ISLAM MASUK KE ASIA SELATAN (INDIA
DAN SRILANKA)
India
sejak dahulu sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui perdagangan.
Ketika Nabi Muhammad SAW, berhasil menyebarkan ajaran agama Isla keseluruh
wilayahArab, maka para pedagang Arab yang datang ke India juga sudah mmeluk
Islam dan sambil berdagang mereka berdakwah menyebarkan agama Islam kepada
penduduk India. Pada masa kekhalifahan Umayyah, pasukan Islam dibawah pimpinan
Muhammad bin Qasim menaklukkan wilayah Sind (Sind dan Punjab sekarang) dan
berhasil membangun peradaban Islam.
Wilayah Sind sejak saat itu
menjadi daerah kekuasaan pemerintahan Islam. Setelah itu penaklukan-penaklukan
wilayah india yang lebih luas terus dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Islam.
Pada masa dinasti ghazni (semasa sultan Mahmud) pasukan Islam berhasil menaklukkan
wilayah-wilayah India aberualng kali. Namun hanya Sind dan Punjab yang berada
dalam kekuasaannya secara langsung. Penaklukan ini berhasil melemahkan kekuatan
politik dan ekonomi kerajaan-kerajaan Hindu dan membuka pintu bagi berdirinya
kekuasaan Islam yang permanen di India semasa dinasti Ghuri. Berbeda dengan
sultan Mahmud, Muhammad Ghuri menetapkan wakilnya diwilayah yang
ditaklukkannya. Sejak itulah Islam memberikan pengaruh yang kuat diseluruh Anak
benua tu.
Awal
masuknya Islam ke India secara formal terbagi dalam empat tahap. Tahap pertama,
pada masa nabi Muhammad SAW; Islam menyebar melalui media perdagangan dan hanya
sebagaian kecil masyaarakat India yang mendapatkan pengaruh ajaran Islam. Tahap
berikutnya, pada amasa kekhalifahan Umayyah, pasukan Islam dibawah pimpinan
Muhammad bin Qasim dengan cara penetration
pacific dan berhasil membangun pranata sosial yang harmonis dan mulai
terjalin asimilasi peradaban anatara Arab dengan India. Tahap ketiga semasa
Dinasti Ghazni, Islam menyebar melalui penaklukan-penaklukan terutama yang
dipimpin oleh sultan Mahmud dengan pelbagai motif. Ia melakukan tujuh belas
kali penaklukan dan semuanya dimenangkan. Tahap ke empat, semasa dinasti Ghuri
(Muhammad Ghuri), Islam mulai berkuasa secara permanen. Berbeda dengan sultan
Mahmud yang dalam sejarah dikenal sebagai panglima perang, Muhammad Ghuri
dikenal sebagai seorang negarawan.
Pada
masa nabi Muhammad diyakini telah terjadi kontak dengan masyarakat India
melalui hubungan dagang, atau lewat perutusan yang sengaja dikirim untuk
menegakkan syiar Islam di India. Ataupun beliau menerima kunjungan dari dalam
ataupun luar negeri yang berasal dari India (sebagai saudagar/pedagang). Pada
masa ini, Cheraman Perumal, raja Kadangalurdari pantai Malabar yang telah memeluk Islam datang mengunjungi.
720
M, Amir Muhammad Ibn Kasim (masa Khlaifah Wahid II) menyerbu daerah Sind dan
menduduki
1001
M, Mahmud Gazni menyerbu Punjab dan menaklukkan Lahore. Dalam kurun 30 tahun
berikutnya Mahmud Gazni melakukan 17 kali penyerbuan ke Asia selatan (India),
keberhasilan paling besar menduduki dan menaklukkan daerah Mathura.
Sejak
tahun 1600-an, Muhammmad Ghozi (penguasa Afganistan) menyerbu Asia selatan
1191
M, serbuan orang-orang Islam dikalahkan oleh Preithuiraj (penguasa Asmar)
1192
M, Muhammad Ghozi kembali menyerbu dan mengalahkan kekuatan orang-orang Hindu.
Selanjutnya orang-orang Islam menyerbu ke arah timur dipimpin oleh seorang
mantan budak Muhammad Ghozi (jendral Kutubuddin Albak dan menaklukkan Delhi
yang kemudian dijadikan ibukota; 1192).
1197
M, Universitas Nalanda dihancurkan. Beberapa pendeta Brahmana melarikan diri ke
Nepal dan Tibet. Dengan demikian Muhammad Ghozi melalui jendral Khutubuddin
tidak menguasai Punjab, dataran Gangga dan Benggala. Sesudah kematian Muhammad
Ghozi (1206), Khutubuddin menjadi sultan pertama dinasti budak (1206-1290)
INDIA MASA MASA LIMA DINASTI (BUDAK
DAN LODHI)
1206-1290 Dinasti Budak
Il-tutmis
(1210-1235) meluaskan daerah ke Ujjain.
Ia mendirikan Qutb Minar di Delhi (kira-kira 72,5 m), menara 5 tingkat. Pada
masa pemerintahan Il-tutmis orang-orang Mongol dibawah Genghis Khan menyerbu
sampai Peshawar. Razia Begum= Sultana Rezia Suddin (1236-1240). Ia mendapat
tentangan karena dia wanita. Ia mati dibunuh pada tahun 1240.
Sultan
Nazirudin (1246-1266). Ia adalah adik Rezia; tidak cakap, tidak berputera.
Sultan
Balban (1266-1287). Mantan hamba Il-tutmis, ditunjuk oleh raja, pemerintahan
tangan besi, terjadi perkembangan kebudayaan, tidak berputera.
1290—1321 Dinasti Khilji
Didirikan
oleh Jalaluddin Khilji (1290-1296) perdamaian dengan bangsa Mongol. 1296 ia
dibunuh oleh utusan puteranya (Alaudin).
Alaudin
Khilji (1296-1316)
Dibunuh
ayahnya (raja), menaklukkan Gujarat, Rajput, Deccan; mendirikan masjid-masjid
baru; orang-orang Hindu tertekan. Masa tuanya sakit-sakitan; puteranya tidak
cakap; pemerintahan dipegang panglima Malik Kafur (sultan yang ada hanya boneka
dan menjadi sultan hanya 5 minggu).
Kuhebbin
Mubarak (1316-1318)
Putera
Alaudin, merebut kekuasaan dari Malik Kafur, pemerintahannya keras (perampasan,
perkosaan, pembunuhan), mati dibunuh Kusru (Gubernurnya).
Kusru
(termasuk paria yang masuk Islam)
Lebih
keras daripada Kuhebbin Mubarak, tidak disenangi para bangsawan, para bangsawan
minta Ghazi malik untuk menyerbu Delhi. Ghazi Malik berhasil.
1321-1388. Dinasti Taghluk
Sultan
Gahzi Malik; Taghluk Shan (1321-1324), meninggal karena suatu perayaan tempat
duduknya dihancurkan oleh barisan gajah yang sengaja dihalau ke situ.
Sultan
Muhammad Adil Taghluk (1325-1351), cerdas, paham ilmu (berita Ibnu Batutah yang
menjadi pegwainya pada 1342-1347), amat bengis, kota Delhi dimusnahkan
dipindahkan ke Daulah Abad di Deccan, 40 hari perjalanan dari Delhi (rencana
Adil Taghluk tapi tidak berhasil karena, mendapat banyak tantangan), pajak
tanah amat berat, beberapa tahun terjadi kelaparan, kehidupan istana
bermewah-mewah, pada akhir pemerintahannya Benggala berontak dan
Vijayanagar memisahkan diri.
Sultan
Firos Shah Taghluk (1351-1388). Ia kemenakan Adil Taghluk; pribadinya halus,
budi luhur, taat beragama, tidak suka perang; kota Delhi diperluas dengan
bagian yang bernama Finjabad, mengadakan Jizya, yakni pajak per-kepala yang
ditujukan untuk orang-orang non-muslim; akibatnya banyak orang-orang masuk
Islam; memadamkan pemberontakan di Benggala dan Sind. 1374 putranya wafat;
sultan sakit-sakitan; 1380 wafat; kerajaan terpecah-pecah dibawah kekuasaan
sayid-sayid; banyak kekacauan. Lebih-lebih dengan adanya serangan Amir Timur
atau Timur I- lang pada tahun 1389.
Dinasti Lodhi, 1450-1526
Sultan
Bahlol Lodhi 91450-1489), semula gubernur Punjab.
Sultan
Iskandar Lodhi (1489-1517), menaklukkan Jampur (kerajaan Islam dilembah sungai
Gangga)
Sultan
Ibrahin Lodhi (1517-1526), pemerintahannya buruk; para bangsawan minta bantuan
sultan Babur dari kabul.
Dinasti Moghul (1526-1858)
Sultan
Babur (1526-1530), menyerang dinasti Lodhi. Pertempuran di Khanua dan Ghaghra.
Ibukota di Agara, negarawan yang tertarik seni dan astra.
Sultan
Humayun (1530-1556), menghadapi perlawanan Shar Shah di Bihar (keluarga Lodhi)
melarikan diri ke Iran (menyusun kekuatan). 1555 merebut kembali tahta, ibukota
di Delhi.
Sultan
Akbar (1556-1605), dinobatkan pada usia 13 tahun (didampingi Bairam Khan). 1561
memerintah tanpa didampingi Biaram Khan. Menghadapi perlawanan Adil Shah
(kemenakan Sher Shah) dan ...... ??? raja Vikramaditya. Hingga 1576 mengadakan
penaklukan Rajputana, Gujarat, Benggala dapat direbut. Tindakan-tindakan
penting menghapus Jizya, mengurangi kekuasaan para bangsawan, membentuk tentara
tetap, menarik pajak tanah sehingga penghasilan negara yang pokok (sebesar 1/3
hasil), mendirikan balai pengetahuan, bersikap toleran dalam agama.
Sultan
Salim (1605-1628). Bergelar Nuruddin Muhammad Jahangir Pasha Ghazi. Khusru
(anaknya) dipandang sebagai saingan dengan dicungkil matanya, selanjutnya
Khusru digantung oleh hambanya atas perintah Nurjahar (ibu tiri). Khusru:
Khuram (anak Nurjahan) diangkat jadi putra mahkota.
Sultan
Shah Jahan (Khurram, 1528-1658), sebelum jadi raja disuruh menghadapi serangan
Iran, justru memberontak, melarikan diri ke Deccan dan bekerja sama dengan
Mahabat Khan. Sesudah Jahangir meninggal. Shah Jahan naik tahta (setelah
mencungkil mata Shahraya; saudaranya dan mengasingkan Nurjahar ke Lahore).
Berhasil dalam perang-perang dengan; Shah Johar Lodhi dari Afganistan, dan
bangsa Rajput. Kehidupan istana mewah, rakyat miskin. 1670-1636 menyerang ke
Deccan, berhasil menaklukkan Ahmad Negar dan Bijapur (1636) Ahmadnegar; antara
S. Bodawari dan Khisna.
Aurangzeb
(puteranya) diangkat menjadi raja muda di Deccan. Aurangzeb difitnah Dara
Shikah (saudaranya). Aurangzeb diperintah Shah Johan untuk menyerang Balkh dan
Kandahar, tapi keduanya gagal. Kandahar 1575 disebut Akbar (Moghul), 1622
disebut Iran, 1638 disebut Moghul kembali. 1648 disebut Iran. Berkali-kali
keluarga Moghul berusaha menaklukkan Kandahar, gagal. Tahun 1707 Aurangzeb
meninggal. Pada saat ini orang/negara Inggris (EIC) mulai masuk ke India.
1858,
raja terakhir dinasti Moghul, yaitu Sultan Bahadur Shah III dihukum mati oleh
penguasa Inggris karena terlibat dalam perlawanan rakyat India 1857-1858,
wilayah kerajaan dinasti Moghul dikuasai Inggris kerajaan dihapuskan dan
dijadikan wilayah kekuasaan British Indies.
BANGSA BARAT MASUK KE ASIA
SELATAN
(INGGRIS, BELANDA, PRANCIS DAN PORTUGIS)
Orang-orang Eropa di Asia Selatan
1486-1488,
Bartolomeus Diaz mengadakan pelayaran menyusuri pantai barat benua Afrika dan
berhasil melewati Tanjung Harapan
1498,
Vasco da Gama berhasil mendarat di Calicut (Lisabon-Tanjung
Harapan-Zanzibar-Calicut) dengan 3 buah kapal kecil
1510,
D’Albuerquerque merebut Goa yang kemudian dijadikan pusat kekuasaan Portugis di
Asia selatan (India). Sesudah kemenangan India, Goa direbut kembali pada tahun
1961.
Akhir
abad ke-16 kekuasaan orang-orang Portugis di Asia selatan merosot.
1600-an,
orang-orang Belanda berhasil merebut beberapa “settlement” Portugis di Asia
selatan
1658,
orang-orang Belanda berhasil mengusir orang-orang Portugis dari Ceylon (Srilanka)
atau Sinhala
1600,
lahir The Governor and Company of Merchant of London Trading into the East Indies
(selanjutnya disebut East Indies Company).
EIC memperoleh monopoli hubungan dagang antara India, Indonesia, Cina dengan
Inggris.
1623,
orang-orang Inggris dapat diusir dari Indonesia
(Maluku) oleh orang-orang Belanda sehingga memusatkan perhatiannya
terhadap India dan Cina. Tetapi kekuasaan politiknya di Cina tidak pernah
sebesar kekuasaan politiknya di India.
1620,
Denmark mendirikan beberapa “settlements” di India, tetapi pada tahun 1845
dijual kepada EIC
1664,
Prancis mendirikan la compagnie de Indes
Oriontales (masa pemerintahan Louis XIV) pos utamanya di Pondicherai (tahun 1954 diserahkan
kembali kepada republik India)
Selama
150 tahun pertama kompeni Inggris masih menitikberatkan pada keuntungan
perdagangan (sutera, indigo, lada, kayu manis, rempah-rempah, dll).
1639,
diperoleh daerah kurang lebih 4 mil di pantai Madras
1662,
Charles II menikah dengan Catherine de Bregands dari Portugal—memperoleh daerah
Bombay
1665,
Charles II menyewakan Bombay kepada kongsi dagang Inggris (kurang lebih 1000
tahun kepada EIC).
1690,
kongsi dagang Inggris memperoleh Calcuta sampai tahun 1647
Inggris
hanya memiliki 23 trading post dengan
90 pekerja saja (terlalu mementingkan perdagangan)
Di
Bombay, Madras, dan Calcutta didirikan benteng gua memperluas daerah kekuasaan
walau sampai kematian Aurangzeb (1707) belum ada usaha memperluas daerah
kekuasaan ke pedalaman. Sesudah dinasti Moghul mengalami disintegrasi barulah
ada perebutan daerah antara orang-orang Inggris dengan orang-orang Prancis
Tahun
1746, Prancis merebut dan menduduki Madras (dalam perdamaian Aachen Prancis
diminta untuk mengembalikan dalam tahun 1784).
Waktu
di Hyderabat terjadi pertentangan penggantian Nisam, juga dalam perebutan
kedudukan Nawab Carnatik, Inggris maupun Prancis mengadakan intervensi. Terjadi
perang Carnatik (tokoh-tokoh: R. Clive (Inggris), Dupley (Prancis). Orang-orang
Inggris berhasil merebut Arkot, ibukota
Carnatik (masa sirajud daulah)
1756,
Nawab Benggala merebut Calcuta, tetapi R. Clive berhasil merebutnya kembali
(dengan bantuan angkatan laut dari Madras) bahkan kemudian merebut
Chanderanagar (French post). R. Clive
bekerjasama dengan Mir. Jofar (jendral Nawab Benggala)
Mir
Jafar mendapat janji akan diangkat sebagai Nawab Benggala.
Pertempuran
yang terjadi pertempuran Plassey (1754) pihak Inggris menang, Nawab diturunkan
dari tahta, Mir Jafar diangkat sebagai Nawab, pihak Inggris menerima imbalan
234. 000 pounds serta 24 desa.
1760,
R. Clive kembali ke Inggris sebagai orang kaya
1764,
dimintai ke India kembali, ternyata di India, ia melakukan korupsi di Benggala.
Nawab yang baru, Mir Kasim, tidak senang dipermainkan oleh pengurus EIC, ia
menyuruh pembunuhan orang-orang Inggris di Patra (> 200 orang). Nawab Mir
Kasim akan ditangkap, ia minta bantuan sultan Shah Alam dari Delhi, tetapi
gagal. 1764, ia mengadakan perjanjian dengan EIC dengan hasil; Allahadad dan
Kora diberikan kepada EIC, Nawab harus membayar 2. 600. 000 rupee /tahun
(sebagian hasil pajak yang diperoleh).
1767,
R. Clive kembali ke Inggris (lebih kaya). Parlemen menuduhnya melanggar
kedisiplinan dan kejujuran. Dibentuk komisi untuk menyelidiki politiknya di
India.
R.
Clive bunuh diri dirumahnya di London (dalam usia 67 tahun)
1774,
Gubernur jendral pertama Warren Hosting
kira-kira
15 tahun sesudah R. Clive terus terjadi korupsi, pegawai EIC semakin kaya,
keuangan EIC merosot. Gubernur jendral Lord Corwalles (1786-1793) memberantas
korupsi dengan cara memisahkan urusan pemerintah dengan urusan dagang. Ia
mengorganisasikan (ICS/Intel Civil Service) “civil service” (pamong praja)
untuk urusan administrasi (pemerintahan), pegawai-pegawai tidak boleh
melibatkan diri dalam perdagangan, gaji pegawai dinaikkan, disiplin keras,
orang-orang India dikeluarkan dari kedudukan tinggi dalam pemerintahan.
MUNCUL DAN PERTUMBUHAN
BANGSA BARAT DI ASIA SELATAN
(INGGRIS DAN PRANCIS)
Regulating act 1784
Direktur
EIC tetap boleh mengangkat pegawai-pegawai dan pekerja EIC mengawasi
perdagangan, tetapi dibentuk The Board
Control, suatu agen dibawah mahkota yang mengawasi, mengarahkan dan
mengontrol semua tindakan yang menyangkut pemerintahan sipil, dan militer, dan
juga yang menyangkut keuangan dari daerah-daerah yang dikuasai EIC di Asia
Selatan (India). The Board of Control
dapat memanggil kembali gubernur jendral walau tidak dapat mengangkat. Sistem double goverment ini berlangsung sampai
tahun 1858 tanpa perubahan berarti sebelum tahun 1858 ada tiga peraturan.
1813,
parlemen mengakhiri monopoli EIC
1833,
parlemen mencabut agen politik kerajaan
1853,
Parlemen mencabut hak para direktur untuk mengangkat pegawai, pengangkatan
pegawai didasarkan pada competitive
examination, juga hak-hak EIC untuk berdagang di Cina diakhiri
dan
1912 ibukota dari Calcutta ke New Delhi
PERSAINGAN BARAT DI ASIA
SELATAN
(INGGRIS DAN PRANCIS)
Sebab-sebab
yang membawa persainagn antara Prancis dan Inggris di India, yakni adanya
rivalitas/ persaingan dalam usaha
membangun kekuasaan koloni di India, meski di wilayah itu secara umum tidak
banyak dikuasai. Bagi para pelayar kedua negara yang melintasi laut yang sama,
dan mencari “makan” di pelabuhan yang sama; dan mendarat di wilyah yang sama
pula adalah tidak mungkin membagi India menjadi dua kekuasaan kolonial terpisah
satu sama lain dalam sebuah wilayah netral. Salah satu diantaranya ‘mengalah’
dari kebijakan akuisisi teritorial itu, atau dua negara tersebut siap untuk
bertempur, dan bergelimpangan darah untuk waktu yang lama, yang hanya dapat
diakhiri oleh kejayaan dan kekalahan disatu sisi dari Inggris atau Prancis.
Pada
permulaan tahun 1698 Inggis telah mengambil kebijakan yang memberikan kemudahan
bagi “kelangsungan” kekuasaan-nya di India, dan tujuan itu harus dicapai. Dengan
kebijakan ini perusahaan Inggris yang di bawahi piagam/perjanjian Ratu Anne
tahun 1702 untuk mengirim pasukan dalam menjaga pertahanan ‘pendudukan’ itu.
Dengan sejumlah perlengkapan perang demi tujuan pertahanan Perusahaan secara
aktif terlibat melalui kebijakannya mengontrol wilayah dan menjadikannya suatu
konsentrasi Inggris yang independen. Jika pada suatu saat terjadi maslah atau
pada saat masalah muncul, praktis dapat ditangani.
kebijkan
yang dikeluarkan orang-orang Prancis berbeda dengan apa yang dilakukan
orang-orang Inggris. Dupleix membuat usaha yang lebih gallag/jantan untuk
membangun dan mendirikan sebuah kekuasaan koloni di India. Ia dipilih menjadi
Gubernur jendral di wilayah kekuasaan Pranci itu pada 1741; dan segera setelah
menerima jabatan itu berniat untuk mengusir orang-orang Inggris dari india,
kemudian mempertahankan supremasi Prancis dengan mengambil beberapa kemudahan lewat
dukungan di antara penguasa-penguasa lokal (India).
Bagimanapun
dalam mengimbangi kekuatan diantara Prancis Inggris dan para penguasa lokal,
tentu saja amat membutuhkan sebuah pasukan; dan sebagai atasan tertinggi yang
menguasai secara total tidak cukup
untuk mencapai tujuan yang diharapkannya,
Dupleix, mulai melatih orang-orang India, yang telah dipaksa menjadi Sepoy
(tentara), dilatih dengan sistem Eropa dan
dipimpin oleh orang Eropa guna mengefisienkan pasukan Eropa. Kebijakan Perancis
mengakuisisi India, bagaimanapun masih sebatas ucapan dan provokatif dari pada
sebagai lawan dan persaingan.
PEMANTAPAN KEKUASAAN INGGRIS
DI ASIA SELATAN
(PENJAJAHAN INGGRIS DI INDIA DAN
SRILANKA)
Setelah
perang Inggris-Perancis di India usai, Inggris semakin mudah untuk menancapkan
pengaruhnya di India. Pemerintahan yang dipegang oleh Robert Clive kemudian
mempunyai kedudukan kuat, dan digunakan olehnya untuk memperluas pengaruh
Inggris di Benggala. Menurutnya negeri itulah yang harus diduduki terlebih
dahulu, sebelum menuju ke hulu sungai Gangga. Akhirnya terjadi usaha untuk
merebut Benggala. Namun Nawab (Raja) Seraju-d’daula
yang ketika itu menguasai Benggala melakukan perlawanan yang sangat keras
hingga membuat pasukan Inggris kewalahan menghadapi serangan pasukan Nawab.
Akhirnya Inggris melakukan cara licik dengan melakukan perjanjian rahasia
dengan salah seorang menteri yang menaruh dendam kepada nawab untuk memperlemah
kekuatan Benggala dengan cara memberi keterangan palsu kepada Nawab tentang
kekuatan serdadu Inggris yang akan menyerang. Pada tahun 1757 Benggala berhasil
dikuasai Inggris berkat kerjasama itu.
Dalam
perkembangannya, Kekuasaan Inggris atas India mengalami kemajuan dan kemunduran.
Sejak tahun 1757 hingga pertengahan abad ke-XIX terjadi beberapa peperangan
besar antara Inggris dengan kerajaan-kerajaan di India yang berlangsung dari
tahun 1775 hingga tahun 1886. Selain itu terjadi perlawanan pribumi terhadap
Inggris. Perlawanan itu dilatar
belakangi oleh: Dalam bidang budaya, adanya larangan pernikahan kanak-kanak
(usia dini), dan larangan sati/sutee
(pembakaran janda). Pada intinya, rakyat India tidak senang terhadap
perubahan-peribahan sosial yang dilakukan pemerintah Inggris. Sebab lain yaitu
adanya pembangunan jalan kereta api dan jaringan telegraf, telah menggunakan
tanah tanah rakyat tanpa diberi ganti rugi. Selain sebab-sebab di atas, muncul desas-desus adanya kristenisasi
dan aneksasi kerajaan-kerajaan pribumi.
Pada
hari Minggu bulan Mei 1857 perlawanan mulai terjadi di tangsi Meerut. Pada hari
itu tentara-tentara (sepoy) membunuh
setiap orang Eropa (laki-laki dan perempuan, kanak-kanak), hai itu merupakan
tantangan terhadap bangsa Inggris untuk menumpas kaum pejuang. Kaum pejuang itu
kemudian menuju Delhi, menyatakan bahwa kaisar Bahadur Shah III (kesultanan
Mughal) dijadikan sebagai pemimpin mereka.
Perlawanan diikuti pula oleh
tentara (sepoy) di pusat-pusat militer lain (Kanpur; Cownport; Lucnow, dll).
Selanjutnya perlawanan meluas dan mendapat bantuan banyak unsur yang tidak puas
terhadap pemerintahan Inggris di India (bangsawan yang diusir dan dirampas
hartanya, prajurit-prajurit kerajaan yang kemudian menganggur, rakyat pada
umumnya). Perlawanan meluas ke seluruh India bagian utara kecuali beberapa yang
loyal kepada Inggris, yakni orang-orang Sikh (ciri khasnya memakai sorban dan
namanya menggunankan “Sing”). Di India selatan tidak terjadi perlawanan.
Perlawananan pada akhirnya dapat dipadamkan setelah tentara Inggris mendapat
bantuan dari luar India. Setelah perlawanan dapat dipadamkan pemerintah Inggris
mengambil keputusan untuk mengambil alih semua wilayah kekuasaan EIC.
Pada
1858, Ratu Victoria mengumumkan pengambilalihan kekuasaan EIC dan berjanji
tidak akan mengadakan aneksasi terhadap wilayah kerajaan-kerajaan.
Berlangsunglah pemerintahan Inggris India hingga tahun 1947 yang wilayahnya
meliputi 3/5 dari seluruh India (Asia selatan). 2/5 sisanya merupakan wilayah
562 Princely States, wilayah sempit.
Lambat laun pemerintah Inggris di India menuntut hak lebih besar terhadap Princely States, politik dalam negeri Princely states, memecat dan
menggantikan penguasa lokal. Tuntutan Inggris sebagai Overlord ini terlihat jelas dengan munculnya The Act of Parliement tahun 1876 yang menyatakan Ratu Victoria
sebagai Empor of Indies dan menjadi
yang dipertuan oleh raja-raja lokal (Princely
States) serta British India. Pada awal abad ke-20 Lord Curzon (Vice. Roy/wakil raja/ratu 1898-1905)
melarang penguasa-penguasa lokal mengadakan perjalanan keluar daerahnya tanpa
ijin gubernur loyal (Vice Roy).
Ternyata penguasa-penguasa lokal ini tetap loyal kepada pemerintah kerajaan
Inggris/British Indies demi mempertahankan tahta mereka. Ini terbukti pada
waktu muncul gerakan nasional pada abad ke-19
(1885) dukungan dan bantuan bukan saja dari penguasa-penguasa lokal, tetapi
dari golongan intelektual (kelas menengah yang telah mendapatkan pendidikan
Inggris).
PERLAWANAN
PENGUASA DAERAH TERHADAP INGGRIS
Latar
belakang perlawanan:
Dalam
bidang budaya, adanya larangan pernikahan kanak-kanak (usia dini), dan larangan
sati/sutee (pembakaran janda). Pada
intinya, rakyat India tidak senang terhadap perubahan-peribahan sosial yang
dilakukan pemerintah Inggris. Sebab lain yaitu adanya pembaharuan dan pembangunan
jalan kereta api dan jaringan telegraf, telah menggunakan tanah tanah rakyat
tanpa diberi ganti rugi. Selain
sebab-sebab di atas, muncul desas-desus adanya kristenisasi, dan
aneksasi kerajaan-kerajaan pribumi.
Pada
hari Minggu bulan Mei 1857 perlawanan mulai terjadi di tangsi Meerut. Pada hari
itu tentara-tentara (sepoy) membunuh
setiap orang Eropa (laki-laki dan perempuan, kanak-kanak), hai itu merupakan
tantangan terhadap bangsa Inggris untuk menumpas kaum pejuang. Kaum pejuang itu
kemudian menuju Delhi, menyatakan bahwa kaisar Bahadur Shah III (kesultanan
Mughal) dijadikan sebagai pemimpin mereka.
Perlawanan diikuti pula oleh
tentara (sepoy) di pusat-pusat militer lain (Kanpur; Cownport; Lucnow, dll).
Selanjutnya perlawanan meluas dan mendapat bantuan banyak unsur yang tidak puas
terhadap pemerintahan Inggris di India (bangsawan yang diusir dan dirampas
hartanya, prajurit-prajurit kerajaan yang kemudian menganggur, rakyat pada
umumnya). Perlawanan meluas ke seluruh India bagian utara kecuali beberapa yang
loyal kepada Inggris, yakni orang-orang Sikh (ciri khasnya memakai sorban dan
namanya menggunankan “Sing”). Di India selatan tidak terjadi perlawanan.
Perlawananan pada akhirnya dapat dipadamkan setelah tentara Inggris mendapat
bantuan dari luar India. Setelah perlawanan dapat dipadamkan pemerintah Inggris
mengambil keputusan untuk mengambil alih semua wilayah kekuasaan EIC.
Pada
1858, Ratu Victoria mengumumkan pengambilalihan kekuasaan EIC dan berjanji
tidak akan mengadakan aneksasi terhadap wilayah kerajaan-kerajaan.
Berlangsunglah pemerintahan Inggris India hingga tahun 1947 yang wilayahnya
meliputi 3/5 dari seluruh India (Asia selatan). 2/5 sisanya merupakan wilayah
562 Princely States, wilayah sempit.
Lambat laun pemerintah Inggris di India menuntut hak lebih besar terhadap Princely States, politik dalam negeri Princely states, memecat dan
menggantikan penguasa lokal. Tuntutan Inggris sebagai Overlord ini terlihat jelas dengan munculnya The Act of Parliement tahun 1876 yang menyatakan Ratu Victoria
sebagai Empor of Indies dan menjadi
yang dipertuan oleh raja-raja lokal (Princely
States) serta British India. Pada awal abad ke-20 Lord Curzon (Vice. Roy/wakil raja/ratu 1898-1905)
melarang penguasa-penguasa lokal mengadakan perjalanan keluar daerahnya tanpa
ijin gubernur loyal (Vice Roy).
Ternyata penguasa-penguasa lokal ini tetap loyal kepada pemerintah kerajaan
Inggris/British Indies demi mempertahankan tahta mereka. Ini terbukti pada waktu
muncul gerakan nasional pada abad ke-19
(1885) dukungan dan bantuan bukan saja dari penguasa-penguasa lokal, tetapi
dari golongan intelektual (kelas menengah yang telah mendapatkan pendidikan
Inggris).
THE
INDIAN MUTINY
(PEMBERONTAKAN)
Indian national Congress
Perintis:
Allan Octavian Hume dari Scotland, seorang pegawai ICS (berhasil menjadi
pegawai tinggi) ke India pada usia 29 tahun berselisih
paham dengan Lord Lytton dan minta pensiun tinggal
di Simla (untuk bekerja dalam pergerakan) tidak
sabar melihat kesengsaraan masyarakat yang tidak dapat membela kepentingannya
dihadapan pemerintah jajahan.
Tujuan:
1. mempersatukan
semua golongan rakyat
2. pembaharuan
dalam bidang pengetahuan, akhlak, sosial dan politik
3. memperbaiki
hubungan antara Inggris dan India
No comments:
Post a Comment