Mengkaji tentang kausalitas
dalam sejarah, pada hakekatnya kita akan mengkaji dan mengupas sebab akibat
dari suatu peristiwa sejarah. Apabila pengungkapan sejarah terutama bersifat
deskriptif, maka fakta-fakta yang disebut terutama bersangkutan dengan apa, siapa,
kapan, dimana dan bagaimana. Dengan mengetahui data deskriptif itu sebagaian
besar dari keingintahuan kita terhadap peristiwa sejarah tertentu terpenuhi.
Dalam jawaban terhadap bagaimana peristiwa itu, pada umumnya telah mencakup
beberapa keterangan tentang sebab-sebabnya, meskipun tidak dinyatakan secara
eksplisit akan tetapi hanya secara implisit saja,
maka penulis sering merasa
puas dengan uraian mengenai bagaimana dan apabila pertanyaan diatas masih
disusul oleh pertanyaan mengapa, maka timbul tuntutan secara eksplisit
memberikan uraian tentang sebab-sebab atau kausalitas peristiwa itu. Biasanya
suatu narasi penuh dengan data deskriptif dan memenuhi keingintahuan kita untuk
tahu tetapi kesemuanya itu bagi pendengar yang cermat masih belum memuaskan karena
selalu timbul pertanyaan bagaimana seterusnya? (what next). Kepuasaan itu baru
diperoleh setelah menerima penjelasan mengenai sebab-akibatnya atau baru
diketahui kausalitas peristiwa.
Teori-teori kausalitas yang banyak digunakan
dimasa lalu ialah teori-teori yang deterministik sifatnya artinya kausalitas
suatu peristiwa, keadaan, atau perkembangan dikembalikan kepada suatu faktor
saja. Faktor itu dipandang sebagai faktor tunggal atau satu-satunya faktor yang
menjadi faktor kausal. Disini kami akan mencooba sedikit memaparkan contoh
kausalitas yang ada dalam kajian sejarah dan menitikberatkan pada kondisi
geografis saja. Walaupun pada hakekatya kausalitas dalam sejarah tidak hanya
dari aspek geografis saja akan tetapi banyak faktor lain misalnya faktor
ekonomi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak abad ke-19 kita
mengenal determinisme geografis, yaitu bahwa faktor lokasi yang menentukan
situasi atau perkembangan suatu bangsa. Pada umumnya bangsa-bangsa yang berada
didaerah dingin peradabannya maju karena kondisi ekologisnya menuntut jiwa yang
mampu menyesuaikan diri dan mengatasi kondisi alamiah yang berat. Sebaliknya
masyarakat yang tinggal didaerah panas (tropika) alam sangat memudahkan hidup
sehinnga tdak menimbulkan banyak tantangan berat. Determinisme rasial lebih
menekankan pada faktor biologis sebagai penentu kemajuan suatu bangsa.
Kausalitas dalam sejarah
dibedakan menjadi dua, yaitu mutikausalitas dan monokausalitas. Berbicara
tentang multikausalitas, sebenarnya relevansinya lebih erat terhadap gejala,
situasi, permasalahan atas objek maupun yang kompleks. Sudah pasti ada hubungan
langsung antara sebab dan akibat, seperti antara kenaikan suhu dan pemuaian
benda. Hubungan antara tindakan seorang actor dengan yang lain pada umumnya
tidak dapat lagi dianggap sederhana apabila mulai menyangkut motivasi, sikap,
stuktur kepribadian latar belakang kondisi sosial dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk monokausalitas sendiri lebih menitikberatkan pada suatu faktor
sebagai sebab akibat dari peristiwa tertentu.
Terlepas dari segala macam
modifikasi itu tetap kembali menggunakan “sebab” dalam arti popular seperti
Carr, dalam sebab-sebab dari berbagai peristiwa sejarah. Para sejarawan akan
menempuh prosedur-prosedur berikut :
1.
Mencari
sejumlah sebab yang relevan untuk peristiwa yang sama. Sejarawan menghadapi apa
yang disebut oleh Carr “kemajukan sebab” (multiplicity of causes). (Carr, 1985
: 89). Seperti contoh peristiwa Revolusi Industri, Perang Dunia dan sebagainya
dijelasan dengan berbagai macam sebab yang berhimpun dan berpusar pada satu
peristiwa sejarah. Disini semua sebab mendapat kedudukan yang sama pentingnya.
Ini disebut multi-kausal, sebab majemuk.
2.
Dari
sejumlah besar sebab untuk peristiwa yang sama, sejarawan akan memperkecilnya
secara sistematis untuk kemudian menyusunnya secara hirarkis menurut urutan
yang paling dominan sampai pada sekadar penyerta saja. Tentu dalam penyusunan
ini sejarawan tidak melakukan secara acak melainkan menggunakan kategori atau
criteria tertentu yangdapat dipertaggungjawabkan secara ilmiah. Dengan
penyusunan ini sejarawan sampai pada analisis terakhiryaitu mendapatkan sebab
utama dari semua sebab. Istilah yang digunakan ialah monokausal atau
prima-kausal (sebab tunggal).
No comments:
Post a Comment