Monday, September 12, 2016

Sejarah Singkat Asia Selatan

ISLAM MASUK KE ASIA SELATAN (INDIA DAN SRILANKA)

India sejak dahulu sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui perdagangan. Ketika Nabi Muhammad SAW, berhasil menyebarkan ajaran agama Isla keseluruh wilayahArab, maka para pedagang Arab yang datang ke India juga sudah mmeluk Islam dan sambil berdagang mereka berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk India. Pada masa kekhalifahan Umayyah, pasukan Islam dibawah pimpinan Muhammad bin Qasim menaklukkan wilayah Sind (Sind dan Punjab sekarang) dan berhasil membangun peradaban Islam.
Wilayah Sind sejak saat itu menjadi daerah kekuasaan pemerintahan Islam. Setelah itu penaklukan-penaklukan wilayah india yang lebih luas terus dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Islam. Pada masa dinasti ghazni (semasa sultan Mahmud) pasukan Islam berhasil menaklukkan wilayah-wilayah India aberualng kali. Namun hanya Sind dan Punjab yang berada dalam kekuasaannya secara langsung. Penaklukan ini berhasil melemahkan kekuatan politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan Hindu dan membuka pintu bagi berdirinya kekuasaan Islam yang permanen di India semasa dinasti Ghuri. Berbeda dengan sultan Mahmud, Muhammad Ghuri menetapkan wakilnya diwilayah yang ditaklukkannya. Sejak itulah Islam memberikan pengaruh yang kuat diseluruh Anak benua tu.
Awal masuknya Islam ke India secara formal terbagi dalam empat tahap. Tahap pertama, pada masa nabi Muhammad SAW; Islam menyebar melalui media perdagangan dan hanya sebagaian kecil masyaarakat India yang mendapatkan pengaruh ajaran Islam. Tahap berikutnya, pada amasa kekhalifahan Umayyah, pasukan Islam dibawah pimpinan Muhammad bin Qasim dengan cara penetration pacific dan berhasil membangun pranata sosial yang harmonis dan mulai terjalin asimilasi peradaban anatara Arab dengan India. Tahap ketiga semasa Dinasti Ghazni, Islam menyebar melalui penaklukan-penaklukan terutama yang dipimpin oleh sultan Mahmud dengan pelbagai motif. Ia melakukan tujuh belas kali penaklukan dan semuanya dimenangkan. Tahap ke empat, semasa dinasti Ghuri (Muhammad Ghuri), Islam mulai berkuasa secara permanen. Berbeda dengan sultan Mahmud yang dalam sejarah dikenal sebagai panglima perang, Muhammad Ghuri dikenal sebagai seorang negarawan.
Pada masa nabi Muhammad diyakini telah terjadi kontak dengan masyarakat India melalui hubungan dagang, atau lewat perutusan yang sengaja dikirim untuk menegakkan syiar Islam di India. Ataupun beliau menerima kunjungan dari dalam ataupun luar negeri yang berasal dari India (sebagai saudagar/pedagang). Pada masa ini, Cheraman Perumal, raja Kadangalurdari pantai Malabar yang telah memeluk Islam datang mengunjungi.

720 M, Amir Muhammad Ibn Kasim (masa Khlaifah Wahid II) menyerbu daerah Sind dan menduduki
1001 M, Mahmud Gazni menyerbu Punjab dan menaklukkan Lahore. Dalam kurun 30 tahun berikutnya Mahmud Gazni melakukan 17 kali penyerbuan ke Asia selatan (India), keberhasilan paling besar menduduki dan menaklukkan daerah Mathura.
Sejak tahun 1600-an, Muhammmad Ghozi (penguasa Afganistan) menyerbu Asia selatan
1191 M, serbuan orang-orang Islam dikalahkan oleh Preithuiraj (penguasa Asmar)
1192 M, Muhammad Ghozi kembali menyerbu dan mengalahkan kekuatan orang-orang Hindu. Selanjutnya orang-orang Islam menyerbu ke arah timur dipimpin oleh seorang mantan budak Muhammad Ghozi (jendral Kutubuddin Albak dan menaklukkan Delhi yang kemudian dijadikan ibukota; 1192).
1197 M, Universitas Nalanda dihancurkan. Beberapa pendeta Brahmana melarikan diri ke Nepal dan Tibet. Dengan demikian Muhammad Ghozi melalui jendral Khutubuddin tidak menguasai Punjab, dataran Gangga dan Benggala. Sesudah kematian Muhammad Ghozi (1206), Khutubuddin menjadi sultan pertama dinasti budak (1206-1290)

INDIA MASA MASA LIMA DINASTI (BUDAK DAN LODHI)


1206-1290 Dinasti Budak
Il-tutmis (1210-1235) meluaskan  daerah ke Ujjain. Ia mendirikan Qutb Minar di Delhi (kira-kira 72,5 m), menara 5 tingkat. Pada masa pemerintahan Il-tutmis orang-orang Mongol dibawah Genghis Khan menyerbu sampai Peshawar. Razia Begum= Sultana Rezia Suddin (1236-1240). Ia mendapat tentangan karena dia wanita. Ia mati dibunuh pada tahun 1240.
Sultan Nazirudin (1246-1266). Ia adalah adik Rezia; tidak cakap, tidak berputera.
Sultan Balban (1266-1287). Mantan hamba Il-tutmis, ditunjuk oleh raja, pemerintahan tangan besi, terjadi perkembangan kebudayaan, tidak berputera.

1290—1321 Dinasti Khilji
Didirikan oleh Jalaluddin Khilji (1290-1296) perdamaian dengan bangsa Mongol. 1296 ia dibunuh oleh utusan puteranya (Alaudin).
Alaudin Khilji (1296-1316)
Dibunuh ayahnya (raja), menaklukkan Gujarat, Rajput, Deccan; mendirikan masjid-masjid baru; orang-orang Hindu tertekan. Masa tuanya sakit-sakitan; puteranya tidak cakap; pemerintahan dipegang panglima Malik Kafur (sultan yang ada hanya boneka dan menjadi sultan hanya 5 minggu).
Kuhebbin Mubarak (1316-1318)
Putera Alaudin, merebut kekuasaan dari Malik Kafur, pemerintahannya keras (perampasan, perkosaan, pembunuhan), mati dibunuh Kusru (Gubernurnya).
Kusru (termasuk paria yang masuk Islam)
Lebih keras daripada Kuhebbin Mubarak, tidak disenangi para bangsawan, para bangsawan minta Ghazi malik untuk menyerbu Delhi. Ghazi Malik berhasil.

1321-1388. Dinasti Taghluk
Sultan Gahzi Malik; Taghluk Shan (1321-1324), meninggal karena suatu perayaan tempat duduknya dihancurkan oleh barisan gajah yang sengaja dihalau ke situ.
Sultan Muhammad Adil Taghluk (1325-1351), cerdas, paham ilmu (berita Ibnu Batutah yang menjadi pegwainya pada 1342-1347), amat bengis, kota Delhi dimusnahkan dipindahkan ke Daulah Abad di Deccan, 40 hari perjalanan dari Delhi (rencana Adil Taghluk tapi tidak berhasil karena, mendapat banyak tantangan), pajak tanah amat berat, beberapa tahun terjadi kelaparan, kehidupan istana bermewah-mewah, pada akhir pemerintahannya Benggala berontak dan Vijayanagar  memisahkan diri.
Sultan Firos Shah Taghluk (1351-1388). Ia kemenakan Adil Taghluk; pribadinya halus, budi luhur, taat beragama, tidak suka perang; kota Delhi diperluas dengan bagian yang bernama Finjabad, mengadakan Jizya, yakni pajak per-kepala yang ditujukan untuk orang-orang non-muslim; akibatnya banyak orang-orang masuk Islam; memadamkan pemberontakan di Benggala dan Sind. 1374 putranya wafat; sultan sakit-sakitan; 1380 wafat; kerajaan terpecah-pecah dibawah kekuasaan sayid-sayid; banyak kekacauan. Lebih-lebih dengan adanya serangan Amir Timur atau Timur I- lang pada tahun 1389.

Dinasti Lodhi, 1450-1526
Sultan Bahlol Lodhi 91450-1489), semula gubernur Punjab.
Sultan Iskandar Lodhi (1489-1517), menaklukkan Jampur (kerajaan Islam dilembah sungai Gangga)
Sultan Ibrahin Lodhi (1517-1526), pemerintahannya buruk; para bangsawan minta bantuan sultan Babur dari kabul.

Dinasti Moghul (1526-1858)
Sultan Babur (1526-1530), menyerang dinasti Lodhi. Pertempuran di Khanua dan Ghaghra. Ibukota di Agara, negarawan yang tertarik seni dan astra.
Sultan Humayun (1530-1556), menghadapi perlawanan Shar Shah di Bihar (keluarga Lodhi) melarikan diri ke Iran (menyusun kekuatan). 1555 merebut kembali tahta, ibukota di Delhi.
Sultan Akbar (1556-1605), dinobatkan pada usia 13 tahun (didampingi Bairam Khan). 1561 memerintah tanpa didampingi Biaram Khan. Menghadapi perlawanan Adil Shah (kemenakan Sher Shah) dan ...... ??? raja Vikramaditya. Hingga 1576 mengadakan penaklukan Rajputana, Gujarat, Benggala dapat direbut. Tindakan-tindakan penting menghapus Jizya, mengurangi kekuasaan para bangsawan, membentuk tentara tetap, menarik pajak tanah sehingga penghasilan negara yang pokok (sebesar 1/3 hasil), mendirikan balai pengetahuan, bersikap toleran dalam agama.
Sultan Salim (1605-1628). Bergelar Nuruddin Muhammad Jahangir Pasha Ghazi. Khusru (anaknya) dipandang sebagai saingan dengan dicungkil matanya, selanjutnya Khusru digantung oleh hambanya atas perintah Nurjahar (ibu tiri). Khusru: Khuram (anak Nurjahan) diangkat jadi putra mahkota.
Sultan Shah Jahan (Khurram, 1528-1658), sebelum jadi raja disuruh menghadapi serangan Iran, justru memberontak, melarikan diri ke Deccan dan bekerja sama dengan Mahabat Khan. Sesudah Jahangir meninggal. Shah Jahan naik tahta (setelah mencungkil mata Shahraya; saudaranya dan mengasingkan Nurjahar ke Lahore). Berhasil dalam perang-perang dengan; Shah Johar Lodhi dari Afganistan, dan bangsa Rajput. Kehidupan istana mewah, rakyat miskin. 1670-1636 menyerang ke Deccan, berhasil menaklukkan Ahmad Negar dan Bijapur (1636) Ahmadnegar; antara S. Bodawari dan Khisna.
Aurangzeb (puteranya) diangkat menjadi raja muda di Deccan. Aurangzeb difitnah Dara Shikah (saudaranya). Aurangzeb diperintah Shah Johan untuk menyerang Balkh dan Kandahar, tapi keduanya gagal. Kandahar 1575 disebut Akbar (Moghul), 1622 disebut Iran, 1638 disebut Moghul kembali. 1648 disebut Iran. Berkali-kali keluarga Moghul berusaha menaklukkan Kandahar, gagal. Tahun 1707 Aurangzeb meninggal. Pada saat ini orang/negara Inggris (EIC) mulai masuk ke India.
1858, raja terakhir dinasti Moghul, yaitu Sultan Bahadur Shah III dihukum mati oleh penguasa Inggris karena terlibat dalam perlawanan rakyat India 1857-1858, wilayah kerajaan dinasti Moghul dikuasai Inggris kerajaan dihapuskan dan dijadikan wilayah kekuasaan British Indies.

BANGSA BARAT MASUK KE ASIA SELATAN

(INGGRIS, BELANDA, PRANCIS DAN PORTUGIS)

Orang-orang Eropa di Asia Selatan
1486-1488, Bartolomeus Diaz mengadakan pelayaran menyusuri pantai barat benua Afrika dan berhasil melewati Tanjung Harapan
1498, Vasco da Gama berhasil mendarat di Calicut (Lisabon-Tanjung Harapan-Zanzibar-Calicut) dengan 3 buah kapal kecil
1510, D’Albuerquerque merebut Goa yang kemudian dijadikan pusat kekuasaan Portugis di Asia selatan (India). Sesudah kemenangan India, Goa direbut kembali pada tahun 1961.
Akhir abad ke-16 kekuasaan orang-orang Portugis di Asia selatan merosot.
1600-an, orang-orang Belanda berhasil merebut beberapa “settlement” Portugis di Asia selatan
1658, orang-orang Belanda berhasil mengusir orang-orang Portugis dari Ceylon (Srilanka) atau Sinhala
1600, lahir The Governor  and Company of Merchant  of London Trading into the East Indies (selanjutnya disebut East Indies Company). EIC memperoleh monopoli hubungan dagang antara India, Indonesia, Cina dengan Inggris.
1623, orang-orang Inggris dapat diusir dari Indonesia  (Maluku) oleh orang-orang Belanda sehingga memusatkan perhatiannya terhadap India dan Cina. Tetapi kekuasaan politiknya di Cina tidak pernah sebesar kekuasaan politiknya di India.
1620, Denmark mendirikan beberapa “settlements” di India, tetapi pada tahun 1845 dijual kepada EIC
1664, Prancis mendirikan la compagnie de Indes Oriontales (masa pemerintahan Louis XIV) pos utamanya di Pondicherai (tahun 1954 diserahkan kembali kepada republik India)
Selama 150 tahun pertama kompeni Inggris masih menitikberatkan pada keuntungan perdagangan (sutera, indigo, lada, kayu manis, rempah-rempah, dll).
1639, diperoleh daerah kurang lebih 4 mil di pantai Madras
1662, Charles II menikah dengan Catherine de Bregands dari Portugal—memperoleh daerah Bombay
1665, Charles II menyewakan Bombay kepada kongsi dagang Inggris (kurang lebih 1000 tahun kepada EIC).
1690, kongsi dagang Inggris memperoleh Calcuta sampai tahun 1647
Inggris hanya memiliki 23 trading post dengan 90 pekerja saja (terlalu mementingkan perdagangan)
Di Bombay, Madras, dan Calcutta didirikan benteng gua memperluas daerah kekuasaan walau sampai kematian Aurangzeb (1707) belum ada usaha memperluas daerah kekuasaan ke pedalaman. Sesudah dinasti Moghul mengalami disintegrasi barulah ada perebutan daerah antara orang-orang Inggris dengan orang-orang Prancis
Tahun 1746, Prancis merebut dan menduduki Madras (dalam perdamaian Aachen Prancis diminta untuk mengembalikan dalam tahun 1784).
Waktu di Hyderabat terjadi pertentangan penggantian Nisam, juga dalam perebutan kedudukan Nawab Carnatik, Inggris maupun Prancis mengadakan intervensi. Terjadi perang Carnatik (tokoh-tokoh: R. Clive (Inggris), Dupley (Prancis). Orang-orang Inggris berhasil merebut  Arkot, ibukota Carnatik (masa sirajud daulah)
1756, Nawab Benggala merebut Calcuta, tetapi R. Clive berhasil merebutnya kembali (dengan bantuan angkatan laut dari Madras) bahkan kemudian merebut Chanderanagar (French post). R. Clive bekerjasama dengan Mir. Jofar (jendral Nawab Benggala)
Mir Jafar mendapat janji akan diangkat sebagai Nawab Benggala.
Pertempuran yang terjadi pertempuran Plassey (1754) pihak Inggris menang, Nawab diturunkan dari tahta, Mir Jafar diangkat sebagai Nawab, pihak Inggris menerima imbalan 234. 000 pounds serta 24 desa.
1760, R. Clive kembali ke Inggris sebagai orang kaya
1764, dimintai ke India kembali, ternyata di India, ia melakukan korupsi di Benggala. Nawab yang baru, Mir Kasim, tidak senang dipermainkan oleh pengurus EIC, ia menyuruh pembunuhan orang-orang Inggris di Patra (> 200 orang). Nawab Mir Kasim akan ditangkap, ia minta bantuan sultan Shah Alam dari Delhi, tetapi gagal. 1764, ia mengadakan perjanjian dengan EIC dengan hasil; Allahadad dan Kora diberikan kepada EIC, Nawab harus membayar 2. 600. 000 rupee /tahun (sebagian hasil pajak yang diperoleh).
1767, R. Clive kembali ke Inggris (lebih kaya). Parlemen menuduhnya melanggar kedisiplinan dan kejujuran. Dibentuk komisi untuk menyelidiki politiknya di India.
R. Clive bunuh diri dirumahnya di London (dalam usia 67 tahun)
1774, Gubernur jendral pertama Warren Hosting
kira-kira 15 tahun sesudah R. Clive terus terjadi korupsi, pegawai EIC semakin kaya, keuangan EIC merosot. Gubernur jendral Lord Corwalles (1786-1793) memberantas korupsi dengan cara memisahkan urusan pemerintah dengan urusan dagang. Ia mengorganisasikan (ICS/Intel Civil Service) “civil service” (pamong praja) untuk urusan administrasi (pemerintahan), pegawai-pegawai tidak boleh melibatkan diri dalam perdagangan, gaji pegawai dinaikkan, disiplin keras, orang-orang India dikeluarkan dari kedudukan tinggi dalam pemerintahan.

MUNCUL DAN PERTUMBUHAN BANGSA BARAT DI ASIA SELATAN

(INGGRIS DAN PRANCIS)

Regulating act 1784
Direktur EIC tetap boleh mengangkat pegawai-pegawai dan pekerja EIC mengawasi perdagangan, tetapi dibentuk The Board Control, suatu agen dibawah mahkota yang mengawasi, mengarahkan dan mengontrol semua tindakan yang menyangkut pemerintahan sipil, dan militer, dan juga yang menyangkut keuangan dari daerah-daerah yang dikuasai EIC di Asia Selatan (India). The Board of Control dapat memanggil kembali gubernur jendral walau tidak dapat mengangkat. Sistem double goverment ini berlangsung sampai tahun 1858 tanpa perubahan berarti sebelum tahun 1858 ada tiga peraturan.
1813, parlemen mengakhiri monopoli EIC
1833, parlemen mencabut agen politik kerajaan
1853, Parlemen mencabut hak para direktur untuk mengangkat pegawai, pengangkatan pegawai didasarkan pada competitive examination, juga hak-hak EIC untuk berdagang di Cina diakhiri
dan 1912 ibukota dari Calcutta ke New Delhi

PERSAINGAN BARAT DI ASIA SELATAN

(INGGRIS DAN PRANCIS)
Sebab-sebab yang membawa persainagn antara Prancis dan Inggris di India, yakni adanya rivalitas/ persaingan  dalam usaha membangun kekuasaan koloni di India, meski di wilayah itu secara umum tidak banyak dikuasai. Bagi para pelayar kedua negara yang melintasi laut yang sama, dan mencari “makan” di pelabuhan yang sama; dan mendarat di wilyah yang sama pula adalah tidak mungkin membagi India menjadi dua kekuasaan kolonial terpisah satu sama lain dalam sebuah wilayah netral. Salah satu diantaranya ‘mengalah’ dari kebijakan akuisisi teritorial itu, atau dua negara tersebut siap untuk bertempur, dan bergelimpangan darah untuk waktu yang lama, yang hanya dapat diakhiri oleh kejayaan dan kekalahan disatu sisi dari Inggris atau Prancis.
Pada permulaan tahun 1698 Inggis telah mengambil kebijakan yang memberikan kemudahan bagi “kelangsungan” kekuasaan-nya di India, dan tujuan itu harus dicapai. Dengan kebijakan ini perusahaan Inggris yang di bawahi piagam/perjanjian Ratu Anne tahun 1702 untuk mengirim pasukan dalam menjaga pertahanan ‘pendudukan’ itu. Dengan sejumlah perlengkapan perang demi tujuan pertahanan Perusahaan secara aktif terlibat melalui kebijakannya mengontrol wilayah dan menjadikannya suatu konsentrasi Inggris yang independen. Jika pada suatu saat terjadi maslah atau pada saat masalah muncul, praktis dapat ditangani.
kebijkan yang dikeluarkan orang-orang Prancis berbeda dengan apa yang dilakukan orang-orang Inggris. Dupleix membuat usaha yang lebih gallag/jantan untuk membangun dan mendirikan sebuah kekuasaan koloni di India. Ia dipilih menjadi Gubernur jendral di wilayah kekuasaan Pranci itu pada 1741; dan segera setelah menerima jabatan itu berniat untuk mengusir orang-orang Inggris dari india, kemudian mempertahankan supremasi Prancis dengan mengambil beberapa kemudahan lewat dukungan di antara penguasa-penguasa lokal (India).
Bagimanapun dalam mengimbangi kekuatan diantara Prancis Inggris dan para penguasa lokal, tentu saja amat membutuhkan sebuah pasukan; dan sebagai atasan tertinggi yang menguasai secara total tidak cukup untuk mencapai tujuan yang diharapkannya, Dupleix, mulai melatih orang-orang India, yang telah dipaksa menjadi  Sepoy (tentara), dilatih dengan  sistem Eropa dan dipimpin oleh orang Eropa guna mengefisienkan pasukan Eropa. Kebijakan Perancis mengakuisisi India, bagaimanapun masih sebatas ucapan dan provokatif dari pada sebagai lawan dan persaingan.

 

PEMANTAPAN KEKUASAAN INGGRIS DI ASIA SELATAN

(PENJAJAHAN INGGRIS DI INDIA DAN SRILANKA)

Setelah perang Inggris-Perancis di India usai, Inggris semakin mudah untuk menancapkan pengaruhnya di India. Pemerintahan yang dipegang oleh Robert Clive kemudian mempunyai kedudukan kuat, dan digunakan olehnya untuk memperluas pengaruh Inggris di Benggala. Menurutnya negeri itulah yang harus diduduki terlebih dahulu, sebelum menuju ke hulu sungai Gangga. Akhirnya terjadi usaha untuk merebut Benggala. Namun Nawab (Raja) Seraju-d’daula yang ketika itu menguasai Benggala melakukan perlawanan yang sangat keras hingga membuat pasukan Inggris kewalahan menghadapi serangan pasukan Nawab. Akhirnya Inggris melakukan cara licik dengan melakukan perjanjian rahasia dengan salah seorang menteri yang menaruh dendam kepada nawab untuk memperlemah kekuatan Benggala dengan cara memberi keterangan palsu kepada Nawab tentang kekuatan serdadu Inggris yang akan menyerang. Pada tahun 1757 Benggala berhasil dikuasai Inggris berkat kerjasama itu.
Dalam perkembangannya, Kekuasaan Inggris atas India mengalami kemajuan dan kemunduran. Sejak tahun 1757 hingga pertengahan abad ke-XIX terjadi beberapa peperangan besar antara Inggris dengan kerajaan-kerajaan di India yang berlangsung dari tahun 1775 hingga tahun 1886. Selain itu terjadi perlawanan pribumi terhadap Inggris. Perlawanan itu  dilatar belakangi oleh: Dalam bidang budaya, adanya larangan pernikahan kanak-kanak (usia dini), dan larangan sati/sutee (pembakaran janda). Pada intinya, rakyat India tidak senang terhadap perubahan-peribahan sosial yang dilakukan pemerintah Inggris. Sebab lain yaitu adanya pembangunan jalan kereta api dan jaringan telegraf, telah menggunakan tanah tanah rakyat tanpa diberi ganti rugi. Selain sebab-sebab di atas, muncul desas-desus adanya kristenisasi dan aneksasi kerajaan-kerajaan pribumi.
Pada hari Minggu bulan Mei 1857 perlawanan mulai terjadi di tangsi Meerut. Pada hari itu tentara-tentara (sepoy) membunuh setiap orang Eropa (laki-laki dan perempuan, kanak-kanak), hai itu merupakan tantangan terhadap bangsa Inggris untuk menumpas kaum pejuang. Kaum pejuang itu kemudian menuju Delhi, menyatakan bahwa kaisar Bahadur Shah III (kesultanan Mughal) dijadikan sebagai pemimpin mereka.

Perlawanan diikuti pula oleh tentara (sepoy) di pusat-pusat militer lain (Kanpur; Cownport; Lucnow, dll). Selanjutnya perlawanan meluas dan mendapat bantuan banyak unsur yang tidak puas terhadap pemerintahan Inggris di India (bangsawan yang diusir dan dirampas hartanya, prajurit-prajurit kerajaan yang kemudian menganggur, rakyat pada umumnya). Perlawanan meluas ke seluruh India bagian utara kecuali beberapa yang loyal kepada Inggris, yakni orang-orang Sikh (ciri khasnya memakai sorban dan namanya menggunankan “Sing”). Di India selatan tidak terjadi perlawanan. Perlawananan pada akhirnya dapat dipadamkan setelah tentara Inggris mendapat bantuan dari luar India. Setelah perlawanan dapat dipadamkan pemerintah Inggris mengambil keputusan untuk mengambil alih semua wilayah kekuasaan EIC.

Pada 1858, Ratu Victoria mengumumkan pengambilalihan kekuasaan EIC dan berjanji tidak akan mengadakan aneksasi terhadap wilayah kerajaan-kerajaan. Berlangsunglah pemerintahan Inggris India hingga tahun 1947 yang wilayahnya meliputi 3/5 dari seluruh India (Asia selatan). 2/5 sisanya merupakan wilayah 562 Princely States, wilayah sempit. Lambat laun pemerintah Inggris di India menuntut hak lebih besar terhadap Princely States, politik dalam negeri Princely states, memecat dan menggantikan penguasa lokal. Tuntutan Inggris sebagai Overlord ini terlihat jelas dengan munculnya The Act of Parliement tahun 1876 yang menyatakan Ratu Victoria sebagai Empor of Indies dan menjadi yang dipertuan oleh raja-raja lokal (Princely States) serta British India. Pada awal abad ke-20 Lord Curzon (Vice. Roy/wakil raja/ratu 1898-1905) melarang penguasa-penguasa lokal mengadakan perjalanan keluar daerahnya tanpa ijin gubernur loyal (Vice Roy). Ternyata penguasa-penguasa lokal ini tetap loyal kepada pemerintah kerajaan Inggris/British Indies demi mempertahankan tahta mereka. Ini terbukti pada waktu muncul gerakan nasional  pada abad ke-19 (1885) dukungan dan bantuan bukan saja dari penguasa-penguasa lokal, tetapi dari golongan intelektual (kelas menengah yang telah mendapatkan pendidikan Inggris).

PERLAWANAN PENGUASA DAERAH TERHADAP INGGRIS
Latar belakang perlawanan:
Dalam bidang budaya, adanya larangan pernikahan kanak-kanak (usia dini), dan larangan sati/sutee (pembakaran janda). Pada intinya, rakyat India tidak senang terhadap perubahan-peribahan sosial yang dilakukan pemerintah Inggris. Sebab lain yaitu adanya pembaharuan dan pembangunan jalan kereta api dan jaringan telegraf, telah menggunakan tanah tanah rakyat tanpa diberi ganti rugi. Selain sebab-sebab di atas, muncul desas-desus adanya kristenisasi, dan aneksasi kerajaan-kerajaan pribumi.
Pada hari Minggu bulan Mei 1857 perlawanan mulai terjadi di tangsi Meerut. Pada hari itu tentara-tentara (sepoy) membunuh setiap orang Eropa (laki-laki dan perempuan, kanak-kanak), hai itu merupakan tantangan terhadap bangsa Inggris untuk menumpas kaum pejuang. Kaum pejuang itu kemudian menuju Delhi, menyatakan bahwa kaisar Bahadur Shah III (kesultanan Mughal) dijadikan sebagai pemimpin mereka.

Perlawanan diikuti pula oleh tentara (sepoy) di pusat-pusat militer lain (Kanpur; Cownport; Lucnow, dll). Selanjutnya perlawanan meluas dan mendapat bantuan banyak unsur yang tidak puas terhadap pemerintahan Inggris di India (bangsawan yang diusir dan dirampas hartanya, prajurit-prajurit kerajaan yang kemudian menganggur, rakyat pada umumnya). Perlawanan meluas ke seluruh India bagian utara kecuali beberapa yang loyal kepada Inggris, yakni orang-orang Sikh (ciri khasnya memakai sorban dan namanya menggunankan “Sing”). Di India selatan tidak terjadi perlawanan. Perlawananan pada akhirnya dapat dipadamkan setelah tentara Inggris mendapat bantuan dari luar India. Setelah perlawanan dapat dipadamkan pemerintah Inggris mengambil keputusan untuk mengambil alih semua wilayah kekuasaan EIC.

Pada 1858, Ratu Victoria mengumumkan pengambilalihan kekuasaan EIC dan berjanji tidak akan mengadakan aneksasi terhadap wilayah kerajaan-kerajaan. Berlangsunglah pemerintahan Inggris India hingga tahun 1947 yang wilayahnya meliputi 3/5 dari seluruh India (Asia selatan). 2/5 sisanya merupakan wilayah 562 Princely States, wilayah sempit. Lambat laun pemerintah Inggris di India menuntut hak lebih besar terhadap Princely States, politik dalam negeri Princely states, memecat dan menggantikan penguasa lokal. Tuntutan Inggris sebagai Overlord ini terlihat jelas dengan munculnya The Act of Parliement tahun 1876 yang menyatakan Ratu Victoria sebagai Empor of Indies dan menjadi yang dipertuan oleh raja-raja lokal (Princely States) serta British India. Pada awal abad ke-20 Lord Curzon (Vice. Roy/wakil raja/ratu 1898-1905) melarang penguasa-penguasa lokal mengadakan perjalanan keluar daerahnya tanpa ijin gubernur loyal (Vice Roy). Ternyata penguasa-penguasa lokal ini tetap loyal kepada pemerintah kerajaan Inggris/British Indies demi mempertahankan tahta mereka. Ini terbukti pada waktu muncul gerakan nasional  pada abad ke-19 (1885) dukungan dan bantuan bukan saja dari penguasa-penguasa lokal, tetapi dari golongan intelektual (kelas menengah yang telah mendapatkan pendidikan Inggris).

 

THE INDIAN MUTINY
(PEMBERONTAKAN)

Indian national Congress
Perintis: Allan Octavian Hume dari Scotland, seorang pegawai ICS (berhasil menjadi pegawai tinggi) ke India pada usia 29 tahun berselisih paham dengan Lord Lytton dan minta pensiun tinggal di Simla (untuk bekerja dalam pergerakan) tidak sabar melihat kesengsaraan masyarakat yang tidak dapat membela kepentingannya dihadapan pemerintah jajahan.
 Tujuan:
1.   mempersatukan semua golongan rakyat
2.   pembaharuan dalam bidang pengetahuan, akhlak, sosial dan politik
3.   memperbaiki hubungan antara Inggris dan India

No comments:

Post a Comment