (New York:Harper Torchbooks,1958)
ü  Nugroho Notosusanto, Problems in The Study and Teaching of National History in Indonesia. Journal of  Southeast Asian History, vol VI, no. 1,1965,hlmn 1- 47

No comments:

Post a Comment