Monday, November 14, 2016

Visual Art (seni lukis dan seni batik)

Seni dapat dijabarkan sebagai suatu keindahan. Sejarah kesenian berhubungan dengan seni sebagai ilmu yang berkaitan dengan estetika dan dengan seni manusia diantarkan dari dunia kegiatan manusia ke dunia keagungan estetika. Setiap manusia dapat mengapresiasikan suatu karya seni. Untuk mengapresiasikan karya seni tidak perlu membawa bekal apapun dari kehidupan kita, tanpa pengetahuan apapun mengenai ide-ide serta masalah-masalahnya, tidak terbiasa dengan emosi-emosinya.[1]

Seni dapat dibedakan atas dua kategori yakni visual art dan audio visual art. Visual art adalah seni yang hanya dapat dilihat oleh penginderaan, berbeda dengan audio visual art yang merupakan seni yang keberadaannya dapat dilihat, dirasakan dan didengarkan oleh berbagi macam panca indera. Dalam makalah ini kita akan mencoba membahas beberapa contoh dari seni yang dikategorikan visual art yaitu seni lukis dan seni batik.
Ditinjau dari segi historis, seni lukis sebenarnya sudah ada sejak zaman primitif. Asumsi ini didasarkan pada penemuan peninggalan berupa hasil lukisan yang digoreskan pada dinding gua. Lukisan-lukisan yang ditemukan pada zaman prasejarah itu bisa dijadikan latar belakang perkembangan seni lukis modern. Pertumbuhan seni lukis tidak hanya berhenti pada masa prasejarah saja, namun berlanjut terus. Dengan adanya kesenian Mesir kuno yang kemudian disambung denganj kesenian Mesopotamia dan kemudian lahir juga kesenian di Persia merupakan gambaran perkembangan seni di dunia.
Yunani Kuno muncul kesenian beraliran Naturalistis ideal yang dihiasai dengan idealisasi. Menjelang masa Renaissance di Eropa, lahir pelukis bernama Giotto. Lukisannya dimulai dengan objek-objek yang terlihat oleh mata dan ia juga mulai melepaskan dari belenggu tradisi yang selama ini membelenggu masyarakat. Tahap selanjutnya, Renaissance, seni rupa bersifat ilustratif. Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan menggambarkan peristiwa-peristiwa tertentu yang bertemakan religi dan cerita-cerita mitologi. Seni lukis pada zaman Renaissance ini mulai melepaskan diri dari seni yang bertemakan keagamaan.
Seperti halnya suatu permainan, baik kreasi maupun apresiasi seni adalah aktivitas suka rela.[2] Seorang pelukis tidak dapat melukis dengan adanya paksaan. Tetapi mereka melukis dengan menghayati pengalaman estetika yang pernah dia rasakan. Lukisan yang bersifat ilustrasional adalah suatu lukisan yang hanya menggambarkan suatu tema sejarah atau sastra yang memikat orang karena benda yang di tunjukan, tetapi bukan memikat karena nilai yang dimilikinya sebagai seni.
Seni batik dalam tinjauan historisnya telah diciptakan oleh leluhur bangsa Indonesia yang mempunyai makna filosofis dan keterkaitan dengan adat kebudayaan setempat. Kira-kira 2500 SM nenek moyang kita sudah menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kayu yang dihias dengan motif sederhana dan kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.[3] Pola perkembangan tersebut dapat diikuti melalui pakaian yang ada. Ada beberapa pendpat lain yang menyatakan bahwa batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.



[1]               Projoto Setjoatmodjo Led.  (1988). Bacaan Tentang Estetika. Dekdikbud: Jakarta.
[2]               Ibid.
[3]               Soedarsono. (1998). Seni Lukis Batik Indonesia. Taman Budaya DIY: Yogyakarta. Halm 81

No comments:

Post a Comment