A.
Latar belakang dan situasi menjelang pertempuran
Pada tahun 1953, Prancis keteteran dalam Perang
Indochina Pertama. Serangkaian panglima perang (Thierry d'Argenlieu, Jean de
Lattre de Tassigny, dan Raoul Salan) terbukti tidak mampu menekan pemberontakan
Viet Minh. Dalam pertempuran-pertempuran mereka pada 1952-1953, Viet Minh telah
mengalahkan kekuatan koloni Prancis di Laos, tetangga Vietnam di sebelah barat.
Prancis terbukti tidak mampu menahan lajunya Viet Minh, yang segera mundur apabila
kehabisan dukungan pasokan mereka yang gigih.
Pada 1953, Prancis telah mulai memperkuat pertahanan
mereka di daerah delta Hanoi
dan mulai mempersiapkan serangkaian serangan terhadap basis-basis Viet Minh di
Vietnam barat laut. Mereka pun telah membangun sejumlah kota
benteng dan pos-pos luas di wilayah itu, termasuk Lai-Chau dekat perbatasan
Tiongkok di utara, Na Sanh di barat Hanoi ,
dan Luang-Prabang dan Plaine des Jarres di Laos utara.
Musim semi itu, Jenderal Vo Nguyen Giap dari Viet Minh
melancarkan sebuah serangan besar-besaran terhadap Nan Sanh. Setelah
pertempuran sengit beberapa hari, kekuatan Viet Minh kalah, sehingga
menimbulkan 1.544 orang korban di pangkalan dan 1.932 lainnya luka-luka. Vo
menarik mundur sebagian besar kekuatannya. Pada Mei 1953, Perdana Menteri
Prancis Rene Mayer menunjuk Henri Navarre, seorang kolega kepercayaannya, untuk
mengambil alih pimpinan pasukan Prancis di Indochina. Mayer memberikan satu
perintah kepada Navarre
- untuk menciptakan kondisi-kondisi militer yang akan membawa Prancis kepada
suatu 'pemecahan politis yang terhormat.
Dien Bein Phu, di Provinsi Dien Bien cukup jauh dari
Saigon, pusat kekuatan militer Prancis, sehingga transportasi udara Prancis
tidak dapat mendapatkan pasokan Navarre diganggu oleh sebuah pertanyaan -
apakah misinya sebagai Komisioner Tinggi Vietnam mewajibkan dia mempertahankan
koloni Laos pula? Ini terbukti merupakan masalah yang paling kontroversial
sekitar pertempuran ini. Laos
jauh letaknya dari pusat kekuatan militer Prancis di Hanoi. Meskipun Navarre
menganggap ia bertanggung jawab atas wilayah itu, upaya mempertahankannya akan
mengundang risiko besar karena ia harus menggerakkan pasukannya dalam jarak
jauh dari pusatnya. Navarre
mengadakan serangkaian pertemuan dengan Komisi Pertahanan Nasional Prancis pada
Juli 1953. Pada Juli 17, Navarre
meminta klarifikasi mengenai tanggung jawabnya di Vietnam ,
tentang apakah ia bertanggung jawab atas pertahanan Laos utara. Pada 24 Juli, Navarre kembali
bertemu dengan Komisi ini. Pertemuan ini menghasilkan kesalahpahaman besar,
fakta yang paling dipertentangkan menyangkut kontroversi sekitar pertempuran
ini. Selama bertahun-tahun sesudah itu, Navarre bersikeras menyatakan bahwa
Komisi itu tidak menghasilkan konsensus. Perdana Menteri Prancis, Joseph
Laniel, sebaliknya menyatakan bahwa pada pada pertemuan itu, Komisi tersebut
telah memerintahkan Navarre
untuk melepaskan Laos
bila perlu. "Tentang masalah kunci ini, bukti-bukti mendukung klaim Navarre bahwa pada 24 Juli, ia tidak mendapatkan
keputusan yang jelas menyangkut tanggung jawabnya terhadap Laos . Selama bertahun-tahun, bila
ditantang oleh Navarre ,
Laniel tidak pernah mampu menyajikan bukti tertulis apapun untuk mendukung
pernyataannya bahwa Navarre
telah diperintahkan untuk meninggalkan Laos bila perlu. Menoleh ke
belakang, alasan atas keraguan komisi itu jelas. Hasil pertemuan komisi itu
terus-menerus dibocorkan kepada pers. Para
politikus di komisi itu tidak rela membuat pernyataan yang jelas menyangkut
keputusan kebijakan yang secara politis akan merugikan mereka.
Pada saat yang sama, Navarre
telah mencari jalan untuk menghentikan ancaman Viet Minh terhadap Laos .
Kolonel Louis Berteil, komandan Kelompok Mobil 7, merumuskan sebuah konsep
"herrison" (landak). Tentara Prancis akan membangun sebuah jembatan
udara yang dilindungi di dekat jalur pasokan Viet Minh yang penting ke Laos .
Hal ini secara efektif akan memotong jalur tentara Viet Minh yang berperang di Laos ,
dan memaksa mereka untuk mundur.
Pada bulan Juni, Mayor Jenderal René Cogny, komandan di
Delta Tonkin, mengusulkan Dien Bien Phu sebagai sebuah "tempat bertambat".
Dalam kesalahpahaman yang lain, Cogny membayangkan suatu titik dengan
pertahanan ringan, yang dijadikan pangkalan untuk melakukan penyerangan, namun
bagi Navarre, ini berarti sebuah basis yang sangat diperkuat hingga mampu
menghadapi suatu pengepungan. Navarre
memilih Dien Bien Phu untuk lokasi
"landak" Bertiel. Ketika hal ini disajikan, setiap perwira bawahan
utama memprotes - Kolonel Jean Nicot, (komandan satuan transportasi Udara
Prancis), Cogny, dan Jenderal Gilles dan Dechaux (komandan darat dan udara
untuk CASTOR, serangan udara pertama terhadap Dien Bien
Phu ). Navarre
menolak kritik terhadap proposalnya ini, dan menutup konferensi pada 17
November dengan menyatakan bahwa operasi akan dilaksanakan tiga hari kemudian,
pada 20 November 1953.
Dalam perubahan nasib yang menyedihkan, Komite
Pertahanan Nasional Prancis pada akhirnya setuju bahwa tanggung jawab Navarre tidak mencakup upaya mempertahankan Laos .
Namun, keputusan mereka (yang disusun pada 13 November) tidak disampaikan
kepadanya hingga 4 Desember, dua minggu setelah Pertempuran Battle Dien Bien
Phu dimulai.
B.
Nan Sanh dan Dien Bien Phu
Nan Sanh adalah sebuah eksperimen awal yang berhasil
dalam menggunakan pertahanan landak, yang meyakinkan Navarre tentang kemungkinan
digunakannya konsep pertahanan jalur udara. Pada dasarnya ini adalah sebuah
benteng yang dipasok hanya lewat udara. Diharapkan bahwa dengan mengulangi pembentukannya
dalam skala yang lebih besar, Prancis akan dapat memancing Giap untuk
mengerahkan sebagian besar kekuatannya dalam sebuah serangan massal. Hal ii
akan memungkinkan artileri Prancis yang unggul, persenjataan dan dukungan
udaranya, menyapu kekuatan Viet Minh di medan
yang terbuka. Sayangnya, para perwira staf Prancis gagal memperhitungkan
sejumlah perbedaan penting antara Dien Bien Phu
dan Nan Sanh.
Pertama, di Nan Sanh Prancis menguasai hampir semua
dataran tinggi dan menikmati dukungan artileri yang berlimpah. Namun, di Dien Bien Phu , situasinya terbalik: Viet Minh menguasai
sebagian besar dataran tinggi di sekitar lembah, dan artileri mereka jauh
melebihi Prancis. Vo Nguyen Giap membandingkan Dien Bien Phu dengan sebuah
"bakul nasi", di mana pasukan-pasukannya menduduki tepiannya,
sementara Prancis menduduki dasarnya.
Kedua, Giap membuat kesalahan di Nan Sanh dengan
mengerahkan pasukan-pasukannya dalam sebuah serangan frontal yang ceroboh
sebelum sempat melakukan cukup persiapan. Di At Dien Bien Phu, Giap
menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menumpuk amunisi dan menempatkan
artileri berat dan senapan-senapan anti pesawat udara sebelum melakukan
gerakannya. Tim-tim relawan Viet Minh dikirim ke kamp Prancis untuk mencatat
tempat-tempat artileri Prancis. Artileri-artileri kayu dibangun sebagai
kamuflase, dan senapan-senapan yang sesungguhnya dirotasi setiap beberapa salvo
untuk membingungkan serangan balik Prancis. Akibatnya, ketika pertempuran
mulai, Viet Minh tahu persis di mana letak artileri Prancis, sementara Prancis
bahkan tidak sadar berapa banyak senapan yang dimiliki Giap.
Ketiga, dan yang terpenting, jembatan udara di Nan Sanh
tidak pernah terputus meskipun Viet Minh melakukan tembakan anti pesawat udara.
Di Dien Bien Phu, Giap mengerahkan sejumlah besar serangan anti serangan udara
yang dengan segera menutup landasan terang dan membuatnya sangat mahal bagi
Prancis untuk mengerahkan bala bantuan.
C.
Operasi Castor dan pembentukan wilayah udara
Operasi di Dien Bien Phu
dimulai pada 10:35 pada pagi hari 20 November 1953. Dalam Operasi Castor,
Prancis menerjunkan atau menerbangkan 9.000 pasukan ke wilayah itu selama tiga
hari. Mereka mendarat di tiga daerah pendaratan - Natasha (barat laut dari Dien
Bien Phu), Octavie (barat daya Dien Bien Phu), dan Simone (tenggara Dien Bien
Phu).
Resimen ke-148 148 dari Elit Independen Viet Minh, yang
bermarkas di Dien Bien Phu, bereaksi "dengan segera dan efektif",
namun, tiga dari keempat batalyon mereka tidak hadir hari itu. Operasi-operasi
awal berlangsung baik untuk Prancis. Pada akhir November, enam batalyon payung
telah mendarat dan Prancis mengkonsolidasikan posisi-posisi mereka.
Pada saat inilah Giap memulai gerakan perlawanan
baliknya. Giap telah mengharapkan datangnya serangan, tapi tidak dapat meramalkan
kapan atau di mana hal itu akan terjadi. Giap menyadari bahwa bila ditekan,
Prancis akan meninggalkan Provinsi Lai Chau dan berperang dalam sebuah
pertempuran sengit di Dien Bien Phu . Pada 24
November, Giap memerintahkan Resimen Infantri ke-148 dan Divisi ke-316 untuk
menyerang ke Lai Chau, dan Divisi ke-308, 312, dan 351 menyerang dari Viet Bac
masuk ke Dien Bien Phu.
Mulai bulan Desember, Prancis, di bawah komando Kolonel
Christian de Castries, mulai mentransformasi titik pangkalan mereka menjadi sebuah
benteng dengan membangun berbagai titik yang kuat, masing-masing dinamai sesuai
dengan nama bekas kekasih gelap Castries
mistress. Pusat bentengnya dengan markas besarnya mempunyai titik yang kuat
"Huguette" di sebelah barat, "Claudine" di selatan, dan
"Dominique" di timur laut. Titik kuat lainnya adalah
"Anne-Marie" di barat laut, "Beatrice" di timur laut,
"Gabrielle" di utara dan "Isabelle" empat mil di selatan,
menutupi landasan udara cadangan. Setelah dipikir kembali, pilihan Castries sebagai komandan yang bertugas di Dien Bien Phu adalah pilihan yang buruk. Navarre meilih Castries ,
seorang perwira kavaleri dalam tradisi abad ke-18, karena Navarre membayangkan Dien Bein Phu
sebagai sebuah pertempuran bergerak. Pada kenyataannya, Dien Bien Phu membutuhkan
seseorang yang cekatan dengan gaya pertahanan
statis Perang Dunia I, sesuatu yang sebetulnya tidak cocok untuk Castries .
Kedatangan Divisi ke-316 menyebabkan Cogny memerintahkan
evakuasi garnizun Lai Chau ke Dien Bein Phu, persis seperti yang diharapkan
oleh Giap. Dalam perjalanan, praktis mereka dihabisi oleh Viet Minh. "Dari
2.100 orang yang meninggalkan Lai Chau pada 9 Desember, hanya 185 yang berhasil
tiba di Dien Bein Phu pada 22 Desember. Sisanya telah dibunuh atau tertangkap,
atau melakukan desersi. Pasukan-pasukan Viet Minh kini berkumpul di Dien Bien Phu .
Perancis telah menyediakan 10.800 pasukan, dengan
pasukan tambahan yang seluruhnya mencapai hampir 16.000 orang, untuk
mempertahankan sebuah lembah yang dipengaruhi oleh iklim muson, yang dikelilingi
oleh bukit-bukit berhutan lebat yang belum diamankan. Artileri serta sepuluh
tank ringan M-24 ditambah sejumlah pesawat udara juga dikerahkan untuk
mempertahankan benteng itu.
Sementara itu, Viet Minh telah memindahkan 50.000
pasukan regulernya bersama dengan 55.000 pasukan cadangan, pengangkut, dan
milisi ke bukit-bukit di sekeliling lembah, seluruhnya berjumlah lima divisi,
termasuk Divisi Berat ke-351 yang terdiri sepenuhnya dari artileri berat.
Artileri dan senapan AA, yang jauh lebih banyak daripada artileri Prancis 4
banding 1, dipindahkan ke dalam posisi terkamuflase, mengarah ke lembah.
Prancis mengalami tembakan artileri sporadik Viet Minh pertama kali pada 31
Januari 1954 dan patroli-patroli mereka menjumpai Viet Minh di segala penjuru.
Mereka telah bersatu dalam pertempuran ini dan Prancis kini terkepung.
D.
Pertempuran
Keadaan berubah pada awal Maret 1954, ketika menjadi
jelas bahwa pasukan Viet Minh (Sekutu Vietnam ) yang kian bertambah masuk
ke wilayah itu. Pertempuran itu sendiri dimulai pada 13 Maret ketika, dengan
sangat mengejutkan bagi Prancis, Viet Minh melepaskan tembakan artileri
besar-besaran. Pada akhir malam pertama 9.000 peluru artileri telah jatuh di
daerah itu, dan posisi Beatrice dan Gabrielle telah jatuh, meskipun dengan kerugian
besar pada pihak penyerangnya yaitu lebih dari 2.500 korban. Dalam keberhasilan
logistik yang besar, Viet Minh teleh berhasil mengangkut sejumlah besar
peralatan mereka di bukit-bukit berhutan yang terjal, yang dianggap Prancis
tidak dapat dilalui. Komandan artileri Prancis, Kolonel Piroth, yang sangat
kecewa karena tidak mampu melakukan pukulan balik terhadap serangan-serangan
Viet Minh yang terkamuflase dengan baik, masuk ke liang persembunyiannya dan
membunuh dirinya sendiri dengan sebuah granat tangan. Ia dikuburkan di sana dengan sangat rahasia
untuk mencegah hilangnya moril di antara pasukan Prancis.
Prancis menjawab dengan penambahan pasukan lewat payung
terjun, namun mereka ditembaki oleh senapan-senapan anti serangan udara, suatu
kejutan lain dari pihak Viet Minh. Mengingat pentingnya pasokan lewat udara,
hal ini merupakan perkembangan yang menyulitkan bagi para pasukan yang
mempertahankan basisnya. Prancis juga mulai menggunakan pesawat serangan darat
mereka untuk menghadapi artileri, namun semua itu tidak mempunyai pengaruh yang
berarti, mengingat senapan-senapan itu sangat tersembunyi.
Mengingat pentingnya pasokan lewat udara, Giap beralih
dari serangan-serangan massal yang mahal, yang mulai membuat orang-orangnya
hampir memberontak, kepada perembesan yang teratur dan membangun sebuah
jaringan parit dan bombardemen artileri. Selain itu, Viet Minh mulai menggali
parit-parit yang panjang hingga ke tengah perkemahan, menutupi gerakan mereka
dari tembakan langsung, dan memungkinkan mereka membangun pertahanan dan
menyerang dalam perlindungan. Landasan pertama jatuh setelah penyerangan selama
lima hari dari
18 Maret hingga 23 Maret. Pesawat terakhir mendarat pada 28 Maret di landasan
yang kedua, namun dihancurkan pada saat pendaratannya. Prancis menjawab dengan
serangan mereka sendiri pada tanggal 28, dengan serangan terhadap posisi anti
pesawat udara. Pada tanggal 31, Prancis merebut dua kubu militer di puncak
bukit, Dominique dan Eliane, tapi belakangan harus meninggalkannya karena tidak
adanya tambahkan pasukan.
Dengan pengiriman pasokan yang sama sekali tergantung
pada parasut, arus pasokan mulai berkurang. Sebagian dari pasokan yang
diterjunkan lewat udara jatuh di daerah-daerah yang dikuasai oleh Viet Minh,
sehingga memberikan kepada mereka bahan-bahan yang sangat mereka butuhkan. Pada
titik ini, pada dasarnya Vietnam
telah memenangkan pertempuran, dan mereka menyebut sisa pertempuran sebagai
"pelan-pelan melukai gajah yang sedang sekarat". Pada minggu terakhir
April, angin muson tahunan tiba, sehingga semakin mengurangi efektivitas
dukungan udara apapun yang dapat diberikan. Lubang-lubang pertahanan menjadi
berbahaya, dan bungker-bungker runtuh. Pengiriman bala bantuan pengganti
terakhir 4.306 pasukan di bawah Jenderal Marcel Bigeard, yang diterjunkan
antara 14 Maret dan 6 Mei bahkan tidak cukup menutupi kerugian yang dialami di
antara kedua tanggal itu, 5.500 orang. Prancis melancarkan "Operasi Burung
Kondor" pada bulan April untuk menolong pasukan garnizun dengan
mengirimkan bala bantuan dari ibukota Laos ke lembah itu. Namun pasukan
itu terhalang di hutan-hutan Laos
yang lebat, dan benteng jadi terisolir.
Prancis melihat bahwa kekalahan akan segera datang,
namun mereka berusaha bertahan terus hingga pertemuan perdamaian Jenewa, yang
berlangsung pada 26 April. Serangan Prancis yang terakhir terjadi pada 4 Mei,
namun tidak efektif. Viet Minh lalu mulai menghantam kubu pertahanan Prancis
dengan artileri roket Rusia yang baru mereka peroleh. Giap melakukan serangan
terakhirnya ini pada 1 Mei. Dari semua sisi pasukan Viet Minh menyerang
posisi-posisi Prancis, dan emskipun terdapat perlawanan gigih dari pasukan
Prancis dan pasukan Legiun Asing, Dominique, Eliane dan Huguette akhirnya
dikalahkan dalam tiga hari berikutnya. Saat itu, bekal makanan Prancis hanya
cukup untuk lima
hari lagi dan banyak pasukan yang sudah mulai kehabisan amunisi. Rumah sakit
mereka, yang kekurangan pasokan obat-obatan, penuh dengan mayat dan tentara
yang terluka, dan moril Prancis mulai patah.
Kejatuhan terakhir membutuhkan dua hari 6 Mei dan 7 Mei;
dalam hari-hari itu Prancis bertempur terus namun akhirnya digulung oleh suatu
serangan besar yang fonrtal. Serangan terakhir terjadi pada 7 Mei, ketika dalam
sebuah serangan artileri Viet Minh besar-besaran, 25.000 dari orang-orang Giap
yang tersisa menyerang kurang dari 3.000 pasukan Prancis dalam sebuah lingkaran
yang kian menyusut. Pasukan Viet Minh tumpah ke sisa-sisa pertahanan Prancis
dan meskipun Prancis bertahan dengan gigih, pasukan Viet Minh yang sama
gigihnya mencapai markas besar Prancis pada pk 17:30 dan De Castries menyerah.
Meskipun titik pertahanan kuat Isabelle masih bisa bertahan 24 jam lagi,
pengepungan terhadap Dien Bien Phu secara
teknis sudah selesai.
Sekurang-kurangnya 2.200 anggota dari 16.000 pasukan
Prancis yang kuat meninggal dalam pertempuran. Dari sekitar 50.000-100.000 Viet
Minh yang terlibat, diperkirakan hampir 8.000 orang terbunuh dan 15.000 lagi
terluka.
E.
Setelah pertempuran
Lebih dari 11.000 tahanan yang ditawan di Dien Bien Phu - jumlah terbesar yang pernah ditangkap
oleh Viet Minh: sepertiga daripada keseluruhan tawanan yang ditangkap selama
perang. Para tawanan ini dibagi ke dalam
kelompok-kelompok. Mereka yang masih sehat dan yang luka-luka namun bisa
berjalan dipaksa berjalan sejauh sekitar 400 km ke kamp-kamp tahanan di utara
dan timur. Ratusan orang mati karena penyakit dalam perjalanan. Yang luka-luka,
sejumlah 4.436 orang, diberikan perawatan darurat hingga Palang Merah tiba,
menyingkirkan 838 orang dan memberikan perawatan yang lebih baik kepada
sisanya. Sisanya lalu dikirim ke tempat penahanan.
Kamp penjara ternyata bahkan lebih parah.
Pasukan-pasukan Prancis, banyak di antaranya bahkan bukan orang Prancis,
terus-menerus dibiarkan kelaparan, dipukuli dan dilecehkan. Banyak yang mati.
Viet Minh menggunakan kehadiran para serdadu veteran Perang Dunia II Wehrmacht
dan Waffen-SS yang berdinas di dalam Legiun Asing sebagai propaganda untuk
melawan perjuangan Prancis. Sekitar 3.300 tahanan yang buruk gizinya dan kalah,
dibebaskan pada 1958.
Kemenangan Viet Minh menyebabkan diselenggarakannya
Persetujuan Jenewa 1954, yang membagi Vietnam menjadi Vietnam Utara yang
komunis dan Vietnam Selatan yang pemerintahannya berada di bawah Prancis.
Pembagian ini direncanakan hanya sementara, dan kedua wilayah itu akan
dipersatukan kembali melalui pemilihan umum nasional pada 1956. Setelah Prancis
menarik diri, AS mendukung pemerintah di selatan di bawah Kaisar Bao Dai
sebagai kepala negara dan Perdana Menterinya, Ngo Dinh Diem, yang menentang
persetujuan itu, dengan alasan bahwa Ho Chi Minh dari Utara telah membunuh para
patriot Utara dan meneror rakyat di Utara dan Selatan. Pertikaian ini akhirnya
meningkat menjadi Perang Indochina Kedua.
F.
Kesimpulan
Pertempuran Dien Bien Phu adalah yang terakhir dalam Perang
Indochina Pertama antara Prancis dan Viet Minh. Pertempuran ini terjadi antara
Maret dan Mei 1954, dan berakhir dengan kekalahan Prancis secara besar-besaran
yang akhirnya menyudahi peperangan itu.
Hasil dari serangkaian kekeliruan dalam proses pengambilan
keputusan Prancis ialah bahwa Prancis berusaha menciptakan sebuah basis
pemasokan lewat udara di Dien Bien Phu, jauh di daerah perbukitan Vietnam .
Tujuannya adalah untuk memotong jalur pasokan Viet Minh ke Laos . Sebaliknya, Viet Minh di
bawah Jenderal Vo Nguyen Giap, sanggup mengitari dan mengepung Prancis.
Pecahlah pertarungan sengit di darat. Viet Minh menduduki daerah perbukitan di
sekitar Dien Bien Phu , dan mampu menembak ke
bawah secara akurat ke posisi-posisi Prancis. Pasukan Prancis berulang-ulang
membalas serangan-serangan Viet Min di posisi-posisi mereka, dengan sesekali
menerjunkan pasukan-pasukan tambahan. Namun pada akhirnya Viet Minh berhasil
merebut basis pertahanan Prancis dan memaksa Prancis menyerah.
Setelah pertempuran ini, perang berakhir dengan
persetujuan Jenewa 1954. Persetujuan ini membagi Vietnam menjadi Utara yang komunis
dan Selatan yang demokratis. Namun demikian perdamaian yang singkat itu segera
berantakan. Pertempuran pecah kembali pada 1957 dengan Perang Vietnam (Perang Indochina Kedua).
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, Phillip B. Vietnam at War. Oxford
University Press, New York . ISBN 0195067924.
http://www.asiamaya.com/panduasia/vietnam.
No comments:
Post a Comment