Wednesday, December 7, 2016

Exsplanasi Kausal (sebab-akibat)

Mengkaji tentang kausalitas dalam sejarah, pada hakekatnya kita akan mengkaji dan mengupas sebab akibat dari suatu peristiwa sejarah. Apabila pengungkapan sejarah terutama bersifat deskriptif, maka fakta-fakta yang disebut terutama bersangkutan dengan apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana. Dengan mengetahui data deskriptif itu sebagaian besar dari keingintahuan kita terhadap peristiwa sejarah tertentu terpenuhi. Dalam jawaban terhadap bagaimana peristiwa itu, pada umumnya telah mencakup beberapa keterangan tentang sebab-sebabnya, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit akan tetapi hanya secara implisit saja,
maka penulis sering merasa puas dengan uraian mengenai bagaimana dan apabila pertanyaan diatas masih disusul oleh pertanyaan mengapa, maka timbul tuntutan secara eksplisit memberikan uraian tentang sebab-sebab atau kausalitas peristiwa itu. Biasanya suatu narasi penuh dengan data deskriptif dan memenuhi keingintahuan kita untuk tahu tetapi kesemuanya itu bagi pendengar yang cermat masih belum memuaskan karena selalu timbul pertanyaan bagaimana seterusnya? (what next). Kepuasaan itu baru diperoleh setelah menerima penjelasan mengenai sebab-akibatnya atau baru diketahui kausalitas peristiwa.
 Teori-teori kausalitas yang banyak digunakan dimasa lalu ialah teori-teori yang deterministik sifatnya artinya kausalitas suatu peristiwa, keadaan, atau perkembangan dikembalikan kepada suatu faktor saja. Faktor itu dipandang sebagai faktor tunggal atau satu-satunya faktor yang menjadi faktor kausal. Disini kami akan mencooba sedikit memaparkan contoh kausalitas yang ada dalam kajian sejarah dan menitikberatkan pada kondisi geografis saja. Walaupun pada hakekatya kausalitas dalam sejarah tidak hanya dari aspek geografis saja akan tetapi banyak faktor lain misalnya faktor ekonomi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak abad ke-19 kita mengenal determinisme geografis, yaitu bahwa faktor lokasi yang menentukan situasi atau perkembangan suatu bangsa. Pada umumnya bangsa-bangsa yang berada didaerah dingin peradabannya maju karena kondisi ekologisnya menuntut jiwa yang mampu menyesuaikan diri dan mengatasi kondisi alamiah yang berat. Sebaliknya masyarakat yang tinggal didaerah panas (tropika) alam sangat memudahkan hidup sehinnga tdak menimbulkan banyak tantangan berat. Determinisme rasial lebih menekankan pada faktor biologis sebagai penentu kemajuan suatu bangsa.
Kausalitas dalam sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu mutikausalitas dan monokausalitas. Berbicara tentang multikausalitas, sebenarnya relevansinya lebih erat terhadap gejala, situasi, permasalahan atas objek maupun yang kompleks. Sudah pasti ada hubungan langsung antara sebab dan akibat, seperti antara kenaikan suhu dan pemuaian benda. Hubungan antara tindakan seorang actor dengan yang lain pada umumnya tidak dapat lagi dianggap sederhana apabila mulai menyangkut motivasi, sikap, stuktur kepribadian latar belakang kondisi sosial dan lain sebagainya. Sedangkan untuk monokausalitas sendiri lebih menitikberatkan pada suatu faktor sebagai sebab akibat dari peristiwa tertentu.
Terlepas dari segala macam modifikasi itu tetap kembali menggunakan “sebab” dalam arti popular seperti Carr, dalam sebab-sebab dari berbagai peristiwa sejarah. Para sejarawan akan menempuh prosedur-prosedur berikut :
1.      Mencari sejumlah sebab yang relevan untuk peristiwa yang sama. Sejarawan menghadapi apa yang disebut oleh Carr “kemajukan sebab” (multiplicity of causes). (Carr, 1985 : 89). Seperti contoh peristiwa Revolusi Industri, Perang Dunia dan sebagainya dijelasan dengan berbagai macam sebab yang berhimpun dan berpusar pada satu peristiwa sejarah. Disini semua sebab mendapat kedudukan yang sama pentingnya. Ini disebut multi-kausal, sebab majemuk.

2.      Dari sejumlah besar sebab untuk peristiwa yang sama, sejarawan akan memperkecilnya secara sistematis untuk kemudian menyusunnya secara hirarkis menurut urutan yang paling dominan sampai pada sekadar penyerta saja. Tentu dalam penyusunan ini sejarawan tidak melakukan secara acak melainkan menggunakan kategori atau criteria tertentu yangdapat dipertaggungjawabkan secara ilmiah. Dengan penyusunan ini sejarawan sampai pada analisis terakhiryaitu mendapatkan sebab utama dari semua sebab. Istilah yang digunakan ialah monokausal atau prima-kausal (sebab tunggal).

No comments:

Post a Comment