Pendahuluan
Sejarah sebagai
masa lampau manusia merupakan ‘lautan’ peristiwa yang secara logika tidak
mungkin bisa direkonstruksi secara utuh oleh manusia masa kini. Sejarah
sebagaimana di ceritakan, seperti kita baca dari buku-buku sejarah adalah
‘gambaran’ dari masa lampau manusia yang ditulis oleh ‘manusia masa kini’.
Tepatnya rekonstruksi dari masa lampau manusia.
Dalam pengertian
demikian, metode sejarah adalah cara bagaimana merekonstruksi masa lampau.
Metode sejarah berarti seperangkat cara kerja dalam mengungkap dan
merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Dalam bahasa M.
Nasir (1983: 55-56), metode sejarah adalah penyelidikan yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang
secara teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta
interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
Proses pengujian
secara kritis berarti disetiap langkah pengungkapan, pengujian, interpretasi,
dan penulisan memerlukan pemahaman yang tepat dan hati-hati. Berdasarkan kerangka
berpikir demikian, sebelum memaparkan set langkah-langkah metode sejarah,
berikut disajikan ‘rambu-rambu’ tentang ‘cara memahami’ sejarah secara
terbatas. Hal tersebut dianggap penting mengingat, sejarah tidak mungkin
diungkap secara utuh. Sejarah totalitas haruslah dipahami sebagai pantulan
semangat sejarawan dibanding memang seharusnya dilakukan demikian.
Historiografi
(penulisan sejarah) merupakan rekonstruksi imajinatif masa lampau manusia
berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh melalui proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Historiografi dalam arti luas merupakan sejarah penulisan sejarah yang berisi
aktivitas manusia dan peradaban pada masa lampau yang didalamnya terdapat
sesuatu yang berkesinambungan, kausalitas dan perubahan yang didalamnya terdapat teori dan metodologi yang isinya
mempunyai kesatuan yang utuh
Berdasarkan
asas-asas dan prosedur dalam metodologi sejarah, maka tahap-tahap penelitian
yang harus dilakukan untuk penulisan
sejarah ialah:
- heuristik. Yaitu melakukan pelacakan dan pengumpulan sumber-sumber sejarah.
- kritik sumber. Yaitu mengkritisi otentisitas sumber, saksi mata yang kompeten dan dapat dipercaya.
- intepretasi atau penafsiran. Yaitu menelaah smua sumber-sumber dan hasil dari analisis kita.
- penulisan sejarah atau historiografi. Yaitu penyusunan secara sistematis, bulat dan jelas dalam bentuk tulisan sejarah.
Kritik sumber
Apakah sumber atau
bahan yang akan dipergunakan untuk menulis sejarah itu betul "sejati".
Dapatkah sumber itu dipercaya, tidak sebagaimana mestinya. Untuk itulah
dipergunakan kritik.
Kritik sumber adalah suatu proses evaluasi
yang ditarik dari data sejarah untuk menemukan bukti sejarah. Bukti sejarah ini
merupakan data terpercaya yang dapat digunakan untuk penelitian sejarah.
Sedangkan nilai kemanfaatan praktis dalam penelitian adalah untuk menguji
menginterpretasikan suatu hipotesis.
Dalam kritik sejarah, menyarankan untuk
menemukan bukti sejarah yang dapat dipercaya, peneliti sejarah harus
mengevaluasi sumber-sumber sejarah : kritis terhadap sumber-sumber sejarah.
Misalnya ia harus bertanya, "apakah sumber-sumber sejarah itu cukup
memiliki keaslian dan kredibilitas yang tinggi? bentuk pertanyaan seperti
inilah yang disebut dengan kritik sejarah.
"Meragukan"
sumber dalam arti menguji untuk mencari kesahihannya sangat penting dalam
metode sejarah. Kalau telah diuji dan diyakini kebenarannya, barulah dapat
dijadikan "bahan" yang akan dipergunakan sebagai bahan penulisan.
Seandainya sumber tidak diuji, dan ternyata palsu, "hasil" penelitian
dalam penulisan akan "palsu" pula. Artinya tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Disitulah arti penting kritik. Kritik
dipilah dalam dua pilahan.
Kritik Ekstern
Kritik ekstern
disebut juga masalah otentitas, atau pengujian keotentikan sumber. Tujuannya
agar tidak terperangkap (dokumen) palsu atau menyesatkan. (Nugroho, 1978:
38-39) membaginya :
a. Apakah memang benar sumber itu yang dikehendaki ?
b. Apakah sumber itu asli atau turunan ?
c. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah ?
Pertanyaan pertama
mempersoalkan otentik tidak atau sejati tidaknya sesuatu sumber. Pertanyaan
kedua, mengenai asli tidaknya, pertanyaan ketiga, mengenai utuh tidaknya
sumber-sumber.
Kritik eksternal
ditandai dengan "authenticity". kritik eksternal adalah suatu proses
untuk mengevaluasi keaslian dokumen sejarah.
Mendefinisikan kritik eksternal sebagai
cara untuk menetapkan otentitas data sejarah. Apakah peninggalan atau dokumen
itu sebenarnya, bukan palsu, tiruan, dongeng, atau isapan jempol belaka? Oleh
sebab itu, penelitian sejarah harus pandai membuat berbagai tes untuk mengkaji
keaslian data sejarah.
Kritik eksternal
untuk mengevaluasi keaslian sumber sejarah. Kritik eksternal merupakan suatu
usaha untuk mempertanyakan tentang sifat-sifat sumber historis. Apakah sumber
itu benar-benar asli? Apakah tiruan yang orisinil? Siapa yang meniru atau
membuat sumber? Dimana dan kapan meniru atau membuatnya? Dalam kondisi apa
membuat atau meniru sumber itu? dan, beberapa faktor lain yang harus
diperhatikan melalui pertanyaan untuk menguji keaslian sumber sejarah.
Soedjatmoko mengomentari bahwa kritik
eksternal itu ditinjau dari segi luarnya saja, apakah betul-betul sumber asli
atau tidak. Untuk menguji asli atau tidaknya, harus melalui proses yang kritis.
Kesimpulannya
kritik eksternal adalah suatu proses analisis untuk mengevaluasi atas menguji
keaslian sumber sejarah proses analisis itu menguji keaslian harus secara
kritis dengan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan atau tes yang dapat
dipercaya.
Kritik eksternal
disebut juga masalah otentitas, atau pengujian keotentikan sumber.
Tujuannya supaya tidak terperangkap dokumen palsu atau menyesatkan. Ujian bagi
otentitas mutlak dibutuhkan untuk penulisan sejarah yang baik dan benar.
Demikianlah
gambaran umum dalam rangka uji otentitas. Sejalan dengan itu, jika sumber itu
tidak terbentuk dokumen, prinsip pengujian tetap berlaku sama asal kita dapat
menggunakan semua ilmu bantu sejarah untuk menguji keotentikan dokumen dan
memahami "arti-arti" khusus. Berikut dibahas masalah-masalah dalam
kritik eksternal.
Cara Menggunakan Kritik
Kritik eksternal
Kritik eksternal
berusaha untuk membuktikan keaslian sumber sejarah atau dokumen. Untuk itu, para
ahli sejarah harus membuat pertanyaan baik melalui tes atau wawancara atau
pengamatan langsung.
Contoh pertanyaan
tersebut diuraikan berikut. Nugroho Notosusanto membuat pertanyaan kritik:
apakah dokumen atau peninggalan itu yang sebenarnya, dan bukan palsu, tiruan,
atau dongeng isapan jempol saja.
Umur dokumen atau penulisan dokumen harus ditetapkan. Hal itu harus melibatkan
pengujian tanda tangan, tulisan tangan, naskah, bentuk huruf, ejaan, penggunaan
bahasa, dokumentasi, pengetahuan-pengetahuan yang ada di jaman itu, dan
konsistensinya dengan apa yang ada sekarang. Menetapkan umur dan bentuk dokumen
juga melibatkan uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, perekaman, kain,
batu, logam dan metal, atau kayu. Apakah unsur-unsur tersebut konsisten dengan
fakta-fakta yang sudah diketahui mengenai seseorang, suatu pengetahuan dan
teknologi yang ada pada jaman sekarang?
Kendala dan Cara Mengatasinya
Kritik Eksternal
Untuk mendapatkan
otentitas dokumen atau sumber sejarah sebagai bukti sejarah guna mendukung
penelitian ada beberapa kendala yang mungkin muncul:
1. Peneliti yang
kurang teliti dan belum dilatih dalam menentukan keaslian dokumen/sumber
sejarah
2. Beberapa
sumber sejarah yang menunjukkan kepalsuan informasi dan peneliti cepat untuk mempercayainya
3. Kondisi
dokumen atau sumber sejarah
4. Waktu,
tempat, komposisi, dan bagian-bagian yang menghubungkan dengan ujud dokumen
atau bukti sejarah tersebut
5. Kemungkinan
sumber sejarah yang berubah-ubah
Cara mengatasi kendala tersebut sebagai berikut :
1. Memberikan
latihan yang intensif untuk para peneliti sejarah
2. memerlukan
kesabaran dan ketelitian dan perlunya sikap "skeptis" terhadap
dokumen atau sumber sejarah.
3. perlu mencari
bahan rujuakan atau nara
sumber sejarah.
Penutup
Historiografi
dikatakan puncak dalam rangkaian kerja ilmiah sejarawan dengan metode sejarah.
Dikatakan demikian karena pada historiografi, inilah akan terlihat "baik
buruknya" hasil kerja. Bagaimanapun bagusnya kerja dalam heuristik,
kritik, penafsiran, tapi kalau pada historiografi "buruk" maka
hasilnya akan tetap jelek. Karena itu jika karya sejarah dapat dimengeri dan
mudah dipahami, maka dalam penulisan haruslah dengan bahasa yang "baik dan
benar", logis, dan kalau perlu…"enak dibaca dan perlu".
Bagi penulis bagaimanapun bagusnya bahasa ilmiah kalau
tidak dapat dimengerti oleh pembaca tetaplah tergolong "buruk". Yang
dikehendaki, tulisan sejarah ilmiah dengan bahasa yang mudah dimengerti; enak
dibaca dan perlu.
Dalam kritik
sejarah, menyarankan untuk menemukan bukti sejarah yang dapat dipercaya,
peneliti sejarah harus mengevaluasi sumber-sumber sejarah : kritis terhadap
sumber-sumber sejarah. Misalnya ia harus bertanya, "apakah sumber-sumber
sejarah itu cukup memiliki keaslian dan kredibilitas yang tinggi? bentuk
pertanyaan seperti inilah yang disebut dengan kritik sejarah.
Daftar Pustaka
ü Gottschalk, Louis. Understanding
History: A primer of historical method. New York :Alfred A. Knopf, Publisher,1967.
ü Bloch, marc. The Historian's Craft. New York :Vintage books.1953
ü Soedjatmoko et al. (eds), An
Introduction to Indonesian Historiography. (Ithaca:Cornell University
Press,1965)
ü Sartono Kartodirdjo, Pemikiran
dan Perkembangan Historiografi Indonesia :Suatu
alternative(Jakarta: PT Gramedia,1987)
ü Burke, peter(ed), A New Kind
of History: From The Writing of Luciensfebvre
(New York:Harper Torchbooks,1958)
ü Nugroho Notosusanto, Problems
in The Study and Teaching of National History in Indonesia .
Journal of Southeast Asian History, vol
VI, no. 1,1965,hlmn 1- 47
No comments:
Post a Comment